PEMIMPIN YANG ANTUSIAS DAN BERINTEGRITAS
SUMBER
DAYA MANUSIA (SDM) merupakan aktor utama
dalam mengerjakan sesuatu apa pun. Apakah pekerjaannya sebagai petani,
peternak, nelayan, pegawai pada usaha swasta, pegawai negeri sipil, pegawai
negeri militer, pedagang dan sebagainya. Merekalah aktornya. Merekalah yang
menjadi pemain utama, yang bermain dan yang menggolkan visi dan misi seorang Pemimpin.
Kalau
kita lihat pemain sepakbola profesional umpamanya, mereka selalu dilatih dan berlatih.
Mereka berlari ke sana kemari untuk melatih pernafasan. Mereka berlatih fisik
dan berlatih keterampilan untuk membawa bola yang mengarah ke gawang, meskipun
dihadang lawan.
Pada
waktu mereka berlatih, pelatihlah yang memberikan arahan tentang hal-hal apa
yang perlu dipoles supaya semakin matang dalam hal kerjasama dan keterampilan.
Pelatihlah yang membina kerjasama dalam membawa bola menuju gawang lawan.
Pelatihlah yang menentukan siapa-siapa pemain yang bermain pada sesi pertama, sesi
kedua, pemain pengganti dan sebagainya.
Dengan
demikian, seorang pelatih harus memahami benar mengenai manajemen sepakbola.
Pelatih harus jeli melihat kekuatan lawan dan kelemahan timnya. Pelatih harus
menentukan strategi pada waktu timnya turun di lapangan dan bermain. Apakah
strateginya menyerang, atau bertahan. Kapan strategi ini diterapkan tentu
pelatih dan asisten pelatih melakukan diskusi terus menerus selama pertandingan,
untuk menentukan pada menit ke berapa akan menerapkan salah satu strategi itu,
untuk segera dieksekusi oleh para pemain. Artinya, kemajuan permainan sepakbola
dan pemainnya menjadi profesional dalam memainkan bola, sangat didukung nasehat,
arahan, dan polesan dari seorang Manajer (coach).
Pelatih berusaha terus melakukan pemberdayaan pemain dalam hal bermain lebih
baik, beristirahat cukup untuk memulihkan stamina, dan sejatinya pemain ditempatkan
pada posisi yang tepat sesuai kemampuan pribadi sang pemain.
Bagaimana
SDM yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan/atau pegawai honorer daerah
yang bekerja di pemerintahan daerah? Tugas utama mereka adalah melayani
masyarakat. Mereka mengidentifikasi potensi-potensi daerah untuk dikembangkan
terutama mereka yang duduk pada jabatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
badan, kantor, dan kepala bagian. Potensi daerah mana yang bisa dijadikan
unggulan dan bisa dijadikan lokomotif pembangunan daerah. Potensi daerah yang
sudah diperjelas itu, tentu akan menjadi dasar untuk dituangkan dalam bentuk
program kerja jangka pendek, program kerja jangka menengah, dan program kerja
jangka panjang. Program kerja yang sudah dirumuskan ini sebagai upaya dan dukungan
pada perwujudan tercapainya visi dan misi Pemimpin dalam waktu 1 tahun, 3
tahun, dan 5 tahun yang akan datang.
Untuk
sampai pada taraf itu, upaya yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi
organisasi, diperlukan SDM yang antusias dan berintegritas. Antusias dalam arti
SDM itu selalu bergairah dan bersemangat dalam mengerjakan pekerjaannya.
Mengapa bisa selalu bergairah? Karena ada sesuatu yang perlu diwujudkan. Untuk
itu Pemimpin berusaha selalu mendorong dan memfasilitasi SDM untuk lebih fokus
pada pengerjaan tugasnya secara berkualitas.
