PEMAHAMAN INVESTASI DI RUMAH SAKIT
1. Bahan Diskusi
a. Salah satu propinsi
di Pulau Jawa mengagendakan peningkatan kesehatan masyarakat melalui kegiatan
pemberantasan penyakit Tuberkulosis dan Demam Berdarah serta peningkatan gizi
Balita pada tahun 2020. Agenda peningkatan kesehatan
masyarakat ini disampaikan oleh Gubernur dalam Rapat Kerja (RAKER) bersama
dengan Bupati dan Walikota. Sebagai penanggungjawab daerah Kabupaten dan Kota,
tentu memikirkan sumber dana dan manfaat dengan membandingkan kegiatan-kegiatan
lainnya yang akan dilaksanakan pada tahun 2020. Bupati atau Walikota sedang
berpikir keras bagaimana mewujudkan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pada tahun 2020 ini, dengan melihat ketersediaan dana yang
merupakan sumber pembiayaan kegiatan. Agar agenda peningkatan kesehatan
masyarakat ini dapat diwujudkan oleh Bupati atau Walikota pada tahun 2020 ini,
apa saja yang Saudara lakukan untuk meyakinkan Bupati atau Walikota bahwa investasi pemerintah pada peningkatan
kesehatan masyarakat, sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah dalam
jangka panjang serta dapat meningkatkan citra Kabupaten atau Kota.
b.
Sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang Jasa akan melakukan investasi pada usaha tersebut, dengan
membeli beberapa alat yang menunjang keberhasilan usaha itu pada masa yang akan
datang. Biaya investasi A Rp. 750 juta dengan taksiran aliran kas masuk untuk
tahun pertama Rp. 400 juta, tahun kedua Rp. 300 juta, dan tahun ketiga Rp. 250
juta. Investasi B dengan initial investment
Rp. 350 juta akan memperoleh aliran kas masuk pada tahun pertama Rp. 200 juta,
tahun kedua Rp. 250 juta, dan tahun ketiga Rp. 150 juta. Untuk investasi C
dengan biaya Rp. 1100 juta akan mendatangkan aliran kas masuk pada tahun
pertama Rp. 500 juta, tahun kedua Rp. 600 juta, dan tahun ketiga Rp. 450 juta.
Investasi D dengan biaya Rp. 900 juta akan mendatangkan aliran kas masuk
sebesar Rp. 500 juta pertahun, sementara investasi E dengan biaya Rp. 600 juta
akan mendatangkan aliran kas masuk Rp. 350 juta pertahun. Biaya modal
diperkirakan 18%.
Pertanyaan:
è Jelaskan jenis investasi apa saja yang terdapat pada pelayanan kesehatan?
è Hitung Net Present Value (NPV)
dari masing-masing investasi
è Jelaskan bagaimana menentukan urutan prioritas dari kelima investasi
tersebut di atas
è Jelaskan biaya tunai yang termasuk dalam perhitungan aliran kas masuk!
è Jelaskan penggunaan dari masing-masing metode penilaian investasi!
2. Kebijakan dan Peran Pemerintah
Dalam Bidang Investasi
Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh
pemerintah yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
dan pengendalian program untuk menunjang peningkatan upaya kesehatan.
Berdasarkan UU tersebut seyogyanya pemerintah memikirkan bagaimana pengaturan pelaksanaan
dan pengembangan investasi dalam bidang pelayanan kesehatan secara baik.
Selama ini pemerintah sudah melakukan berbagai investasi, khususnya dalam
bidang pelayanan kesehatan, seperti pembangunan gedung Puskesmas, rumah sakit, pengadaan
peralatan kesehatan, posyandu, pengadaan obat, pemberantasan penyakit,
penyuluhan kesehatan, dan lain-lain. Pelaksanaan investasi ini termasuk
kelompok investasi yang tidak dapat dihitung labanya, sementara efeknya berdampak
dalam jangka panjang. Pertanyaan yang bisa dimunculkan adalah bagaimana
memanajemeni investasi tersebut dalam 5 – 10 tahun ke depan?
Kalau investasi pemerintah diwujudkan dalam bentuk alat kesehatan di sebuah
unit pelayanan kesehatan, sebaiknya didasarkan pada tingkat utilitas pelayanan
di wilayah tertentu serta pasar potensial yang bisa dilayani. Selanjutnya pemerintah
membuat kebijakan pengelolaan terhadap alat kesehatan tersebut dalam jangka
panjang. Pengelola alat kesehatan, dalam hal ini unit pelayanan yang menerima
alat kesehatan, sebaiknya mengetahui nilai perolehan alat kesehatan tersebut,
termasuk umur teknisnya, sehingga bisa menetapkan besarnya penyusutan alat
setiap tahun serta mampu menetapkan tarif pelayanan sesuai kondisi pasar dan
waktu pergantian alat. Untuk melaksanakan sistem ini harus disertai perubahan
kebijakan pemerintah dalam hal pengelolaan finansial unit kesehatan, seperti
pelaksanaan BLU pada rumah sakit vertikal milik Departemen Kesehatan. Konsep
pemikiran secara ekonomi inilah yang perlu digalakkan di tingkat pengambil
kebijakan, dalam arti mentransformasi semangat wirausaha ke dalam sektor
publik.
