Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERAN DAN ANGGARAN HUMAS TERHADAP KINERJA RUMAH SAKIT


SETIAP rumah sakit sekarang dipastikan ada gambaran struktur organisasi yang mencantumkan bagian atau seksi hubungan masyarakat (Humas) di dalam struktur organisasinya. Berdasarkan kondisi itu timbul pertanyaan, apakah ada peran Humas itu di rumah sakit? Kalau hanya sekedar terpengaruh dari organisasi rumah sakit lain atau pengaruh dari instansi pemerintah, tentu Humas itu hanya sekedar bertindak untuk menjadi juru bicara dari seorang Direktur rumah sakit, apabila muncul keluhan-keluhan masyarakat pengguna pada pelayanan rumah sakit.  Apakah kira-kira pemahamannya begitu?

Apabila Humas hanya memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) sebagai juru bicara Direktur rumah sakit, mestinya sangat disayangkan. Karyawan yang bekerja di Humas banyak nganggurnya ya, kalau hanya sekedar menyiapkan jawaban dari berbagai keluhan pengguna produk jasa pada pelayanan rumah sakit. Karena itu, perlu kita kupas secara mendalam bagaimana sebaiknya agar Humas itu memiliki peran dalam upaya untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.

Dewasa ini, kelihatannya Humas menduduki peran yang sangat penting dalam berbagai kegiatan organisasi atau perusahaan. Kelihatannya Humas memiliki andil besar dalam membangun citra organisasi atau perusahaan. Nah, barangkali salah satu peran Humas dalam sebuah organisasi adalah dapat bertindak sebagai penghubung antara Manajemen organisasi dan konsumennya (pengguna produk jasa pelayanan, bila itu organisasi rumah sakit).

Untuk diketahui bahwa konsumen (pengguna) merupakan bagian eksternal dari perusahaan. Melakukan komunikasi dengan para konsumen dapat meningkatkan citra bagi perusahaan. Dengan adanya hubungan yang baik antara perusahaan dan konsumen, maka perusahaan dapat senantiasa membenahi diri guna memberikan yang terbaik bagi para pelanggannya. Berdasarkan posisi seperti itu, maka Humas memiliki peran penting untuk bertindak sebagai penghubung antara Manajemen dan pasien (khalayak).

Mari kita lihat peran dari Humas PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (PT ASABRI) yang meraih Anugerah Humas Indonesia (AHI) tahun 2019 dalam kategori terpopuler di media online 2019 sub kategori BUMN non Tbk., yang diselenggarakan di Balai Kota Tangerang, Banten, Jumat 30 Agustus 2019. Dijelaskan bahwa prestasi yang didapatkan ini, merupakan hasil kerja keras dari seluruh tim ASABRI yang telah menjalankan proses transformasi dengan menyelaraskan langkah perusahaan dengan perkembangan teknologi, bisnis, dan pelayanan terhadap peserta, sekaligus mampu mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat. Perubahan yang begitu cepat ini, mau tidak mau harus menjadi kebutuhan dari PT ASABRI. Anugerah yang didapatkan dari AHI ini, merupakan dukungan penuh dari tim ASABRI dan sahabat media, yang selama ini telah mendukung perseroan. Untuk diketahui bahwa PT Asabri sebuah badan usaha milik Negara (BUMN), yang bergerak dibidang asuransi sosial dan pembayaran pensiun khusus untuk prajurit tentara nasional Indonesia (TNI), anggota Polri, pegawai negeri sipil (PNS) kementerian pertahanan republik Indonesia dan Polri (Wikipedia).

Teman yang lain juga berujar, bahwa Humas itu merupakan ujung tombak dari sebuah instansi pemerintah dan/atau swasta, untuk membangun awareness, komunikasi, dan hubungan yang baik dengan masyarakat luas. Supaya gregetnya semakin meluas, tentu bekerjasama dengan para pewarta untuk membangun derajat kepercayaan masyarakat terhadap berbagai program kerja yang dijalankan oleh Humas sebuah usaha.  

