Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KEKERABATAN TERGERUS ZAMAN



Tari Maena, simbol sukacita-Suku Nias

Bila melihat berita di televisi, media sosial,  dan media online lainnya, menunjukkan tanda-tanda manusia menuju pada sifat-sifat yang individualis, yang berusaha mewujudkan kehendak pribadi. Orang hanya mementingkan diri sendiri dan kurang peduli kepada orang lain. Suami isteri saling bertengkar sampai putus hubungan, sesama saudara saling bunuh membunuh, berbeda kepercayaan seperti berhadapan sebagai musuh, bahkan bertebaran berita seorang manusia ciptaan Tuhan, tega membunuh orang lain hanya karena berbeda pendapat, berbeda kepentingan, berbeda harta kekayaan, dan lain sebagainya. Jadinya, mengerikan . . . .

Pada hal manusia Indonesia memercayai Tuhan sebagai pemilik hidup, rajin mengikuti ibadah sesuai kepercayaannya, rajin membaca dan mendengar khotbah tentang agamanya, rajin menuntut ilmu, dan selanjutnya. Merenungi keadaan seperti di atas, mestinya manusia Indonesia itu seharusnya berbudi luhur, tenggang rasanya kuat, saling membantu, saling menguatkan, saling menolong, saling memberi, saling bersilaturahmi, saling menasehati, dan saling mendukung. Apakah sifat-sifat manusia Indonesia sekarang masih bisa diharapkan akan menjadi lebih baik?

Apalagi pada saat ini, sering mempertontonkan pekerjaan besar seperti saling berlomba untuk mengikuti proses pemilihan umum (Pemilu) Kepala Daerah Kota/Kabupaten, Kepala Daerah Provinsi, dan pemilihan Presiden Republik Indonesia (RI). Pada kondisi seperti ini, sering menampilkan tingkat persaingan sengit yang sangat tinggi antar calon. Apa yang akan terjadi? Antar calon saling sikut-sikutan, saling mengungkapkan dirinya lebih baik visi dan misinya, bahkan sering kelihatan saling memfitnah, saling memviralkan berita bohong kepada lawan, dan perlakuan-perlakuan yang lain.

Keadaan yang menyelimuti bangsa Indonesia ini, seakan membelah kekerabatan antara kita dengan orang lain. Saling berebut dan saling menonjolkan diri pada segala aktivitas yang dilakukan. Saling mengejar harta untuk sekian keturunan, meskipun disangkakan dan dipenjarakan oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK). Kadang kalau melihat orang-orang yang kena operasi tangkap tangan (OTT) KPK, malah kelihatannya pada tenang-tenang saja, bahkan mempertunjukkan bahasa tubuh yang menyiratkan kondisi senang sehingga terlihat senyum-senyum saja, bagaikan seorang aktor/aktris pemain film. Yah . . bisanya mengelus dada, walau tadinya mereka itu disumpah dalam jabatan, menurut agama yang dipercaya.

Apakah Anda merasa sedih melihat kondisi manusia Indonesia sekarang? Memang sangat memprihatinkan . . Kelihatannya kita semakin maju bahkan sudah berada dalam strategi teknologi canggih yang kita sudah kenal sebagai era revolusi industri 4.0. Skenario dalam era revolusi industri 4.0 ini, yaitu: manusia Indonesia sekarang serba berhubungan dengan teknologi informasi, yang bisa dilakukan melalui gadget (handphone=telepon genggam) di tangan, sekaligus memampukan menangani pekerjaan yang serba cepat dan tepat serta memberi kemampuan untuk mengambil kebijakan dan keputusan yang tepat, karena tersedia data yang mumpuni.

Hadirnya zaman gadget yang semakin maju ini, menjadikan manusia semakin lebih mandiri dan individualis, yang semakin jauh dari rekan kerja dan/atau kerabat lainnya. Apakah kita akan semakin individualistis? Coba saja lihat keadaan 1 (satu) keluarga pada waktu makan bersama di sebuah restoran, sebelum terhidangkan makanan yang sudah dipesan, masing-masing anggota keluarga sibuk mengeluarkan alat muzijat dari kantongnya, terus langsung menggunakan gadgetnya untuk melakukan komunikasi dengan teman masing-masing. Jadinya keluarga ini nampaknya biasa saja, walau kekerabatan semakin menjauh hehehe.

