KAJIAN KEWIRAUSAHAAN DALAM STRATEGI PEMASARAN
KEWIRAUSAHAAN
itu merupakan suatu usaha untuk menciptakan nilai lewat pengenalan terhadap
peluang bisnis (usaha), manajemen mengambil risiko yang cocok dengan peluang
yang ada, dan lewat kemampuan komunikasi dan manajemen dalam memobilisasi umat
manusia, keuangan dan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk membawa suatu
proyek sampai berhasil (Zimmerer dan Scharborough dalam Frinces, 2008). Para
wirausaha menurut Frinces (2004) akan mengerjakan dan memberikan beberapa hal
seperti: a. Produk-produk dan jasa-jasa baru; b. Pekerjaan baru; c. Lingkungan
kerja yang kreatif; d. Cara-cara baru melakukan kegiatan bisnis; dan e. bentuk
baru penciptaan bisnis (new business
innovation).
Dengan
demikian, konsepsi inti dari kewirausahaan menurut Frinces (2008) adalah: a.
Adanya peluang seseorang untuk merubah dirinya agar lebih berpotensi; b.
Menciptakan peluang bisnis (usaha) yang menguntungkan; c. Menciptakan kemampuan
untuk memobilisasi berbagai sumber daya yang dibutuhkan; d. Menciptakan suatu
proses kerja yang efisien, efektif, dan produktif; e. Mampu menghasilkan hasil
kerja yang mempunyai daya saing yang tinggi; f. Menciptakan nilai-nilai yang
kompetitif dengan melakukan perubahan-perubahan; dan g. Adanya kemampuan dalam
memerhitungkan dan keberanian dalam mengambil risiko. Berdasarkan pemahaman di
atas, maka perlu melakukan kajian dari perspektif kewirausahaan, seperti
tingkat inovasi, kreativitas, transparansi, orientasi, dan nilai, jiwa, serta
semangat kewirausahaan yang lain.
1.
Pengetahuan
manajemen
Keberhasilan produk pelayanan rumah sakit untuk
menjadi produk pelayanan yang menjadi pilihan utama dari pasien dan calon
pasien, ditentukan oleh pelaksanaan dari sebuah profesi seorang manajer yang
disebut Profesi Manajemen. Sebuah profesi yang sangat perlu dikembangkan oleh
manajer di rumah sakit yaitu profesi manajemen. Abeng (2006) mengemukakan bahwa
manajemen merupakan sebuah profesi yang memiliki kemampuan dalam hal
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian.
Hal yang sama dikemukakan juga oleh Frinces (2008)
bahwa manajemen itu merupakan sebuah tugas, pekerjaan dan profesi yang harus menguasai
konsep dan aplikasinya secara komprehensif di setiap tingkatan organisasi dan
personal yang profesional. Skill manajemen
ini harus dimiliki oleh seorang manajer untuk merencanakan peluang-peluang
produk pelayanan di masa depan, pengorganisasian terhadap perencanaan peluang
produk pelayanan tersebut sehingga unggul dan berhasil, pemimpinan yang
dibutuhkan untuk meraih keberhasilan atas peluang produk pelayanan, yang
biasanya didukung kreativitas dan inovatif, serta pelaksanaan pengendalian agar
rencana terhadap peluang produk pelayanan tersebut, betul-betul terarah dan
terfokus pada sasaran.
2.
Strategi
marketing
Marketing
(pemasaran) biasa dipahami sebagai upaya dari pemilik produk dan atau Manajemen
suatu organisasi untuk mendekati pasar dengan melakukan berbagai upaya untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan dari pasar (pasien). Berbagai cara dilakukan
oleh pemilik produk/Manajemen, antara lain melakukan survei pasar untuk
mengetahui keinginan dan kebutuhan pasar. Dengan demikian, fokus pemikiran
pemilik produk adalah bagaimana meningkatkan demand pasar atas produk yang dihasilkan.