Kesenjangan yang Terjadi
Pengelolaan rumah sakit pada masa lalu dipandang sebagai usaha sosial, tetapi di masa sekarang pengelolaan yang berbasis ekonomi dan manajemen, sangat penting artinya untuk menghadapi berbagai situasi persaingan global, mengantisipasi cepatnya perubahan lingkungan, dan menjaga kelangsungan usaha rumah sakit itu sendiri. Di Indonesia pengelolaan rumah sakit telah berkembang dengan pesat dan menjadikan industri yang berbasis prinsip-prinsip ekonomi dan manajemen merupakan ancaman bagi rumah sakit pemerintah maupun swasta jika tidak berusaha meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerjanya secara keseluruhan.

Untuk itu, dibutuhkan suatu indikator pengukuran maju tidaknya sebuah usaha. Indikator sangat dibutuhkan sebagai alat untuk memantau pencapaian keberhasilan suatu organisasi. Dengan adanya indikator dapat juga diketahui tingkat kemajuan dalam suatu organisasi dan dapat dilakukan perbandingan antara organisasi yang bergerak di bidang yang sama (Alkatiri, et.al.1997). Dengan demikian, Humas rumah sakit dapat mendorong pada terwujudnya kualitas pelayanan yang optimal, dengan memprioritaskan keselamatan pasien (patient safety) dan mutu pelayanan rumah sakit.

Kinerja Hubungan Masyarakat (Humas)
Program Humas yang direncanakan secara cermat dengan tujuan yang jelas, dapat dievaluasi. Keberhasilan tugas-tugas di Humas, tentu perlu diukur keberhasilannya, agar tujuan yang telah ditetapkan itu telah tercapai atau belum tercapai. Meskipun anggaran Humas dapat dianggap sebagai sebuah investasi di masa yang akan datang, tetapi tetap perlu diukur sejauhmana keberhasilan pekerjaan Humas itu pada organisasi. Apakah ada dampak pekerjaan Humas itu pada kemajuan organisasi ke depan?

Menurut Anggoro (2000), ada 3 (tiga) hal terpenting berkenaan dengan pengukuran kinerja Humas, yaitu: a. Teknik-teknik yang digunakan untuk mengenali situasi sering kali juga dimanfaatkan guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari segenap kegiatan-kegiatan Humas yang telah dilaksanakan. Metode pengumpulan pendapat atau ujisikap (attitude test) merupakan dua metode yang paling lazim digunakan; b. Metode-metode evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahapan perencanaan. Namun bila perlu, penyesuaian bisa pula dilakukan selama berlangsungnya proses pelaksanaan dari program Humas yang bersangkutan; dan c. Setiap program Humas harus memiliki tujuan yang pasti. Untuk itu, pertama-tama perlu ditetapkan target-target tertentu. Target-target ini pada gilirannya akan dapat digunakan sebagai tolok perbandingan atas hasil riil yang telah dicapai. Unsur lain yang bisa digunakan sebagai tolok ukur adalah liputan oleh media massa. Sikap media massa yang lebih simpatik terhadap suatu organisasi, bisa pula dipandang sebagai salah satu bukti keberhasilan atas segenap kegiatan Humas yang telah dilaksanakan oleh organisasi itu. 

Pengukuran kinerja Humas, bisa memanfaatkan berbagai kegiatan Humas yang sudah terrencana dengan baik, serta besarnya anggaran yang telah disediakan organisasi. Kegiatan yang sudah direncanakan dan sudah dilaksanakan oleh Humas, bisa diketahui apakah citra organisasi telah dipahami khalayak, apakah bobot para pegawai telah meningkat, apakah reputasi organisasi sudah lebih baik, dan apakah hubungan organisasi dengan khalayak sudah lebih baik?

