FORMAT PELAKSANAAN MANAJEMEN OPERASIONAL PADA PRODUK PELAYANAN
Pengantar
Kalau berbicara
mengenai pelayanan yang diberikan oleh sebuah produk pelayanan rumah sakit terhadap
pasien yang datang untuk diperiksa kesehatannya, ya dilayani oleh sumber daya
manusia (SDM) rumah sakit. Pemberi pelayanan bisa dari perawat, diperiksa
dokter, mungkin membutuhkan pemeriksaan darah atau perlu dirontgen, setelah itu
dianalisis kembali oleh dokter, baru pasien mendapatkan terapi berupa resep
obat dari dokter untuk diambilkan di instalasi farmasi. Secara teknis kegiatan
ini berjalan seperti biasa, pasien datang lalu dilayani untuk mendapatkan
terapi terus pulang. Jadi, SDM rumah sakit sudah melayani pasien dan pasien
sudah pulang.
Kelihatannya sih SDM
rumah sakit sudah bekerja dengan memberikan pelayanan kepada pasien rumah
sakit. Dengan pemberian pelayanan seperti itu, berarti sudah menyelesaikan
tugas pelayanan kepada pasien dengan baik. Pertanyaannya adalah apakah sudah
memberikan pelayanan yang dapat memuaskan pasien rumah sakit? Kalau
pertanyaannya seperti ini, bisa dijawab dengan cepat bahwa pasien sudah
diberikan pelayanan lho, buktinya pasien sudah boleh pulang dengan obat jalan. Apakah
pasien yang dilayani tersebut sudah merasakan puas dan senang? Supaya bisa memahami
bahwa pasien sudah puas atau belum puas dalam pelayanan, perlu melihat pelaksanaan
manajemen operasional pada pemberian pelayanan kepada pasien. Menurut
Gitosudarmo (2014) manajemen operasional itu tidak hanya memikirkan pelayanan yang teknis saja, tetapi perlu
memikirkan yang nonteknis juga, seperti pelayanan pada aspek psikologis,
sosial, serta emosional.
Pemberian pelayanan kepada
pasien tidak hanya menjalankan aspek teknis saja, tetapi pasien itu mendambakan
pelayanan yang lebih mendalam lagi yaitu pemberian pelayanan yang nonteknis,
yakni aspek psikologis, sosial dari produk pelayanan kita. Pasien tidak hanya
dilayani seperti pemberian pelayanan kepada pasien pada umumnya, tetapi pasien
mendambakan pelayanan yang merasa diperlakukan sebagai sahabat, dengan mendapatkan
sikap SDM yang menghargai dan menjaga perasaan pasien yang sedang membutuhkan pertolongan
pada kesehatan fisik dan nonfisik. Dengan demikian, manajer manajemen
operasional yang membidangi beberapa produk pelayanan yang fokus kepada pasien,
diharapkan mampu menjadi jembatan penghubung yang baik, kokoh, dan kuat antara pelayanan
rumah sakit dengan harapan konsumennya (Gitosudarmo, 2014).
Produk pelayanan yang
dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung dengan konsumennya (pasien rumah
sakit) dikenal sebagai produk yang dapat memenuhi 4 (empat) tepat, yakni:
1.
Tepat mutu
Apabila diimplementasikan
pada pelayanan rumah sakit, dapat diartikan bahwa pemberian pelayanan kepada
setiap pasien di rumah sakit harus berkualitas dan disenangi pasien, karena
pelayanannya sudah mendapat akreditasi dari komisi akreditasi rumah sakit
(KARS). Pemahaman pelayanan yang berkualitas di sini, yakni bentuk pelayanan
yang dirasakan pasien dan berkata dalam hati bahwa pelayanan rumah sakit ini
berkualitas. Artinya, pelayanan yang dirasakan pasien berada di atas pelayanan
yang diharapkan, atau standar pelayanan rumah sakit berada di atas pelayanan
yang diharapkan pasien.
2.
Tepat jumlah
Berbicara perihal
jumlah berkaitan dengan jumlah pasien yang dilayani oleh dokter. Sebaiknya
mulai ada pembatasan jumlah pasien yang dilayani, supaya pasien merasa puas
atas pelayanan yang didapatkan. Sebagai contoh, ada dokter di klinik yang
memeriksa kesehatan pasien dengan jumlah lebih 100 (seratus) pasien per hari,
apakah jumlah pasien ini mendapatkan pemeriksaan yang teliti dari dokter?