3. Pemahaman Investasi
Untuk memulai suatu usaha atau untuk
mengembangkan usaha apapun diperlukan pemikiran dan pelaksanaan kegiatan
investasi. Investasi sebagai capital
expenditure merupakan penyerap dana terbesar dalam pelayanan kesehatan,
seperti pengeluaran dana untuk pembelian alat-alat, pembangunan kantor dan
pembangunan gedung termasuk sarana pelayanan lainnya. Kegiatan investasi
berkaitan dengan biaya yang dibutuhkan untuk memperolehnya serta biaya pertahun
yang melekat pada investasi tersebut yaitu biaya penyusutan. Dalam perspektif
akuntansi, capital expenditure
merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian barang-barang berwujud dalam
bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu untuk digunakan dalam operasi
pelayanan kesehatan. Barang-barang berwujud tersebut tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan usaha yang normal, tetapi digunakan untuk
peningkatan pelayanan serta mempunyai masa manfaat di atas satu tahun, dengan
nilai perolehan dalam jumlah tertentu (sesuai kebijakan akuntansi).
Untuk melakukan sebuah niat yaitu mau
berinvestasi, sangat diperlukan berbagai analisis dan perhitungan terhadap niat
investasi tersebut sebelum sampai pada suatu keputusan. Banyak investasi yang
seharusnya memberi hasil baik bagi organisasi, tetapi karena terlambat
mengantisipasi akhirnya tidak dapat diwujudkan, sebaliknya organisasi
(pelayanan kesehatan) telah melakukan investasi namun kurang memberi hasil baik
bagi organisasi, dikarenakan pada waktu itu sangat tertarik pada informasi yang
menggiurkan dari pihak penjual alat umpamanya, sehingga akhirnya terbeli. Untuk
membantu mengatasi keadaan seperti yang disebutkan di atas, diperlukan wawasan
dan ketrampilan dalam mengelola investasi pelayanan kesehatan dengan terlebih
dahulu memahami prinsip-prinsip investasi, manajemen investasi, konsep
penilaian investasi, dasar-dasar yang digunakan untuk penilaian investasi, dan
metode-metode penilaian investasi.
Investasi merupakan pengikatan sumberdaya organisasi dalam jangka panjang
untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 1997). Sumberdaya
organisasi bisa berupa keuangan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana
organisasi lainnya. Penggunaan sumberdaya organisasi berupa uang dan dilakukan
dalam jangka panjang membutuhkan perhitungan yang sangat serius, apakah dengan
melakukan investasi akan ada tambahan manfaat investasi lebih besar daripada
tambahan pengorbanan? Pengeluaran dalam hal ini merupakan pengorbanan yang
meliputi perkiraan seluruh biaya perolehan aktiva tetap (tanah, bangunan,
mesin, kendaraan, alat-alat kesehatan, perabotan, aktiva lain) dan modal kerja
awal dengan maksud untuk memperoleh kekayaan, peralatan, dan aktiva modal
lainnya yang dapat menghasilkan pendapatan.
Pelaksanaan investasi merupakan pemilihan sebuah investasi yang terbaik di
antara alternatif investasi yang tersedia, dengan harapan investasi tersebut
dapat:
|
Meningkatkan performance pelayanan
|
|
Mendorong timbulnya motivasi dan komitmen karyawan
|
|
Mengalokasikan dana organisasi secara efisien
|
|
Memperluas jangkauan pelayanan organisasi
|
|
Menjadi salah satu unit pengembangan dana
|
|
Meningkatkan pendapatan organisasi
pelayanan
|
|
Mendapatkan kehidupan lebih layak di masa datang
|
|
Mengurangi tekanan inflasi
|
|
Dapat
menghemat pajak
|
Pemilihan suatu
investasi memerlukan kecermatan dan perhitungan yang matang atas berbagai
kesempatan atau peluang yang dapat membawa organisasi pelayanan menjadi lebih
baik di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk mencapai keadaan yang
lebih baik dibanding keadaan sebelumnya, maka investasi dapat ditentukan
melalui pemahaman atas waktu pengembalian investasi atau kemampuan investasi
dalam menghasilkan profit. Jadi Investasi merupakan:
a. Pengeluaran untuk memperoleh kekayaan, peralatan, dan aktiva modal lainnya
yang dapat menghasilkan pendapatan.
b. Surat berharga dari perusahaan lain yang dipegang untuk jangka panjang dan
diperlihatkan dalam bagian aktiva yang tidak lancar pada neraca.
c. Surat berharga perusahaan lain yang dipegang untuk waktu yang sangat
singkat, sebagai surat berharga yang mudah diperjualbelikan dan diperlihatkan
dalam bagian aktiva lancar pada neraca.
4. Manajemen Investasi
Manajemen investasi
berarti melakukan pengelolaan terhadap sebuah atau beberapa investasi, mulai
dari perencanaan investasi sampai pada evaluasi kinerja investasi. Frank J.
Fabozzi dalam bukunya Manajemen Investasi (terjemahan), mengemukakan bahwa
untuk memanajemeni investasi perlu melakukan langkah-langkah pelaksanaan
pengadaan investasi. Proses manajemen investasi meliputi 5 (lima) langkah sebagai berikut:
a.
Menetapkan
sasaran investasi
Sasaran investasi merupakan sesuatu hal yang akan diwujudkan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, sasaran investasi harus dibuat terlebih dahulu
untuk dijadikan pijakan dalam melakukan investasi. Contoh: untuk memperoleh
dana yang cukup sehingga dapat memenuhi kewajiban dana pensiunnya (dana
pensiun), untuk memenuhi kewajiban perusahaan dan menghasilkan laba (asuransi
jiwa), untuk memperoleh pengembalian dari dana yang diinvestasikan yang
jumlahnya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (bank penerbit sertifikat
deposito).
b.