Pengukuran keberhasilan program Humas diutarakan juga oleh penulis yang lain. Menurut Adnan dan Cangara (1996) langkah-langkah penilaian program kehumasan untuk memperoleh pengukuran secara sistematik adalah: a. Model apa yang akan digunakan dalam evaluasi; b. Nyatakan apa tujuan evaluasi yang ingin dicapai; c. Tentukan kriteria evaluasi, misal cara untuk mengukur sumber, pendapatan, kelompok penerima, kegiatan, jangkauan media dan sebagainya; d. pengumpulan data untuk penilaian, data dapat diperoleh melalui survei, laporan bulanan, wawancara, guntingan koran dan sebagainya; e. Analisis data, mengamati dan menganalisis data yang telah ada, kemudian menarik kesimpulan, melakukan sintesa dan penafsiran dalam kaitannya dengan program Humas, serta implikasinya terhadap organisasi secara menyeluruh; f. Membuat laporan, hasil temuan merupakan rekomendasi atau saran untuk pelaksanaan selanjutnya; dan g. Memanfaatkan temuan-temuan tersebut untuk pengambilan keputusan. Untuk implementasi evaluasi tersebut, beberapa petunjuk diberikan Adnan dan Cangara (1996) sebagai berikut: a. Tujuan, apakah tujuannya cukup jelas, apakah tujuan tersebut telah disetujui dan dimengerti oleh semua anggota dalam organisasi; b. Organisasi, apakah kegiatan Humas disentralisir dalam suatu lembaga, ataukah tersebar pada semua bagian dalam organisasi itu? Apakah pelaksanaan program Humas adalah tanggung jawab organisasi?. Apakah ada pelatihan yang dibuat untuk pelaksanaan tugas-tugas kehumasan?. Apakah tenaga pelaksana yang ada dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi?; c. Isi program, apakah rencana dan kegiatan Humas memperhitungkan kepentingan publik sasaran, pelanggan, petugas, produser, pemegang saham, lembaga keuangan, pemerintah, media dan sebagainya; d. Evaluasi hasil, adakah dukungan yang kuat dalam pelaksanaan program-program kehumasan. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan itu berjalan dengan baik dibandingkan dengan apa yang terjadi pada organisasi lainnya?. Apakah perlu menggunakan Pakar dari luar untuk menilai program kehumasan di organisasi tersebut?; dan e. Pengendalian, apakah langkah-langkah yang telah diambil untuk memerbaiki kegiatan Humas di masa datang berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan?. Adakah langkah-langkah yang perlu diambil untuk masa yang akan datang?

Untuk melihat kinerja dari sebuah rumah sakit, paling tidak bisa kita gunakan ukuran kinerja yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan. Ukuran kinerja suatu rumah sakit, antara lain:
a.    ALOS (Average Length of Stay)
ALOS menurut Kementerian Kesehatan RI adalah rata-rata lamanya pasien rawat inap di rumah sakit, pengukurannya:
                 Jumlah hari perawatan pasien keluar
ALOS = -------------------------------------------------  x 100%
                 Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Standar ideal rasio terkait dengan pelayanan rumah sakit berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan RI yaitu 6-9 hari.


b.   BOR (Bed Occupancy ratio)
BOR menurut Kementerian Kesehatan RI adalah rata-rata persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu, pengukurannya:
                        Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR = -------------------------------------------------------------------  x 100%
             (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satuan waktu)
    Standar ideal rasio terkait dengan pelayanan rumah sakit berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan RI yaitu 60-85%.

c.    TOI (Turn Over Internal)
TOI menurut Kementerian Kesehatan RI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
              (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari)–Hari perawatan rumah sakit
TOI = --------------------------------------------------------------------- x 100%
                               Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Standar ideal rasio terkait dengan pelayanan rumah sakit berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis KementerianKesehatan RI yaitu 1-3 hari.

d.   BTO (Bed Turn Over Rate)
BTO menurut Kementerian Kesehatan RI adalah frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
                                  Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
 BTO = ------------------------------------------------------------------- x 100%
                                           Jumlah tempat tidur
Standar ideal rasio terkait dengan pelayanan rumah sakit berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan RI yaitu 40-50 kali.