Pada perkembangan organisasi usaha sekarang, seorang marketer (pemasar) harus memiliki jiwa
wirausaha dengan menciptakan peluang pasar yang dapat dilakukan dalam beberapa
cara, antara lain: a. Existing market (pasar
yang sudah ada); b. Complementary
(saling melengkapi); c. Substitusi; d. Meniru; dan e. Menyuplai. Untuk mengidentifikasi
peluang pasar produk, perlu melakukan beberapa kegiatan, antara lain: a.
Segmentasi pasar; b. Wants dan needs dari pasien; c. Produk yang
ditawarkan; d. Jenis usaha; dan e. Pemasaran. Jadi, pada pelaksanaan marketing, seorang marketer harus berupaya mengembangkan kepemilikan entrepreneur marketing, yaitu membaca
pasar dan menciptakan bisnis dalam pasar tersebut.
3.
Perumusan
positioning, diferensiasi, dan branding (PDB)
Konsep PDB sebaiknya didasarkan pada hasil penelitian.
Positioning rumah sakit didasarkan
pada: a. Sumber daya manusia (SDM) yang terdidik dan terlatih; b. Pelayanan
yang memiliki standar kualitas; c. Teknologi yang mendukung diagnose; d. Tempat
pelayanan yang luas; e. Tempat pelayanan bersih; f. Fasilitas tempat pelayanan
yang standar; dan g. Performance SDM
meyakinkan. Untuk diferensiasi didasarkan pada: a. Konten produk pelayanan,
yang terdiri dari pelayanan cepat, pelayanan berkualitas, dan pelayanan
terpadu; b. Konteks produk pelayanan, terdiri dari pelayanan komunikatif,
pelayanan bersahabat, pelayanan tepo seliro (tenggang rasa), serta sikap dan
perilaku SDM yang baik dalam pelayanan; dan c. Infrastruktur produk pelayanan,
terdiri dari SDM terlatih, dan fasilitas pelayanan baik, serta untuk konsep branding didasarkan pada: a. Rumah sakit
bersih; dan b. Rumah sakit berbasis agama.
Untuk menghasilkan rumusan PDB, dibutuhkan perenungan
dan jiwa wirausaha. Perenungan yang mendalam pada kondisi produk pelayanan
sekarang dan perkembangan mengenai pelayanan kesehatan di wilayahnya, baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Manajemen puncak dan tingkatan
manajerial yang lain harus menciptakan kegiatan yang memiliki peluang untuk
menghadirkan produk pelayanan yang menguntungkan dengan risiko yang minimal.
4.
Tersedia
dana
Mudjiarto dan Wahid (2006) mengemukakan bahwa kinerja
keseluruhan suatu usaha bisnis sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan, berarti
semakin baik kinerja keuangan semakin besar kemungkinan meraih kesuksesan usaha.
Meskipun demikian, untuk memulai usaha tidak harus memiliki modal besar, tetapi
mulailah dengan membuat komitmen untuk menjadi seorang pengusaha kecil dengan kepemilikan
modal yang kecil.
Data sekunder memberikan informasi bahwa sisa hasil
usaha (SHU) rumah sakit sejak tahun 2005-2007 cenderung mengalami kenaikan,
bahkan untuk tahun 2007 rumah sakit bisa menghasilkan SHU sebesar 12,32%.
Kondisi ini memberikan gambaran bahwa dari segi sumber dana, rumah sakit
memiliki cukup dana untuk memulai mengusahakan peluang-peluang baru dalam
pelayanan kesehatan masyarakat sesuai perkembangan keinginan dan kebutuhan
pasar (masyarakat). Peluang produk pelayanan baru bisa dengan peningkatan
teknologi medis terutama yang mendukung diagnose tenaga medik, pendirian
satelit baru rumah sakit untuk mendekatkan pelayanannya kepada pasien dan ceruk
pasar. Kuncinya dalam hal ini adalah menseleksi berbagai peluang-peluang
pelayanan yang menggunakan sumber daya keuangan secara efisien dan efektif
dengan return (hasil investasi) yang
baik, tentu disertai dengan perhitungan metode-metode yang benar yaitu metode
penilaian investasi.
5.