Membuat
kebijakan investasi
Membuat
pedoman kebijakan investasi dalam rangka mengawal sasaran investasi. Penetapan
kebijakan dimulai dari keputusan alokasi aset (aktiva) yaitu investor harus
memutuskan bagaimana dana didistribusikan terhadap kelompok-kelompok aktiva.
Hal lain yang harus dipetimbangkan lagi yaitu peraturan yang membatasi kelompok
aktiva tertentu untuk dijadikan investasi.
c.
Memilih
strategi portofolio (sekelompok bentuk investasi)
Strategi yang bisa
dipilih yaitu aktif, pasif, dan terstruktur. Strategi Aktif dilakukan dengan cara menghimpun berbagai informasi untuk bisa
meramalkan kinerja investasi pada masa yang akan datang. Pasif dilakukan dengan
cara mengidentifikasi harapan minimal dari pelaksanaan investasi tersebut
sehingga keberhasilan kinerja investasi tergantung dari diversifikasi
pelayanan. Terstruktur dilakukan dengan cara merancang kinerja investasi yang
harus dicapai sehingga bisa memenuhi kewajiban yang harus dibayar.
d.
Memilih
aset (aktiva)
Pada proses ini membutuhkan kegiatan pemahaman karakteristik masing-masing
aset terutama mengenai tingkat efisiensi dan risiko. Tingkat efisiensi dan
besarnya risiko merupakan pusat perhatian dalam memilih aset (aktiva).
e.
Mengukur
dan mengevaluasi kinerja
Proses ini merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh investor
(pemilik dana). Hal yang dilakukan adalah pengukuran kinerja dari investasi dan
membandingkannya dengan indikator-indikator tertentu.
5. Pelaksanaan Investasi di Puskesmas, RSUD, dan Swasta
a.
Pelaksanaan
Investasi di RSUD “A”
Pelayanan kesehatan di RSUD ”A” bertambah satu lagi. Rumah sakit tersebut kini memiliki Unit
Pelayanan Hemodialisa atau lebih dikenal dengan istilah cuci darah. Sekitar
tahun
2006, unit tersebut diresmikan. Usai diresmikan, unit
tersebut langsung dipergunakan tiga pasien cuci darah. Direktur RSUD ”A” mengatakan,
unit baru ini merupakan bentuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat,
khususnya bagi pasien yang menderita gagal ginjal di wilayah pelayanan rumah
sakit. Unit ini sudah seharusnya ada, karena jumlah pasien gagal ginjal
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tingkat nasional, rasio gagal ginjal mencapai 250 orang per 1 juta
orang, sedangkan jumlah kunjungan pasien yang menderita penyakit gagal ginjal di
rumah sakit ini rata-rata lebih dari 4 orang per hari. Selama ini pasien hanya dirujuk
ke beberapa rumah sakit di Solo, Semarang, Klaten dan Jogja. Dengan adanya
fasilitas baru itu, pasien yang memerlukan cuci darah diharapkan tidak perlu
lagi dirujuk ke rumah sakit lain, namun bisa ditangani sendiri oleh rumah sakit.
Anggaran yang digunakan untuk pembangunan unit ini dibiayai APBD Daerah,
sedang mesin Haemodialisa 1 unit dibiayai APBN dan 1 unit lainnya hasil
kerjasama operasional antara RS dengan sebuah perusahaan di Jakarta.
Ditargetkan nantinya rumah sakit bisa memiliki 6 unit mesin Haemodialisa. Saat
ini ada 2 dokter dan 2 tenaga medis yang bertugas melayani pasien di unit ini.
Soal biaya, setiap pasien dibebani biaya Rp. 600.000,- untuk sekali cuci darah.
Pada saat peresmian Unit Pelayanan Hemodialisa, Kepala Daerah mengatakan,
RS ini harus mampu mewujudkan visi dan misinya untuk mewujudkan sebagai pusat
pelayanan dan rujukan kesehatan terbaik. Diharapkan, rumah sakit tersebut bisa
melayani kesehatan sekitar 930.661 jiwa penduduk Daerah ini, yang sebagian diantaranya
membutuhkan pelayanan kesehatan dengan peralatan canggih. Salahsatunya unit
Haemodialisa ini, kata Pemimpin di Daerah itu
Hadirnya produk jasa pelayanan baru di lingkungan RS ini, merupakan upaya
pengembangan produk jasa pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan. Namun,
investasi rumah sakit pada pelayanan baru ini, perlu dianalisis lebih jauh, apakah
pelaksanaan investasi ini berbasis pada ekonomi manajerial? Apakah penetapan
tarif pelayanan sebesar Rp. 600.000 berbasis biaya pelayanan atau berbasis
demand? Seandainya umur ekonomis alat kesehatan tersebut hanya 5 tahun, apakah
pelayanan haemodialisa masih bisa dilayani di RSUD ”A”?
