Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BANGUN PARIWISATA DAERAH, HARUS BERLARI!



SETIAP daerah pada masa sekarang sudah mulai menggeliat dalam menyiapkan diri menjadi kawasan pariwisata. Ibarat seseorang pelari jarak jauh, perlu segera menyiapkan diri melakukan ancang-ancang. Begitu mendengar aba-aba, si pelari langsung berlari sekencang-kencangnya. Jadi, boleh dikatakan, daerah itu baru memulai ancang-ancang melaksanakan pembangunan dan pengembangan pariwisatanya setelah matisuri selama ini.

Sebagai pemain baru di bidang pariwisata, tentu daerah itu masih tertinggal jauh dibandingkan dengan banyak daerah di Indonesia, yang sudah sangat maju kegiatan pariwisatanya. Sebut saja, seperti Bali, Yogyakarta, Lombok, Jakarta, Medan, Bandung, Manado. Daerah-daerah ini telah memeroleh manfaat besar dari kegiatan pariwisata.

Walaupun baru, pengembangan pariwisata daerah mestinya bukan sebuah kendala atau masalah besar. Semua pemangku kepentingan kepariwisataan di daerah juga tidak perlu minder dengan daerah lain yang sudah lebih dulu berkembang di bidang pariwisata. Justru karena baru memulai itulah kita malah bisa memiliki banyak waktu merenung untuk merancang sedemikian rupa tampilan dari obyek dan daya tarik wisata yang sudah kita miliki. Kita bisa belajar banyak dari daerah yang sudah duluan maju pariwisatanya. Tentu hal yang baik kita tiru dengan modifikasi atau sebutan kerennya sekarang ya ATM yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi.

Pada tahun 2014 yang lalu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. Sapta Nirwandar mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pengambil keputusan guna membangun dan mengembangkan pariwisata, yaitu (1) Membuat master plan; (2) Membuat rencana induk pariwisata; (3) Membuat rencana aksi pariwisata; dan (4) Membuat zonasi (Zebua, 2014). Keempat hal ini perlu dilakukan guna memercepat pariwisata di setiap daerah.

Daya Tarik Wisata Daerah
Potensi dan keunikan obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki daerah tidak ada duanya. Kita memiliki obyek dan daya tarik wisata alam, budaya, dan sosial. Obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki daerah seperti di Kepulauan Nias sangat unik, misalnya tari perang, tari maena, tari moyo, tari famadögö omo, lompat batu, hingga ombak besar yang bisa digunakan untuk berselancar, diving, serta perahu layar. Demikian juga di Yoyakarta, kita mengenal tari klasik gaya Yogyakarta, pantai-pantainya, museum dan taman pintar, candi-candinya dan sebagainya.

Tampilan dari obyek dan daya tarik wisata di daerah, berpotensi memberikan banyak manfaat kepada para wisatawan, dan mereka tidak mendapatkannya di tempat wisata lain. Faktanya, wisatawan yang pernah berkunjung ke Bali umpamanya, banyak mendapat kesan yang mendalam, bahkan mereka mengakui bahwa obyek dan daya tarik wisata di Bali tersebut begitu indah dan masih alami.

Namun, perlu diingat, kehebatan suatu obyek dan daya tarik wisata itu terletak pada adanya daya manfaat yang diberikan, daya beda yang ditampilkan, serta adanya daya tarik dalam bentuk (desain), cerita atau teknik promosi yang dilakukan. Dengan demikian, para wisatawan yang baru melakukan kunjungan pertama pada obyek dan daya tarik wisata itu, dipastikan akan datang kembali dengan membawa teman-temannya untuk berkunjung pada obyek dan daya tarik wisata yang pernah dikunjungi sebelumnya.

Apabila satu atau bisa beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki, sudah bisa menciptakan dan memberikan daya manfaat, daya beda, dan daya tarik bagi wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan Nusantara (wisnus), tentu akan memberikan harapan yang besar bahwa akan banyak yang mau melakukan kunjungan pada obyek dan daya tarik wisata itu.

Namun, harus dipahami juga bahwa untuk mewujudkan daya manfaat, daya beda, dan daya tarik pada obyek dan daya tarik wisata di daerah, memang tidak mudah. Diperlukan upaya menciptakan desain berbasis kreativitas dan fasilitas sesuai peruntukkan dari obyek dan daya tarik wisata tersebut.

Libatkan Masyarakat
Pelibatan masyarakat juga menjadi faktor yang tidak boleh dilupakan dalam memajukan pariwisata di suatu daerah. Minimal masyarakat (desa adat) yang bertempat tinggal disekitar obyek dan daya tarik wisata, harus diajak berdialog. Masyarakat harus diberikan informasi tentang pariwisata sehingga masyarakat sadar wisata. Bagaimana caranya? Masyarakat diberi informasi bahwa kehadiran obyek dan daya tarik wisata di wilayahnya, akan memberikan banyak peluang untuk perbaikan ekonomi masyarakat.

Banyak kebutuhan pengunjung atau wisatawan yang perlu dipenuhi oleh warga masyarakat. Kebutuhan itu, antara lain, adalah (1) Kebutuhan informasi mengenai obyek dan daya tarik wisata; (2) Kebutuhan transportasi; (3) Kebutuhan makan dan minum, terutama makanan khas dari wilayah itu; (4) Kebutuhan souvenir yang merupakan hasil kerajinan dari daerah itu; (5) Keinginan untuk mengetahui budaya yang telah berkembang lama di daerah itu; (6) Keinginan untuk mengetahui kehidupan masyarakat sehari-hari; (7) Keinginan untuk mempelajari kehidupan masyarakat setempat termasuk mempelajari kebiasaan-kebiasaan dari masyarakat itu; dan (8) Keinginan menikmati dan merasakan pelayanan dari homestay yang telah disediakan di wilayah itu.

Berdasarkan tampilan kehangatan dan keramahan yang diberikan warga masyarakat setempat kepada para pengunjung (wisman dan wisnus), akan bisa memberikan dampak positif atau dampak negatif pada kemajuan pariwisata di daerah itu. Untuk mengarahkan kegiatan pariwisata pada hal-hal yang positif, perlu melakukan kegiatan-kegiatan yang berbasis masyarakat. Momen seperti Hari Pariwisata Dunia setiap 26 September setiap tahun, bisa digunakan untuk menggelar berbagai kegiatan pariwisata, sekaligus sebagai media pemasaran objek dan daya tarik wisata yang sudah tersedia di daerah itu.

Pemerintah daerah bisa mengisi Hari Pariwisata Dunia, misalnya dengan mengadakan kegiatan lomba, misalnya lomba pelayanan terbaik dari hotel, penjual makanan dan minuman, lomba desain kerajinan khas dari setiap desa atau kecamatan, lomba tari-tarian khas desa atau kecamatan, serta lomba lainnya yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata.

Semua lomba itu hendaknya dilakukan dalam bingkai sosialisasi pariwisata kepada masyarakat, sekaligus melestarikan pelayanan yang berkualitas serta melestarikan budaya dan lingkungan. Jadi sekali dayung, bisa melampaui beberapa pulau. Selamat berlari kencang ya hehehe . .

Post a Comment for "BANGUN PARIWISATA DAERAH, HARUS BERLARI!"