e.    GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Kementerian Kesehatan RI adalah angka kematian umum untuk setiap penderita keluar.
                            Jumlah pasien mati seluruhnya
GDR = ------------------------------------------------------------------ x 100%
                           Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Standar ideal rasio terkait dengan pelayanan rumah sakit berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan RI yaitu tidak lebih dari 45 per 1.000 pasien keluar.

f.     NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Kementerian Kesehatan RI adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
                        Jumlah pasien mati > 48 jam
NDR = ------------------------------------------------------ x 100%
                               Jumlah pasien keluar
Standar ideal rasio terkait dengan pelayanan rumah sakit berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan RI yaitu tidak lebih dari 25 per 1.000 pasien keluar.

g.    Jumlah kunjungan rawat jalan
Menggambarkan jumlah rata-rata kunjungan pasien rawat jalan per hari dengan rumus:
              Jumlah kunjungan rawat jalan (baru + lama)
 RK = ----------------------------------------------------------
             Jumlah hari kerja pada periode waktu yang sama

Peran Humas Rumah sakit
Tesis yang dihadirkan oleh Hindarti (2013) memaparkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa petugas Humas di rumah sakit ini baru 1 (satu) orang. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan yaitu menjalin kerjasama dengan Jogja TV, Radio Rakosa, TVRI dan harian Kedaulatan Rakyat (KR). Tugas lain seperti konferensi pers belum terprogram secara sistematis, menjadi sponsor sebuah kegiatan di luar Rumah sakit  masih sesekali, demikian juga mengenai kegiatan survei kepuasan customer masih belum dilakukan secara periodik.

Keterlibatan Humas pada rapat-rapat Manajemen selalu ada, hanya saja ada beberapa hal yang masih belum dilakukan oleh Humas yaitu pengambilan informasi dari tokoh masyarakat yang sudah mantap dengan pelayanan rumah sakit. Demikian juga pengaturan tata acara bila ada pejabat yang berkunjung belum dilakukan, penggalangan dana belum dilakukan, serta kliping informasi pelayanan juga belum dilakukan.

Sebagai orang yang dipercaya Manajemen rumah sakit untuk melakukan berbagai kegiatan supaya banyak customer (pasien) yang datang berobat di Rumah sakit, belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini bisa dilihat pada besaran anggaran yang tersedia untuk Humas serta besaran persentase tugas yang bisa dilakukan oleh Humas yang baru mencapai 61,5%. Khusus anggaran, sementara ini belum ada anggaran untuk kegiatan Humas di Rumah sakit.

Selain yang disebutkan di atas, peneliti juga melakukan analisis pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (teori SWOT) pada rumah sakit ini, sehingga mendapatkan suatu hasil dari analisis strengths, weaknesses, opportunities, threats (SWOT). Berdasarkan hasil yang ditemukan pada analisis SWOT, tentu akan menghasilkan strategi yang akan dilakukan rumah sakit ini ke depan. Untuk mengungkapkan SWOT rumah sakit, tentu bisa dilakukan oleh tim rumah sakit yang bersifat independen, terutama pemikiran yang berpihak pada perspektif pasien rumah sakit.

Contoh, rumah sakit mempunyai peluang untuk mengembangkan pelayanan home care, akan tetapi belum ada fasilitas dan SDM untuk menjalankannya. Jadi isu pengembangan dari rumah sakit ini adalah menyiapkan fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) untuk menjalankan dan mengembangkan pelayanan home care.