Tersedia
sarana dan prasarana
Untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik, banyak
didukung tersedianya sarana dan prasarana rumah sakit, yaitu tempat kerja atau
pelayanan yang nyaman dan sarana kerja yang dapat memerlancar pekerjaan. Pada
investasi alat medis, membutuhkan pembuatan studi kelayakan, yang didalamnya
menentukan sarana dan prasarana yang cocok dan dibutuhkan. Pemikiran yang
serius dalam hal ini adalah tempat dan lingkungan yang dibutuhkan oleh sarana
dan prasarana pada saat ini, hendaknya sejak awal sudah memikirkan juga
mengenai pengembangan manfaat dari investasi tersebut di masa yang akan datang.
Pemikiran pengembangan sarana dan prasarana, bisa seperti complementary dari sarana tersebut di masa yang akan datang, bahkan
bisa menciptakan produk pelayanan baru yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan pasar yang telah dimiliki selama ini.
6.
Pelayanan
berkualitas
Pada beberapa waktu yang lalu, orang sering membedakan
antara produk barang dengan produk jasa. Produk barang banyak dikaitkan dengan
hasil pabrikan dan atau home industry,
sedang produk jasa banyak dikaitkan dengan pelayanan berupa jasa seperti bank,
hotel, biro perjalanan, rumah sakit, dan lain-lain. Hal ini didukung dengan
semakin berkembangnya berbagai usaha dan pengembangan usaha itu sendiri,
seperti jasa angkutan, jasa pemeliharaan, jasa mengantar barang, dan jasa-jasa
lainnya. Pada kondisi perkembangan ini, akhirnya banyak orang yang mengatakan
bahwa produk sekarang adalah produk jasa atau era kebangkitan produk jasa. Kalau
hanya menyediakan produk barang tanpa disertai produk jasa lainnya, malah bisa
mengganggu trend demand, bahkan
bisa-bisa konsumen berpindah ke lain hati (pesaing). Oleh karena itu,
organisasi usaha apa pun sekarang berlomba-lomba untuk mengembangkan berbagai
jasa yang dapat meningkatkan demand pada produk yang dihasilkan.
Produk pelayanan di rumah sakit merupakan produk jasa,
dan para pengguna jasa pelayanan rumah sakit bisa memberikan respon yang
berbeda atas pelayanan yang diberikan, meskipun bentuk pelayanannya sama. Oleh
karena itu, sebuah pelayanan yang diberikan kepada orang yang sedang sakit atau
pelayanan medical check-up dituntut
pelayanan yang harus selalu berkualitas. Namun, hal ini tidaklah mudah, karena
itu dibutuhkan pengembangan produk pelayanan yang terus menerus, dari sumber
daya manusia (SDM) yang memiliki kreativitas dan berjiwa inovatif dalam
pelayanan.
7.
Sumber
daya manusia (SDM) profesional
Sumber daya manusia (SDM) merupakan penentu
keberhasilan sebuah organisasi usaha, tidak terkecuali pada pelayanan
kesehatan. Rumah sakit merupakan organisasi usaha yang padat SDM, padat modal,
dan padat teknologi. Oleh karena itu, Manajemen rumah sakit harus menyadari
bahwa keberhasilan dan kualitas pelayanan rumah sakit sangat bergantung pada
SDM, dan ditentukan SDM rumah sakit. Berkenaan dengan pemahaman ini, maka
banyak rumah sakit yang mencanangkan bahwa tahun 2020 merupakan tahun SDM,
karena itu SDM sangat didukung untuk memiliki kompetensi yaitu knowledge, skill, dan personal attributes serta berjiwa
wirausaha. Knowledge diperoleh dari
tingkat pendidikan yang dimiliki SDM, skill
diperoleh dari pengalaman dalam hal berbagai kasus dalam pekerjaan dan hasil
dari short course atau
pelatihan-pelatihan yang diikuti, sementara personal
attributes berkaitan dengan karakter pelayanan yang harus dimiliki SDM
seperti keramahan, komunikatif, kepedulian, sikap dan perilaku, serta informatif.