Berintegritas
berarti SDM bekerja dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika dalam
organisasi. Artinya SDM akan mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya dengan
jujur, gigih, ulet, dan berkompetisi dengan sehat
Menurut Dahlan Iskan (2012), Pimpinan-pimpinan pada kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah pada pintar-pintar, dan cerdas. Sekarang yang dibutuhkan BUMN adalah Pemimpin yang antusias dan berintegritas. Sumber daya manusia (SDM) yang pintar dan cerdas sudah banyak, karena itu yang dicari dan dibutuhkan sekarang adalah SDM yang memiliki antusias dan integritas. Manusia harus selalu antusias dan berintegritas dalam bekerja, demi meraih masa depan yang lebih baik dan lebih bermartabat.
Apabila Pemimpinnya memiliki kriteria yang antusias dan integritas, dipastikan bahwa SDM yang dibawahinya juga akan mampu memiliki sifat yang antusias dan integritas. Kepastian ini akan dimiliki oleh organisasi apabila Pemimpinnya berupaya ‘memberdayakan SDM yang dimiliki’.
Pemberdayaan SDM merupakan upaya untuk mendorong dan memungkinkan individu-individu
untuk mengemban tanggungjawab
pribadi, atas upaya mereka memerbaiki cara
mereka melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mereka, dan menyumbang pada pencapaian visi dan misi organisasi. Menurut
Clutterbuck dan Kernaghan (2003) ada 3 (tiga) tipe pemberdayaan SDM, yaitu: 1. Suggestion involvement, yaitu SDM
didorong untuk memberikan ide-ide inovatif; 2. Job involvement, yaitu pekerjaan didisain ulang, bebas bekerja, dan
pekerjaan tersebut penting; dan 3. High
involvement, yaitu SDM dikembangkan keterampilannya dalam team work, problem solving, dan
partisipasi dalam keputusan.
Bagaimana caranya agar SDM bisa memberikan
ide-ide inovatif pada pekerjaannya? Tentunya SDM tersebut diajak diskusi oleh
pimpinannya, untuk memikirkan pengembangan bidang tugasnya ke depan. Kalau ada
rapat bersama, ditawarkan kepada semua peserta rapat untuk memberikan ide
pengembangan dan solusi atas masalah dari topik yang sedang dibahas. Bisa juga Pimpinan
meminta pendapat melalui disposisi atas masalah yang sedang dihadapi
organisasi. Kalau perlu bagi yang idenya brilian dan bisa digunakan untuk
perbaikan bidang pekerjaan di masa mendatang, bisa diberikan reward atau penghargaan tertentu.
Untuk job
involvement, maka SDM diminta untuk melakukan evaluasi terhadap pekerjaan
yang sudah berjalan. Mungkin belum searah dengan visi dan misi Pimpinan puncak.
Mungkin program kerja yang sudah dirumuskan terutama program kerja jangka
pendek perlu untuk dievaluasi lagi, dan perbaikannya akan diusulkan lagi pada
program kerja tahun berikutnya. Nah, di dalam melakukan analisis pekerjaan ini
diberi peluang pada SDM tersebut untuk melakukannya dengan rasa bebas, tanpa
intervensi dari Pimpinan puncak. Jadi betul-betul SDM itu memiliki kebebasan
untuk menghadirkan perbaikan pada job
atau pekerjaan yang sedang di analisis, demi perbaikannya di masa mendatang.
Melalui dorongan dan perhatian Pimpinan puncak pada pekerjaan tersebut, SDM
merasa bahwa pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan di analisis ini,
sungguh-sungguh pekerjaan yang bisa menjabarkan visi dan misi Pimpinan puncak.
Pemberdayaan SDM berikutnya, yaitu Pimpinan
puncak memerhatikan mengenai kompetensi yang dimiliki SDM pada bidang pekerjaan
itu. Seperti kita ketahui bahwa ada beberapa hal yang termasuk dalam ruang
lingkup kompetensi, antara lain: 1. Knowledge
(pendidikan); 2. Skill (kemampuan);
dan 3. Personal attributes (atribut
personal). Wajib hukumnya bagi Pimpinan puncak untuk menaruh perhatian serius
pada kompetensi yang dimiliki SDM yang dibawahinya.
Pimpinan puncak sudah tidak dibenarkan mengkambinghitamkan
SDM bawahannya, bahwa SDM tidak mampu, tetapi justru kekurangan SDM itu ditambal
dengan suatu pengarahan dan action.