Berikut ini akan diberi gambaran mengenai pendapat para responden yang berasal dari karyawan rumah sakit sendiri, dengan tujuan untuk mewujudkan pencapaian kemajuan rumah sakit. Beberapa pendapat karyawan pada kondisi rumah sakit sekarang, sebagai berikut:
Kalau melihat kekuatan Rumah sakit  seperti sudah didukung dengan teknologi kedokteran, SDM sudah mencukupi sesuai standar, pelayanan sudah terakreditasi dan yang lainnya, memberikan gambaran bahwa kekuatan masih di atas kelemahan seperti SDM kurang ramah, kecepatan pelayanan masih kurang serta kepekaan SDM pada perubahan keinginan para customer.
Hal ini dipertegas oleh responden A dan B bahwa komunikasi SDM dalam proses pelayanan, ada yang ramah dan ada juga yang kurang ramah.
Untuk mengatasi hal yang disebutkan di atas, rumah sakit perlu memantapkan isu-isu pengembangan rumah sakit. Contoh, untuk meningkatkan komunikasi yang baik dari rumah sakit serta SDM akan menjadi ramah kepada para customer, diperlukan kegiatan pelatihan secara berkala kepada SDM rumah sakit, menurut visi Direktur rumah sakit. Rumah sakit dapat menuliskan berbagai isu pengembangan untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit. Analisis ini akan menjadi dasar untuk menetapkan strategi rumah sakit ke depan.

Melayani customer tidak hanya menunggu tetapi melakukan kerjasama dengan beberapa lembaga pelayanan kesehatan lainnya, termasuk dari para dokter, perawat, dan bidan yang membuka praktek pelayanan mandiri. Seperti yang diungkapkan narasumber A, B, C dan D, bahwa:
Ya, kita bisa menerima pasien rujukan yang berasal dari tenaga kesehatan yang membuka praktek mandiri, termasuk pasien BPJS.
Kerjasama ini perlu diperluas lagi sehingga akan banyak peluang untuk menerima customer rujukan. Kerjasama dengan perawat, bidan, dan dokter praktek pribadi akan menjadi sumber customer untuk dilayani di rumah sakit  dengan baik. Peningkatan kerjasama ini perlu dilakukan oleh Humas agar jumlah kunjungan rawat jalan di waktu yang akan datang, bisa melampaui jumlah kunjungan pada tahun sebelumnya, serta bisa mewujudkan tingkat BOR sebesar 75%.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan diferensiasi dalam pelayanan melalui strategi fokus, akan bisa memberikan kekuatan untuk bisa bersaing dalam pelayanan. Narasumber A dan B mengatakan bahwa:
Memang banyak bermunculan pelayanan kesehatan baru di Kota ini, sehingga bisa dikatakan sebagai pesaing, tetapi ya bisa jadi pesaing, tapi rejeki ga akan kemana…terus berusaha juga untuk berupaya memenuhi kebutuhan pasien di rumah sakit .
Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan customer rumah sakit  dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit. Akreditasi yang dilakukan ini diharapkan akan mendorong setiap SDM rumah sakit untuk memberikan pelayanan terbaik dan berkualitas kepada customer yang memeriksakan diri di rumah sakit .

Sebagai pemberi pelayanan terdepan, maka SDM dokter, perawat, dan bidan sangat berperan dalam pemberian pelayanan kepada customer. Untuk itu SDM dokter, perawat, dan bidan sudah diusahakan pemenuhannya sesuai dengan standar ketenagaan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kecukupan ketenagaan dokter, perawat, dan bidan merupakan prioritas utama bagi rumah sakit, karena rumah sakit  ini merupakan rumah sakit untuk umum.
Selanjutnya yang berkaitan dengan peran Humas di rumah sakit, memang masih sangat terbatas dalam mengerjakan berbagai tugas sebagai Humas. Keterbatasan ini muncul karena jumlah tenaga Humas di rumah sakit  baru 1 (satu) orang. Meskipun demikian, sudah ada beberapa kegiatan yang sudah dilakukan oleh Humas seperti informasi yang disampaikan narasumber A, B, C dan D, yaitu:
Sudah melakukan kerjasama dengan Jogja TV, radio Rakosa,TVRI untuk peliputan berita dan media cetak seperti Kedaulatan Rakyat (KR). Juga sudah melakukan survei kepuasan pasien dan konferensi pers. Hal lain yang dilakukan yaitu promosi pemeriksaan dan pemasangan alat KB secara gratis, melibatkan masyarakat dalam hal beberapa kegiatan yang dilakukan rumah sakit, dan beberapa kali menjadi sponsor.
Apabila memerhatikan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan Humas, ternyata masih sangat minim dibandingkan dengan tugas-tugas Humas yang seharusnya. Kotler dan Keller (2009) menjelaskan bahwa Humas itu melaksanakan 5 (lima) fungsi, yaitu: a. Hubungan pers, mempresentasikan berita dan informasi tentang organisasi dalam pandangan yang paling positif; b. Publisitas produk, mensponsori usaha untuk mempublikasikan produk tertentu; c. Komunikasi korporat, mempromosikan pemahaman organisasi melalui komunikasi internal dan eksternal; d. Melobi, bernegosiasi dengan pembuat peraturan dan pejabat pemerintah untuk mengajukan atau melonggarkan undang-undang dan peraturan; dan e. Konseling, memberikan saran kepada Manajemen tentang masalah publik, dan posisi perusahaan serta citra sepanjang masa yang baik maupun buruk.