Keadaan seperti ini tampak sudah dihinggapi rasa individualis, hanya melihat kepentingan sendiri dan keuntungan sendiri. Makhluk sosial yang melekat pada diri manusia itu, semakin hilang tanpa masalah, sepertinya berjalan apa adanya saja. Maka tidak heran pada waktu menghadapi dan mengikuti pemilihan umum Kepada Daerah, masing-masing secara individu berharap ada salam tempel dari calon, sehingga mau memilih. Semakin besar menerima salam tempel semakin bersemangat untuk memilih calon. Jadi, sudah tidak berpikir mengenai kehebatan visi dan misi yang dikampanyekan calon, tetapi lebih penting bila bersalaman dengan besarnya isi dari salamnya.

Dengan hadirnya sifat yang individual pada diri manusia, keindahan dari kekerabatan yang sudah pernah dirasakan pada waktu era masa kanak-kanak sudah menguap, bagaikan embun di pagi hari akan menguap begitu saja dengan cepat setelah terbit dan bersinarnya matahari. Kekerabatan menjadi semakin hilang setelah berkembangnya era gadget, yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi kepada orang lain sesuai dengan yang dibutuhkan. Mau pesan makan, mau menikmati keindahan objek wisata, mau jalan-jalan, mau melakukan pembayaran, mau pesan pulsa, mau beli baju yang diinginkan, tinggal tekan tombol-tombol di gadgetnya, langsung didapatkan.

Apakah Anda setuju dengan sifat manusia yang semakin individualis ini? Ini sebuah pemikiran yang perlu direnungkan oleh Kepala Daerah. Bagaimanapun dalam mengaplikasikan berbagai program kerjanya di tengah-tengah warga masyarakat, Kepala Daerah membutuhkan peran orang lain untuk diajak bekerjasama dalam mewujudkan pembangunan dan pengembangan di daerahnya. Kepala Daerah membutuhkan struktur organisasi di daerahnya untuk memikirkan dan melakukan berbagai kegiatan kepada warga masyarakat, untuk mewujudkan tugas yang diamanahkan kepada bawahannya.

Kepala Daerah membutuhkan adanya peran dari warga masyarakat untuk bekerjasama dalam melakukan pembangunan dan pengembangan potensi daerahnya, yang membawa masyarakat menjadi lebih sejahtera dan lebih mudah melakukan segala aktivitas yang diperlukan. Pertanyaannya sekarang, apa yang diusahakan oleh Kepala Daerah agar bisa dan mau bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam mensejahterakan dirinya dan warga masyarakat yang lain?.

Strategi dan taktik yang perlu dilakukan Kepala Daerah agar masyarakat turut serta untuk memerbaiki nilai kekerabatan yang sudah mulai luntur itu, yaitu membentuk suatu komunitas untuk mematangkan kembali dan mampu mewujudkan kebersamaan di antara kita, sehingga kekerabatan bisa hidup kembali. Kepala Daerah berusaha membentuk beberapa komunitas di tengah warga masyarakat yang sudah sangat mandiri dalam kehidupannya. Beberapa komunitas yang bisa dibentuk dan dipelihara oleh Kepala Daerah, antara lain:
1.      Komunitas petani
2.      Komunitas peternak
3.      Komunitas sadar wisata
4.      Komunitas kuliner
5.      Komunitas pengrajin
6.      Komunitas milenial
7.      Komunitas Bapak-bapak
8.      Komunitas Ibu-ibu
9.      Komunitas sepeda
10. Komunitas pelajar
11. Komunitas relawan
12. Komunitas media sosial, dan
13. Komunitas lain sesuai yang dibutuhkan
Mengenai komunitas yang akan dibentuk ini, sangat tergantung dari daerah sesuai kondisi warga masyarakat di daerahnya. Mungkin yang perlu mendapat perhatian, komunitas ini perlu dibina dan dikembangkan, melalui terciptanya beberapa kegiatan sesuai program kerja dari masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD), yang didukung dan disetujui oleh Kepala Daerah.

Hendaknya pembentukan komunitas ini betul-betul dilakukan untuk mengencangkan kembali kekerabatan antar warga masyarakat di daerah, agar semakin bersemangat untuk turutserta dalam mendukung berbagai program kerja Kepala Daerah dalam rangka membawa warga masyarakat semakin sejahtera dan semakin menaruh kepercayaan pada kepemimpinan Kepala Daerah. Semangat ini akan mudah diwujudkan, apabila Kepala Daerah mau membangun daerah yang dipimpin, dan mau menjadikan warga masyarakat yang dipimpin lebih terdidik, lebih sehat, bebas dari kemiskinan, dan mampu berwirausaha untuk memerbaiki ekonominya.

Post a Comment for "KEKERABATAN TERGERUS ZAMAN"