Demikian juga pasien rawat inap di rumah sakit, sebaiknya berapa jumlah pasien
yang dipastikan dapat diperiksa dengan teliti oleh dokter, sehingga pasien
merasa puas atas visite yang dilakukan oleh dokter.
Penanganan pemeriksaan
kesehatan pasien membutuhkan ketelitian dan waktu, sampai akhirnya dokter mampu
memberikan terapi yang baik terhadap pasiennya. Apabila jumlah pasien yang
diperiksa cukup banyak, tentu dokter sebagai manusia akan mengalami kelelahan
fisik, sehingga bisa saja dihinggapi menurunnya ketelitian sang dokter. Nah . .
tentu dokter yang memahami kondisi fisiknya, jangan sampai merasa kelelahan
berlebihan. Barangkali yang diperlukan adalah mendengarkan keluhan dan
menangani keadaan kesehatan pasien dengan baik, dan dokter fit kesehatannya.
3.
Tepat harga
Mengenai penentuan besarnya tarif (harga) jasa pelayanan
di rumah sakit, biasanya ditentukan oleh Pemilik/Manajemen rumah sakit
berdasarkan hitung-hitungan yang dipresentasikan oleh Bagian Keuangan rumah
sakit. Besarnya tarif pelayanan rumah sakit merupakan
salah satu yang mendasari keputusan sang pasien untuk memanfaatkan atau tidak
memanfaatkan pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka di dalam menentukan tarif suatu pelayanan jasa di rumah
sakit, banyak hal yang harus dipertimbangkan yaitu: a. Biaya dari setiap
pelayanan; b. Tarif pelayanan dari rumah sakit pesaing dan tarif pelayanan
substitusi (dukun/paranormal); serta c. Penilaian pelanggan terhadap keistimewaan produk pelayanan kesehatan
atau pelayanan rumah sakit. Pertimbangan pada 3 (tiga) hal di atas, tidak
begitu mudah dilaksanakan karena Manajemen dan SDM rumah sakit dituntut untuk
lebih memahami hal-hal yang melatarbelakangi penetapan tarif pelayanan di
sebuah organisasi usaha seperti rumah sakit, seperti peningkatan pelayanan yang
semakin baik dan berdaya guna bagi pasien rumah sakit.
Berbagai cara yang
ditempuh untuk menetapkan tarif pelayanan rumah sakit serta berbagai strategi
dan taktik yang ditempuh untuk menetapkan tarif pelayanan pada rumah sakit.
Pada umumnya tarif yang ditetapkan bermacam-macam atau bervariasi, seperti
menurut: a. Pasien khusus; b. Kelas pelayanan; c. Waktu pelayanan; d. Paket
pelayanan; dan e. Memaksimalkan pelayanan. Diharapkan pertumbuhan wawasan dalam
hal penetapan tarif produk pelayanan kesehatan, akan memberikan alat yang
komprehensif bagi pengambil keputusan untuk membawa rumah sakit menjadi sebuah
lembaga yang leading dalam penetapan
tarif pelayanan rumah sakit.
4.
Tepat waktu
Pemimpin rumah sakit
mengajak semua pemangku kepentingan di rumah sakit untuk memerhatikan dan
menjalankan pelayanan kepada pasien rumah sakit dengan waktu yang seharusnya.
Terutama pada pemberian pelayanan di instalasi rawat jalan, rawat inap, dan
bedah sentral. Demikian juga pada pemeriksaan hasil laboratorium dan rontgen,
diusahakan bisa didapatkan hasil pemeriksaan lebih cepat, sehingga terapi
dokter dapat segera diterima pasien, dan barangkali pasien memiliki kesan bahwa
pelayanan yang diberikan rumah sakit ini serba cepat dan tepat waktu.
Hal yang paling
menggelisahkan bagi pasien dan/atau keluarga pasien pada waktu memeriksakan
kesehatannya di rumah sakit yakni waktu pelayanan dan informasi waktu pelayanan.
Barangkali pasien dan/atau keluarga pasien kurang memahami proses pemberian
pelayanan medis, karena hal itu maka hendaknya SDM rumah sakit berusaha memberikan
informasi pelayanan dengan jelas dan dimengerti oleh pasien dan/atau keluarga
pasien. Sebagai contoh, hasil pemeriksaan laboratorium rumah sakit biasanya
cepat, tetapi karena pada saat yang bersamaan, mendadak jumlah pasien membludak
(banyak) karena ada pasien yang segera dilayani.