Mengenai pelaksanaan investasi di RSUD ”A” pada umumnya banyak ditentukan
oleh pemerintah daerah dan DPRD supaya secara politis daerah ini memiliki rumah
sakit dengan fasilitas yang baik dan bukan pada pelayanan berbasis epidemiologi
di daerah tersebut. Kondisi seperti ini banyak terjadi di daerah-daerah supaya
daerahnya dikenal. Tetapi dalam investasi sebaiknya informasi pelaksanaan
investasi itu bersumber dari Manajemen rumah sakit yang sehari-hari memiliki
data penyakit yang diderita masyarakat di daerah itu, yang dilaporkan rumah
sakit ke Dinas Kesehatan tentang 10 besar penyakit. Analisa dari data rumah
sakit inilah yang bisa memberi masukan bagi Manajemen rumah sakit mengenai
peningkatan kesehatan di tengah-tengah masyarakat. Contoh, peningkatan unit
pelayanan di RSUD ”A” didasarkan pada data pasien yang membutuhkan pelayanan
Haemodialisa, meskipun data ini masih perlu dianalisa secara mendalam. Untuk
melengkapi proses pelaksanaan investasi di RSUD perlu ada perumusan kegiatan
investasi di masing-masing rumah sakit seperti yang terjadi pada proses
investasi selama ini.
b. Pelaksanaan Investasi di RS Swasta
Investasi di RS Sawasta merupakan
hal yang sangat urgen, dan dipikirkan dengan sangat hati-hati, karena dengan
penambahan investasi menunjukkan adanya pengembangan produk jasa pelayanan di
rumah sakit tersebut. Berdasarkan hal itu maka rumah sakit swasta melakukan
upaya-upaya untuk berinvestasi pada pelayanan yang memiliki peluang banyak di
masa yang akan datang. Untuk mencapai hal tersebut, rumah sakit melakukan
analisis yang mendalam mengenai pasar (masyarakat) pelayanannya. Gambaran pasar
ini diperoleh dari hasil analisis data pasien yang menggunakan berbagai produk
jasa pelayanan rumah sakit selama ini. Selain dari itu, perlu juga memerhatikan
pasar potensial yang bersumber dari kelompok masyarakat tertentu, atau keadaan
pasar dari masing-masing dokter, perawat, dan bidak praktek pribadi, atau dari
rumah sakit lain yang belum memiliki pelayanan seperti yang direncanakan.
Pendalaman pada pasar pelayanan ini dapat dipahami seberapa jauh tingkat
optimistis, cukup, dan pesimistis. Keadaan pasar ini akan diperhadapkan dengan
tarif yang akan dibebankan sehingga dalam periode waktu tertentu, akan diperoleh
informasi mengenai perkiraan jumlah pendapatan yang akan diterima rumah sakit.
Informasi besaran pendapatan ini akan dibandingkan dengan harga perolehan
investasi yang diperhitungkan pada beban biaya setiap tahun, yang dikenal
dengan istilah depresiasi. Pertanyaan yang muncul yaitu apakah investasi tersebut memiliki jumlah pendapatan di atas biaya dan
depresiasi? Perhitungan-perhitungan ini dilakukan setiap tahun selama umur
ekonomis dari investasi.
Untuk melakukan perhitungan terhadap sebuah investasi, rumah sakit swasta
menggunakan metode penilaian investasi.
Penggunaan metode ini, dapat memberi jawaban kepada Manajemen rumah sakit apakah
investasi tersebut diterima atau ditolak.
6. Jenis-jenis Investasi
Sebagai
suatu aktivitas dari sebuah organisasi pelayanan, diharapkan dapat memerbaiki keadaan
menjadi lebih baik dibanding keadaan sebelumnya, maka kegiatan investasi
merupakan sesuatu hal yang harus dilaksanakan oleh sebuah organisasi pelayanan
dalam bentuk usaha apapun, baik yang bergerak dalam bidang usaha jasa maupun
non jasa.
Untuk
menggambarkan berbagai hal mengenai bentuk-bentuk investasi yang biasanya
dilakukan organisasi pelayanan, maka Investasi dapat dibagi dalam 4 golongan
yaitu:
a.
Investasi
yang tidak menghasilkan laba (non profit
investment).
Investasi
ini timbul karena adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan untuk
dilaksanakan. Contoh rumahsakit tipe A dan tipe B diwajibkan oleh pemerintah
agar memiliki instalasi pengolah limbah sendiri, baik limbah cair maupun limbah
padat, sehingga tidak mencemari lingkungan masyarakat yang bertempat tinggal
sekitar rumah sakit.
b.
Investasi
yang tidak dapat diukur labanya (non
measurable profit investment).
Investasi
ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah pendapatan, namun kenaikan jumlah
pendapatan ini akan sulit diukur secara langsung. Kenaikan pendapatan akan
diperoleh apabila melakukan kegiatan-kegiatan seperti promosi, survei pasar,
dan pengembangan sumber daya manusia. contoh: pengeluaran biaya promosi produk
untuk jangka panjang, biaya penelitian dan pengembangan, biaya program
pelatihan dan pendidikan karyawan.
c.
Investasi
dalam penggantian ekuipmen (replacement
investment).
Investasi jenis ini dilakukan karena
ekuipmen yang lama sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan, atau biaya operasional
alat tersebut termasuk tinggi sehingga kalau diganti yang baru maka biaya
operasional akan semakin kecil, sehingga lebih efisien. Penggantian
juga bisa dilakukan karena kemajuan teknologi sehingga akan menghasilkan pelayanan
yang lebih berkualitas. Contoh: alat USG, alat laboratorium dan lain sebagainya.
d. Investasi dalam perluasan usaha (expansion
investment).