Untuk mengukur SDM yang memiliki jiwa wirausaha dapat
dilihat dari sifat seseorang dalam hal inovatif dan kreativitas. Apabila
seseorang mempunyai sifat inovatif dan kreatif berarti orang tersebut telah
mempunyai jiwa wirausaha (Mudjiarto dan Wahid, 2006). Inovatif dan kreatif
merupakan kunci kewirausahaan. Untuk menumbuhkan sifat inovatif dan kreatif
bagi SDM rumah sakit, Frinces (2004) mengatakan, fungsi bagian SDM mempunyai
efek yang sangat berpengaruh atas kemajuan orang-orang di dalam organisasi
lewat berbagai media seperti pelatihan, sistem promosi, dan perencanaan karier.
Hal lain lagi yang bisa dilakukan Manajemen SDM,
yaitu: a. Menyeleksi the right person for
the right job; b. Merancang perubahan dalam lingkungan yang dinamis, baik
terhadap orang maupun terhadap pekerjaan; dan c. Memaksimalkan produktivitas
lewat job design, harapan yang jelas
dan penilaian pekerjaan, mendorong adanya kepemilikan nilai-nilai yang sama,
pelatihan dan pengembangan keterampilan, mengelola moral, mengelola insentif non financial dan merangsang adanya
komunikasi dalam organisasi.
Sumber daya manusia (SDM) harus dipacu untuk memiliki
keahlian dalam tugas yang dipercayakan kepadanya, untuk itu perlu dilakukan
pendesainan pada kompetensi dan kepemilikan jiwa wirausaha, dengan maksud agar
tumbuh dan memiliki jiwa-jiwa yang inovatif dan kreatif. Kreativitas merupakan
modal utama bagi SDM yang telah memiliki kompetensi dan jiwa wirausaha,
sehingga mampu melakukan berbagai inovasi, termasuk inovasi bisnis (usaha).
Untuk menumbuhkan kreativitas pada SDM rumah sakit
diperlukan perubahan dalam mengelola sifat SDM rumah sakit. Perubahan sifat SDM
rumah sakit dapat dilakukan dengan menciptakan program-program untuk pelatihan entrepreneurship. Klofsten dan Spaeth
dalam Ciputra (2008) mengemukakan ada 12 (duabelas) langkah program untuk
pelatihan entrepreneurship yang
sukses, yaitu: a. Program pelatihan harus holistik (bukan sekedar pengetahuan
entrepreneurship); b. Persiapkan pelatih-pelatih terbaik untuk tiap kompetensi
yang dibutuhkan SDM; c. Pahami kebutuhan setiap peserta pelatihan dengan jelas;
d. Kaitkan pelatihan kewirausahaan dengan jaringan perusahaan (komunitas
bisnis); e. Perkuat kepercayaan diri dari para peserta; f. Tuntut suatu
kemajuan yang terukur dan dokumentasikan setiap proses; g. Gunakan strategi dan
kiat praktis pelatihan yang terbukti keberhasilannya; h. Rencanakan program
mentoring dengan hati-hati; i. Pastikan bahwa program pelatihan kewirausahaan
adalah program yang sangat praktis tetapi tetap memiliki dasar teori; j.
Pusatkan program pelatihan pada kebutuhan dari kelompok yang telah menjadi
target; k. Ciptakan kredibilitas pelatihan dan jaga etos kerja serta etika
selama program dilakukan; dan l. Seimbangkan pembelajaran yang formal dan
informal.
Apabila SDM rumah sakit diarahkan dan dimotivasi untuk
mengikuti program pelatihan entrepreneurship,
serta didukung kegiatan pemenuhan kompetensi SDM, diharapkan akan terjadi
perubahan dalam diri SDM untuk memanajemeni penyelenggaraan pelayanan di rumah
sakit, dengan menghadirkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pasien. Dengan demikian, perihal profesional di dalam diri SDM akan cepat
diraih serta pelayanan semakin dipercaya pasien.
Post a Comment for "KAJIAN KEWIRAUSAHAAN DALAM STRATEGI PEMASARAN"