Manajer
Produk Pelayanan
Untuk menangani
manajemen operasional pada produk pelayanan rumah sakit, sebaiknya pelayanan
yang serumpun bisa mengangkat seorang manajer produk pelayanan, yang
bertanggungjawab langsung kepada Direktur Pelayanan Medik. Contoh pelayanan
yang serumpun (segolongan), seperti penyakit saraf, stroke, bedah saraf, digital
subtraction angiography (DSA), dan rawat inap penyakit saraf atau penyakit yang
serumpun lagi yaitu penyakit dalam, kardiologi (jantung), bedah jantung,
ginjal, hipertensi, paru, dan rawat inap penyakit dalam.
Penyakit yang serumpun
ini sebaiknya ditangani oleh seorang Manajer dan bertanggungjawab pada
pemberian pelayanan yang teknis serta berkualitas, dan pelayanan nonteknis,
yakni menyangkut aspek psikologis, sosial, serta emosional. Jadi, penanganan
manajemen operasional pada produk pelayanan yang segolongan tadi, meliputi: 1.
Sistem pelayanan di masing-masing produk pelayanan; 2. Pelaksanaan kegiatan
pengendalian sistem pelayanan; 3. Sistem informasi pelaksanaan pelayanan, dan
4. Penggunaan bahan/barang pada pelayanan yang diberikan kepada pasien. Hal
yang disebutkan di atas sebagai gambaran dari ruang lingkup manajemen pelayanan
dengan maksud untuk memudahkan koordinasi dalam pelaksanaan pelayanan, sehingga
dapat memberikan hasil pelayanan yang efisien dan efektif.
Mengenai penentuan penyakit yang serumpun
(segolongan) ini, sebaiknya ditentukan oleh Direktur rumah sakit dan Direktur
Pelayanan Medik beserta rekomendasi dari Komite Medik Rumah Sakit. Penetapan
penyakit yang serumpun ini dimaksudkan agar Manajer di tingkat produk pelayanan,
mampu memanajemeni produk pelayanan dengan baik dan fokus. Setiap hari sang
Manajer mengecek perihal ketersediaan bahan yang diperlukan di setiap produk
pelayanan, kebersihan ruangan produk pelayanan, termasuk ketersediaan alat-alat
medis yang dibutuhkan, termasuk prosedur tetap pemberian pelayanan yang
berkualitas.
Apabila penyakit pasien
di rumah sakit sudah bisa digolongkan dalam satu rumpun, maka Manajer pada
setiap golongan bisa diberi nama Manajer I, II, III, . . . . dan seterusnya atau nama lain yang disepakati
oleh Manajemen rumah sakit. Tujuannya agar Pemimpin rumah sakit mudah memahami
dan mengontrol tugas dan tanggung jawab yang sudah dijalankan dengan kinerja
bagus. Artinya, pelayanan yang diberikan kepada pasien cocok dengan yang
dibutuhkan pasien, bahkan pasien merasakan adanya value added (nilai lebih) dalam pelayanan yang diberikan. sehingga
tercipta pelayanan yang semakin dipercaya oleh pasien rumah sakit. Pada
pelayanan yang memberikan value added bisa
seperti memberikan: 1. Pendidikan kepada pasien dan keluarganya untuk
menjalankan hidup sehat; 2. Senam jantung; 3. Pelayanan home care bagi pasien yang membutuhkan; dan 4. Pelayanan yang
memiliki nilai lebih lainnya.
Mengenai jabatan Kepala
Instalasi tetap melakukan tugasnya dari perspektif medis, sedang tugas dari
Manajer produk pelayanan bertanggungjawab pada pelaksanaan manajemen
operasional pada setiap produk pelayanan yang dibawahinya. Pengangkatan
seseorang dalam jabatan Manajer dalam upaya untuk memanajemeni produk pelayanan
yang sudah disediakan oleh rumah sakit dan bisa terus dikembangkan untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan pasien rumah sakit.
Daftar pustaka
Gitosudarmo, I., 2014. Manajemen
Operasional, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE
Post a Comment for "FORMAT PELAKSANAAN MANAJEMEN OPERASIONAL PADA PRODUK PELAYANAN"