Investasi
ini merupakan upaya untuk menambah kapasitas produksi agar menjadi lebih besar
dari sebelumnya, seperti perluasan dan penambahan volume penjualan. Investasi
juga bisa dilakukan untuk memperluas jangkauan pelayanan kepada customer berupa pengenalan projek baru
(seperti di RSUD ”A”), sehingga adanya suatu harapan bahwa akan memberikan
hasil yang lebih besar bagi organisasi. Sebelum melaksanakan investasi jenis
ini, maka yang perlu dipertimbangkan adalah taksiran laba yang akan diterima
pada tahun-tahun yang akan datang.
Pelaksanaan investasi bagi sebuah organisasi (rumah sakit) merupakan sebuah
taktik di dalam menjangkau sebagian pasar dari pasar yang tersedia, yang
biasanya dipenuhi berbagai trik persaingan yang dilakukan oleh berbagai jenis
organisasi pelayanan. Sehubungan dengan kondisi tersebut, pelaksana investasi
berupaya mengakomodir berbagai pertimbangan yang relevan dengan kegiatan
investasi. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut antara lain:
a.
Faktor risiko untuk tiap-tiap
investasi.
b.
Pajak penghasilan.
c.
Nilai waktu uang.
7. Makna Nilai Sekarang dan
Cash Flow pada Investasi
Investasi sebagai capital expenditure merupakan kekayaan
dalam bentuk uang atau aset yang digunakan untuk menghasilkan lebih banyak
pendapatan. Investasi pada umumnya terikat dalam periode waktu lebih
satu tahun, sehingga dampak dari terikatnya modal dalam beberapa waktu tersebut,
maka sebuah investasi harus betul-betul dihitung dan dipertimbangkan secara
mendalam.
Uang yang dimiliki
mempunyai nilai waktu (time value). Time
is money. Ungkapan ini memberi sebuah pemahaman bahwa uang itu memiliki
nilai waktu. Artinya nilai sekarang dari uang akan berbeda dengan nilai uang pada
waktu satu bulan atau satu tahun mendatang. Menurut Haming dan Basalamah (2003), lebih berharganya uang yang ada di
tangan hari ini disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
a. Uang yang ada sekarang dapat dipakai untuk membeli aset tertentu, dan
kemudian dapat dijual di hari lain di masa mendatang, dan daripadanya dapat
diperoleh suatu surplus atau laba.
b. Uang yang ada di tangan sekarang dapat dipakai untuk membeli berbagai benda
kebutuhan dengan harga yang lebih murah dibanding dengan harga barang yang sama
di hari lain di masa mendatang.
Nilai sekarang (present value)
dari uang dapat diketahui dengan menghitung besarnya jumlah uang pada permulaan
periode atas dasar tingkat bunga tertentu dari suatu jumlah uang yang akan
diterima beberapa waktu kemudian. Atau dapat dikatakan bahwa present value (nilai sekarang) menghitung
nilai uang pada waktu sekarang dan nilai uang yang akan kita miliki beberapa
waktu kemudian. Contoh, Rp. 100.000,- yang akan kita terima pada akhir tahun
depan atas dasar tingkat bunga tertentu, nilainya pada permulaan periode atau
awal tahun adalah lebih kecil dari Rp. 100.000,-. Cara menghitung present value
dari Rp. 100.000,- dapat dilakukan dengan menggunakan tabel nilai sekarang dari
suatu annuity Rp. 1, untuk n tahun
berdasarkan tingkat bunga tertentu, umpamanya 11%.
Nilai sekarang (present value)
dari suatu investasi mendapat perhatian utama dalam hal pengelolaan investasi,
dengan maksud untuk mengetahui apakah jumlah pendapatan yang akan diterima
kemudian lebih besar atau sama dengan atau lebih kecil dari tingkat bunga bank
yang berlaku pada saat ini. Pemahaman present
value menuntun para pengambil keputusan (manajer) untuk mengetahui present value dari Rp. 100.000,- apabila
jumlah tersebut akan diterima pada satu atau dua tahun mendatang.
Berdasarkan pemahaman ini maka timbul suatu konsep pemikiran dalam hal present value dari jumlah uang tertentu
yaitu lebih baik menerima uang Rp. 100.000,- sekarang daripada menerima uang
sebesar itu pada tahun depan, atau sebaliknya lebih baik membayar Rp. 100.000,-
tahun depan daripada membayar uang sebesar itu pada waktu sekarang. Informasi
ini dapat memberi gambaran bahwa nilai sekarang (present value) menunjukkan berapa nilai uang pada waktu sekarang dan
berapa nilai uang pada masa yang akan datang.
Melakukan investasi berarti memiliki suatu harapan bahwa nantinya akan
mendapatkan pengembalian investasi melalui aliran kas masuk yang lebih besar di
masa yang akan datang. Adanya aliran kas masuk, berarti sebuah organisasi
pelayanan kesehatan dapat menyelesaikan kewajiban finansialnya, bahkan dapat
pula direinvestasikan. Jadi aliran kas
menjadi penting dalam suatu investasi. Ada dua komponen utama dalam aliran
kas yaitu initial cash flow yang merupakan komponen yang berhubungan
dengan pengeluaran capital expenditure
mulai dari awal sampai akhir projek (investasi), dan operational cash flow
yang berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan selama operasi perusahaan.