Kalau perlu ditambah keterampilan SDM itu dengan short course sesuai bidang pekerjaannya. Bisa dengan magang di
sebuah instansi untuk mendalami bidang pekerjaannya, atau dengan in house training di tempat kerja Pimpinan
puncak. Tentu biaya ini menjadi ringan karena in house training bisa diikuti oleh banyak SDM, yang ada di dalam
organisasi. Melatih keterampilan SDM bisa juga dengan mengundang Mentor,
seorang yang ahli dalam bidang pekerjaan itu, untuk melakukan pembimbingan pada
pekerjaan yang sedang dan akan dilakukan SDM. Tinggal ada tidaknya NIAT, dari pimpinan puncak. Jadi,
banyak cara yang bisa dilakukan oleh Pimpinan puncak untuk mempertajam
kemampuan SDM yang dibawahinya, sehingga betul-betul SDM itu dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Kalau pemberdayaan SDM ini kita hubungkan
dengan sektor pariwisata, maka bisa timbul pertanyaan yaitu, bagaimana
mempertajam kompetensi SDM, khususnya dalam bidang pariwisata? Bila pariwisata
di suatu daerah akan dikembangkan dan dibangun dengan baik, diperlukan SDM yang
mampu menangani pariwisata itu dengan baik. Mereka harus mampu memetakan objek
dan atraksi wisata yang bisa dijadikan unggulan untuk ditawarkan kepada para
wisatawan, baik untuk wisatawan nusantara (wisnus) maupun untuk wisatawan mancanegara
(wisman). Mereka harus mendisain lokasi dari objek dan atraksi wisata itu,
dengan menentukan lokasi-lokasi yang mendukung keberadaan objek dan atraksi
wisata unggulan itu. Mereka harus mempromosikannya untuk menjadikan kawasan itu menjadi tujuan utama wisata
di suatu kawasan di Indonesia.
Bagaimana kalau kompetensi SDM di bidang
pariwisata itu kurang memadai-menurut Pimpinan puncak? Sebagai Pimpinan puncak
sebaiknya mengidentifikasi tentang kekurangan yang belum mendukung kompetensi
SDM itu. Sebagai manusia mesti ada yang kurang dalam bidang keterampilannya,
pada tugas yang dibebankan di pundaknya. Untuk itu Pemimpin puncaklah yang
mendorong SDM untuk memiliki kompetensi melalui beberapa cara untuk memenuhi
kompetensi SDM itu. Bisa dilakukan melalui pelatihan-pelatihan seperti magang
di institusi tertentu, short course, in house training (IHT), diskusi
kelompok terfokus dan lain sebagainya. Memang di sini dibutuhkan sikap dan
pemikiran yang legowo dari Pimpinan puncak untuk mengikhlaskan SDM-SDM yang
dibawahinya itu menjadi pintar dan cerdas, membiarkan SDM sukses dalam
mengerjakan pekerjaannya demi masa depan organisasi, menerima dengan ikhlas
mengenai perkembangan skill dari anak
buahnya. Semuanya itu dilakukan hanya untuk kemajuan organisasi sekaligus
kemajuan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Diharapkan dari Pimpinan puncak sudah tidak
mengatakan lagi bahwa SDM yang dimiliki tidak memiliki kompetensi. Pimpinan
puncaklah yang memoles kompetensi anak buahnya. Pimpinan puncaklah yang
mengarahkan SDM pada berbagai program kerja yang diproyeksi, bisa memenuhi atau
mewujudkan visi dan misi Pimpinan puncak.
Apabila Pimpinan masih berkata bahwa SDM
saya itu bodoh-bodoh, bisa diasumsikan juga bahwa Pimpinan dari SDM itu mungkin
juga sebutannya sama dengan anak buahnya hehehe. Silahkan deh urun rembuk
mengenai hal ini, supaya banyak memberikan daya manfaat bagi yang merasa
dirinya Pimpinan puncak, Pimpinan menengah, atau Pimpinan terbawah.
Post a Comment for "PEMIMPIN YANG ANTUSIAS DAN BERINTEGRITAS"