Kalau dihubungkan dengan tugas Humas secara mendetail, akan tampak bahwa masih banyak tugas yang harus dilakukan. Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan profesional Humas, yaitu: a. Menyusun serta mendistribusikan sajian berita, foto-foto, dan berbagai artikel untuk konsumsi kalangan media massa; b. mengorganisir konferensi pers termasuk acara resepsi dan kunjungan kalangan media massa ke organisasi; c. Menjalankan fungsi sebagai penyedia informasi bagi pihak media massa; d. Mengatur acara wawancara antara kalangan pers, radio dan televisi dengan pihak Manajemen atau pimpinan organisasi; e. Melaksanakan fungsi fotografi dan membentuk sebuah perpustakaan gambar/foto; f. Mengedit atau memproduksi majalah-majalah atau surat kabar internal, serta mengelola berbagai bentuk komunikasi internal lainnya seperti video, presentasi slide, majalah dinding, dan sebagainya; g. Mengedit serta memproduksi jurnal-jurnal eksternal untuk konsumsi pihak luar, misalnya untuk para distributor, para pemakai jasa organisasi, konsumen, dan sebagainya; h. Menulis dan membuat bahan-bahan cetak seperti lembaran informasi yang memuat tentang sejarah perusahaan, laporan tahunan atas hasil kerjanya, media komunikasi antara sesama pegawai, poster-poster yang bersifat mendidik dan sebagainya; i. Mengadakan dan mengelola berbagai bentuk instrumen audio-visual seperti presentasi slide dan rekaman video, termasuk melaksanakan distribusi, penyusunan catalog, pameran serta pemeliharaannya; j. Memimpin dan mengatur acara-acara pameran dan ekshibisi kehumasan, termasuk juga menyediakan berbagai macam bahannya; k. Menciptakan dan memelihara berbagai bentuk identitas perusahaan dan ciri khasnya, seperti logo, komposisi warna, tipografi dan hiasannya, jenis kendaraan dinas, pakaian seragam para pegawai dan sebagainya; l. Mengelola berbagai hal yang berkaitan dengan sponsor kehumasan; m. Mengelola hal-hal seperti kunjungan pihak luar ke perusahaan, atau sebaliknya kunjungan dari personel perusahaan ke tempat-tempat lain, termasuk mengatur jadwal penerbangan atau jadwal pelayarannya, akomodasi tur, dan sebagainya; n. Mengikuti rapat-rapat penting yang diselenggarakan oleh dewan direksi dan para pimpinan departemen produksi, pemasaran, penjualan, dan sebagainya; o. Mengikuti konferensi yang diselenggarakan oleh divisi penjualan dan pertemuan para agen; p. Mewakili perusahaan pada pertemuan asosiasi dagang; q. Mendampingi para konsultan Humas eksternal, apabila perusahaan mendatangkannya; r. Melatih segenap Staf Kehumasan secara terus menerus; s. Mengelola survei-survei pendapat atau berbagai macam penelitian lainnya; t. Mengerjakan tugas-tugas periklanan perusahaan (apabila periklanan disatukan dengan Humas); u. Menjalin hubungan dekat dengan politisi dan birokrat; v. Mengatur acara-acara resmi, misalnya acara peresmian gedung baru, termasuk mengatur para tamu undangan dan media massa yang datang meliput; w. Mengatur acara-acara kunjungan dari para pejabat, tamu kehormatan maupun tokoh-tokoh asing; x. Aktif dalam acara-acara pemberian penghargaan, misal penghargaan pemerintah atas prestasi di bidang industri, dan sebagainya; y. Mengumpulkan serta mengorganisir segenap umpan balik dari berbagai sumber informasi mulai dari kliping koran, berita-berita radio dan televisi, serta memantau berbagai laporan dari luar; dan z. Menganalisis umpan balik dan berbagai laporan tersebut, termasuk yang berhubungan dengan tingkat kemajuan pencapaian tujuan yang sudah diraih (Anggoro, 2000).