Cash in flow (aliran kas masuk) atau
arus kas sangat diperhitungkan dan merupakan penentu utama untuk menyatakan
suatu investasi layak dilakukan atau tidak layak dilakukan. Arus kas merupakan
analisis yang sangat penting kedudukannya karena kelayakan finansial sebuah
usulan rencana investasi diukur pada nilai sekarang arus kasnya (Haming dan
Basalamah, 2003).
Pada saat akan melakukan investasi, khususnya dalam bentuk aktiva tetap, cash in flow betul-betul diperhitungkan
baik aliran kas keluar netto (net outflow
of cash) maupun aliran kas masuk netto (net
annual inflow of cash). Aliran kas keluar netto yaitu pengeluaran yang
diperlukan untuk melaksanakan investasi baru, sedang aliran kas masuk netto
merupakan hasil dari investasi baru tersebut, yang sering disebut net
cash proceeds. Jadi apabila menerima atau membayar uang dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun, maka sangat perlu mempertimbangkan nilai waktu
dari uang (sumberdaya yang dikorbankan).
Sebagai acuan, berikut ini akan disajikan contoh perhitungan arus kas
bersih:
|
Penerimaan Kas
Taksiran hasil
penjualan
Penjualan
aktiva tetap
Jumlah
penerimaan kas
|
|
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
|
|
Pengeluaran kas
Biaya produksi
Biaya penjualan
Biaya
administrasi umum
Penyusutan AT
Jumlah
pengeluaran
|
xxx
xxx
xxx
xxx
|
xxxx
|
|
Laba Operasi
(EBIT)
Bunga
Laba sebelum
pajak
Pajak
Laba bersih (EAT)
|
|
xxxx
(xxxx)
xxxx
(xxxx)
xxxxx
|
|
Arus Kas Bersih
Laba bersih (EAT)
Depresiasi
Bunga sesudah
pajak (1-t) x bunga
|
|
xxxxx
xxxxx
xxxxx
|
8. Metode Penilaian Investasi
Ada
beberapa metode yang bisa digunakan untuk menilai perlu tidaknya suatu
investasi atau untuk memilih berbagai macam alternatif investasi yaitu:
a.
Payback Period (PP)
Metode PP yang disebut metode pembayaran sederhana pada dasarnya menunjukkan
likuiditas investasi dan bukan kemampulabaan (profitability). Likuiditas berhubungan dengan seberapa cepat suatu
investasi dapat dikembalikan. Periode pengembalian yang cepat merupakan sesuatu
yang diinginkan. Secara sederhana, PP
menghitung jumlah tahun yang diperlukan untuk arus kas masuk agar sama dengan
arus kas keluar. Dengan demikian, PP merupakan lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan jumlah asal investasi modal, atau lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk menutup pengeluaran modal awal dengan aliran kas masuk.
PP akan dapat dihitung apabila dapat diketahui nilai investasi, aliran kas
masuk, dan seterusnya dicari selisih dari nilai investasi dengan aliran kas
masuk. PP akan diterima apabila jangka waktu pengembalian investasi lebih cepat
waktunya ketimbang waktu yang ditentukan organisasi (rumah sakit).
Investasi
Payback Period (PP) = -------------------------------------
(dalam
tahun) Aliran Kas Masuk Bersih
Contoh:
Sebuah peralatan baru diusulkan oleh beberapa dokter spesialis untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Biaya investasi Rp. 20.000,- dan peralatan
akan mempunyai nilai sisa Rp. 3.000,- pada akhir periode lima tahun.
Peningkatan produktivitas dari peralatan tersebut akan diperoleh sebesar Rp.
6.000,- per tahun setelah biaya-biaya kerja ekstra dikurangkan dari pendapatan
yang diperoleh dari tambahan produksi. Tingkat bunga 10% per tahun. Hitung
periode pengembalian minimum dari peralatan tersebut.
Tahun
|
Aliran Kas
|
PP
|
0
|
- 20.000
|
- 20.000
|
1
|
6.000
|
- 14.000
|
2
|
6.000
|
- 8.000
|
3
|
6.000
|
- 2.000
|
4
|
6.000
|
0
|
5
|
6.000
|
|
Biaya
Investasi ini akan dapat dikembalikan dalam jangka waktu 3,33 tahun. Perhatian: nilai sisa tidak
dipertimbangkan dalam PP.
Metode penilaian investasi dengan menggunakan PP, memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya yaitu sederhana, investasi yang memiliki risiko tinggi
dapat lebih cepat disetujui atau tidak, dan investasi yang menghasilkan produk
yang cepat usang dapat diketahui periode pengembaliannya. Kelemahan PP yaitu
tidak memperhitungkan aliran kas masuk sesudah PP, tidak mempertimbangkan waktu
terjadinya penerimaan, dan tidak ada standar sebagai penentu layak tidaknya
investasi.
b.
Net Present Value (NPV)
Metode NPV merupakan metode yang memperhitungkan selisih antara present value dari investasi dengan
nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Perhitungan
nilai sekarang dari penerimaan kas bersih yang akan diterima satu tahun, dua
tahun, atau beberapa tahun yang akan datang sangat ditekankan dalam NPV. Dengan
demikian, NPV adalah perbedaan
antara nilai sekarang dari arus kas masuk yang berasal dari investasi dan
banyaknya pengorbanan untuk mendapatkan investasi asal, atau selisih antara
nilai sekarang dan manfaat yang akan datang dengan pengorbanan saat ini.
NPV akan dapat dihitung apabila dapat diketahui nilai investasi,
perhitungan aliran kas masuk, tingkat biaya modal, dan perhitungan nilai
sekarang. Tingkat biaya modal merupakan salah satu yang harus diketahui,
apabila menilai investasi dengan menggunakan NPV. Pertanyaan yang menarik
disini, apa itu biaya modal? Menurut Mulyadi (1997) biaya modal merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menarik dana dari pemilik modal. Jadi biaya modal merupakan biaya secara
riil yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu
sumber (Riyanto, 1998). Sumber dana bisa berasal dari modal perusahaan, modal
dari pinjaman, dan modal dari saham (saham preferen dan saham biasa).
Untuk menghitung NPV perlu ditentukan tingkat bunga (biaya modal) yang
relevan dan taksiran aliran kas masuk bersih.
n CFt
NPV = S
------------------------- - I0
t=1 (1 + K)t
Penjelasan:
CFt = aliran kas per tahun pada periode t
I0 = investasi
awal pada tahun 0
K
= suku bunga (discount rate)
Contoh:
Sebuah peralatan baru diusulkan oleh beberapa dokter spesialis untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Biaya investasi (capital outlays) Rp. 17.000.000,-.Aliran kas masuk bersih (proceeds) dari peralatan tersebut akan
diperoleh sebesar Rp. 5.700.000,- per tahun. Tingkat bunga 11% per tahun.
Hitung Net Present Value dari
peralatan tersebut.
Perhitungan NPV
Tahun
|
Aliran Kas Masuk
(000)
|
Tingkat Bunga
|
Nilai Sekarang (000)
|
0
|
(17.000)
|
11%
|
(17.000)
|
1
|
5.700
|
0,901
|
5.136
|
2
|
5.700
|
0,812
|
4.628
|
3
|
5.700
|
0,731
|
4.167
|
4
|
5.700
|
0, 659
|
3.756
|
|
5.800
|
-
|
687
|
Berdasarkan
contoh perhitungan NPV di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi tersebut akan
diterima, karena NPV lebih besar dari nol yaitu 687. Apabila investasi dinilai
berdasarkan NPV, maka suatu investasi dapat diputuskan untuk diterima atau
ditolak apabila NPV menunjukkan:
NPV > 0,
maka usulan investasi diterima
NPV < 0,
maka usulan investasi ditolak
NPV = 0,
nilai perusahaan tetap, walaupun usulan investasi diterima ataupun
ditolak.
Dari
contoh penilaian investasi berdasarkan NPV, dapat menimbulkan suatu pertanyaan,
apakah dalam NPV sudah diperhitungkan tingkat inflasi? Mengenai tingkat inflasi
dapat diperhitungkan dan berpengaruh pada saat melakukan taksiran aliran kas
masuk ataupun pada penentuan besaran tingkat bunga yang dipakai.
Metode penilaian investasi dengan menggunakan NPV, memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan NPV yaitu memasukkan faktor nilai waktu dari uang,
mempertimbangkan semua aliran kas masuk, dan mengukur besaran absolut dan bukan
relatif, sehingga dapat diketahui kontribusinya dalam meningkatkan kekayaan
perusahaan. Kelemahan NPV yaitu membutuhkan perhitungan yang cermat dalam
menentukan faktor diskonto.
c.
Internal Rate of
Return
(IRR)
Metode IRR merupakan metode tingkat pengembalian (rate of return) yang paling luas digunakan untuk menjalankan
analisis ekonomi. Metode ini memberi solusi untuk tingkat bunga yang
menunjukkan persamaan dari nilai arus kas masuk (penerimaan) pada nilai arus
kas keluar (pembayaran, termasuk biaya investasi).
Jadi IRR merupakan tingkat keuntungan dari sebuah usulan investasi.
Pemahaman lain dari IRR yaitu tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai
sekarang dari proceeds yang
diharapkan akan diterima sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran
modal, atau dengan kata lain tingkat bunga yang menyamakan present value dari aliran kas keluar dan present value dari aliran kas masuk. Pada dasarnya IRR harus dicari
melalui cara trial and error dengan
serba coba-coba. Jadi IRR akan dapat dihitung apabila dapat diketahui nilai
investasi, aliran kas masuk, tingkat bunga diskonto, faktor diskonto I, nilai
sekarang I, faktor diskonto II, nilai sekarang II, dan perhitungan selisih NPV
pada tingkat bunga diskonto.
Contoh:
Jumlah investasi Rp.
45 juta
Jumlah aliran kas masuk tahunan selama 3 tahun Rp. 22,5 juta
Tingkat bunga 23%
Perhitungannya:
PV dari aliran kas masuk 2,011 x 22,5 juta =
45, 248 juta
Jumlah investasi = 45 juta
-------------------
NPV = 0, 248 juta
Perhitungan di atas memberikan hasil NPV positif, maka kita coba untuk
menggunakan tingkat bunga yang lebih tinggi misalnya tingkat bunga 24%.
Perhitungannya:
PV dari aliran kas masuk 1,981 x 22,5 juta =
44,573 juta
Jumlah investasi
= 45 juta
-------------------
NPV = -0,427 juta
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa tingkat bunga yang mendekati
adalah tingkat bunga di atas 23% dan di bawah 24%. Jadi perhitungan
IRR-nya sebagai berikut:
|
Selisih tingkat
bunga
|
Selisih PV
|
Selisih PV dari aliran kas masuk dengan investasi
|
|
23%
|
45,248 juta
|
45,248 juta
|
|
24%
|
44,573 juta
|
45,000 juta
|
Selisih
|
1%
|
0,675 juta
|
0,248 juta
|
0,248
IRR = 23%
+ -------- x 1%
0,675
= 23,37%.