Secara teori, banyak kegiatan yang harus dilakukan Humas, dengan maksud untuk memperkenalkan produk pelayanan rumah sakit  kepada masyarakat, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang diproyeksikan dapat mendorong pelayanan rumah sakit  menjadi berkembang di masa depan. Untuk itu jumlah SDM Humas perlu ditambah sehingga berbagai pekerjaan bisa dilakukan oleh Humas.

Peran Humas pada pelayanan rumah sakit  sebetulnya sangat memegang peran penting, terutama di dalam upaya untuk melaksanakan berbagai tugas Humas terhadap peningkatan jumlah dan kepuasan customer yang dilayani dari tahun ke tahun. Untuk itu harus ada perbaikan pada besaran anggaran untuk kegiatan Humas. Menurut narasumber A, B, C dan D bahwa:
Sampai saat ini belum ada anggaran yang diperuntukkan pada kelancaran tugas dan kegiatan Humas.
Diharapkan dengan tersedianya anggaran untuk Humas, akan memudahkan pergerakan Humas untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan penggunaan produk pelayanan rumah sakit . Sekaligus juga untuk meningkatkan daya saing rumah sakit  di dalam pemberian dan pemenuhan kebutuhan para customer yang sudah dan akan menggunakan produk pelayanan rumah sakit .

Untuk itu strategi yang akan dikembangkan ke depan sebaiknya strategi fungsional. Menurut Trisnantoro (2005) strategi fungsional menyangkut unit-unit pendukung seperti keuangan, SDM, klinik dan perawatan, sistem informasi, dan pemasarannya. Keuangan untuk Humas menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan kinerja Humas di rumah sakit. Demikian juga pelayanan pendukung lainnya termasuk pelaksanaan tugas sebagai Humas, harus dioptimalkan agar memampukan rumah sakit  untuk bersaing dengan pelayanan kesehatan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, peneliti akan memberikan beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
a.  Peran Humas di rumah sakit  masih belum optimal. Hal ini bisa dilihat dari tugas-tugas yang dilaksanakan Humas masih sangat sedikit (de facto) dibandingkan dengan tugas-tugas Humas yang tertera dari nomor a sampai nomor z (gold standard) baru mencapai 61,5%.
b. Kinerja SDM dan unitnya akan meningkat apabila Manajemen rumah sakit  melakukan pengelolaan SDM dengan baik serta Manajemen berprinsip bahwa SDM yang melayani pasien dan kebutuhan customer merupakan mitra kerja dalam pelayanan.
c. Analisis SWOT yang datanya diperoleh dari hasil wawancara dapat dikatakan bahwa gambarannya akan mengarah pada suatu strategi yang sesuai dengan pengembangan rumah sakit pada waktu yang akan datang.

Post a Comment for "PERAN DAN ANGGARAN HUMAS TERHADAP KINERJA RUMAH SAKIT"