Berdasarkan contoh perhitungan IRR di atas, investasi akan diterima
apabila:
Biaya kapital < IRR, maka investasi diterima
Biaya kapital > IRR, maka investasi ditolak
d.
Accounting Rate of
Return
(AROR)
Metode AROR sangat menekankan pada perspektif akuntansi. AROR merupakan
ukuran kemampuan mendapatkan pemasukan yang diperoleh dengan membagi pendapatan
bersih tahunan yang diharapkan pada masa datang dengan investasi yang
diperlukan. Metode AROR yang sering disebut average
rate of return menunjukkan persentase keuntungan netto sesudah pajak
dihitung dari average invesment,
sehingga dapat dikatakan bahwa metode AROR mendasarkan diri pada keuntungan
yang dilaporkan dalam buku.
Rata-rata laba bersih
AROR =
---------------------------------
Rata-rata
investasi/modal
Contoh:
Earning After Tax
(EAT) Rp. 7,5 juta
Jumlah investasi Rp. 45 juta
Jadi minimum AROR:
7,5 juta
--------------------
= 16,67%
45 juta x 100%
7,5 juta
AROR = ------------------------- x 100% = 33,34%
(45 juta : 2)
Berdasarkan contoh perhitungan AROR di atas, investasi akan diterima apabila:
AROR > minimum AROR, maka investasi diterima
AROR < minimum AROR, maka investasi ditolak
Metode penilaian investasi dengan menggunakan AROR,
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini terletak pada
kesederhanaannya dan mudah dimengerti. Kelemahan AROR yaitu tidak memperhatikan
time value of money, menitikberatkan
pada masalah akuntansi dan kurang memperhatikan data aliran kas masuk dari
investasi yang bersangkutan, merupakan pendekatan jangka pendek dengan
menggunakan angka rata-rata yang menyesatkan, dan kurang memperhatikan
panjangnya jangka waktu investasi.
e.
Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) merupakan ratio seluruh nilai
tunai dari arus kas masuk di masa datang terhadap investasi asal. Ratio seluruh nilai tunai dapat dihitung untuk masing-masing investasi,
sehingga apabila memiliki banyak alternatif investasi maka PI dapat digunakan
sebagai suatu metode penilaian dari beberapa investasi untuk menentukan urutan
prioritas. Jadi PI dapat dihitung dengan mengetahui macam-macam investasi,
biaya awal investasi, NPV masing-masing investasi, dan hasil bagi NPV dengan
biaya awal investasi.
Rumus:
Nilai
sekarang aliran kas masuk
PI =
----------------------------------------------
Nilai sekarang aliran kas keluar
Dana investasi yang diplot selama satu tahun biasanya terbatas, sesuai
dengan kekuatan finansial yang dimiliki. Sumber finansial bisa diperoleh dari
internal maupun dana dari eksternal dengan meminjam dari lembaga keuangan.
Terbatasnya dana investasi sedang investasi banyak maka dilakukan suatu
pemilihan atas investasi. Pemilihan ini dilakukan oleh manajer dengan memilih
NPV yang menghasilkan PI paling tinggi. Dengan demikian, seorang manajer dapat
memilih investasi yang tepat sesuai dengan kendala dana investasi untuk periode
yang bersangkutan. Contoh di bawah ini akan memberi gambaran mengenai prioritas
investasi yang dipilih.
Contoh perhitungan PI
Usulan Investasi
|
Dana Awal (Rp)
|
NPV
|
PI
|
Prioritas
|
1
|
1.200.000
|
120.000
|
0,10
|
6
|
2
|
1.400.000
|
224.000
|
0,16
|
4
|
3
|
1.000.000
|
170.000
|
0,17
|
2
|
4
|
2.800.000
|
504.000
|
0,18
|
1
|
5
|
800.000
|
112.000
|
0,14
|
5
|
6
|
1.600.000
|
256.000
|
0,16
|
3
|
Referensi
1.
Fabozzi, F.J., 1999. Manajemen Investasi, Terjemahan,
Salemba Empat, Jakarta
2.
Gitosudarmo, I., 1998. Manajemen Keuangan, Ed. Ketiga,
Cet. Ketiga, BPFE, Yogyakarta
3.
Haming, M., dan Basalamah, S., 2003. Studi Kelayakan
Investasi Proyek dan Bisnis, Cet. 1, PPM, Jakarta
4.
Horne, J.C. Van and Wachowicz, J.M., 1997.
Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta
5.
Martono dan Harjito, A., 2005. Manajemen Keuangan, Cet.
Kelima, Ekonisia, Yogyakarta
6.
Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan
Rekayasa, Cet. Kedua, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta
7.
Rangkuti,
F., 2001. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis
Kasus, Cet. Ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
8. Riyanto, B., 1998. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan,
Cet. Kelima, BPFE, Yogyakarta
9.
Tandelilin, E., 2001. Analisis Investasi dan Manajemen
Portofolio, Cet. Pertama, BPFE, Yogyakarta
10.
Trisnantoro, L., 2004. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi
Dalam Manajemen Rumah Sakit, Cet. Pertama, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
11.
Undang-Undang, 1992. Kesehatan, Lembaran Negara RI,
Jakarta
Post a Comment for "PEMAHAMAN INVESTASI DI RUMAH SAKIT"