SIAPKAN SDM YANG HANDAL
SALAH
SATU pilar pada usaha yang bergerak di bidang pelayanan jasa adalah sumber daya
manusia (SDM). Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pemberi
pelayanan kesehatan. Mengapa demikian? Karena SDM itu merupakan “man behind the gun”. Mau melayani pasien
ya menggunakan SDM, dan mau menggunakan alat-alat medik ya yang melayani SDM.
Dengan demikian, SDM-lah yang berperan besar di dalam menunaikan pemberian
pelayanan kesehatan yang terbaik, kepada setiap pasien yang menggunakan jasa
pelayanannya.
Oleh
karena itu, siapkanlah dengan serius mengenai keberadaan dan kompetensi SDM di
pelayanan kesehatan. Doronglah SDM untuk selalu bergairah dan bersemangat di
dalam mewujudkan pekerjaan pelayanan yang menjadi tugasnya menjadi lebih baik
dan semakin lebih baik lagi. Timbulkan suatu aktivitas yang mampu mendorong SDM
untuk selalu siap melayani pasien dengan baik dan bisa bersaing dengan
melakukan aktivitas yang menggambarkan sebagai kegiatan pemasaran.
Bagaimana
menangani SDM yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan pemasaran? Kegiatan pemasaran
sudah harus menjadi jiwa dari semua SDM pemberi pelayanan, kepada setiap pasien
untuk menjadi tenaga pemasar produk jasa pelayanan kesehatan. Kata orang, everyone should become marketer, setiap
orang (yang bekerja) siap menjadi seorang pemasar. Apabila hal ini bisa
diwujudkan, maka pelayanan yang diberikan sudah dapat bersaing dengan SDM
pemberi produk jasa pelayanan kesehatan lainnya. Anda percaya bahwa hal ini
bisa diwujudkan?
Untuk
mewujudkan SDM pemberi pelayanan yang memberi kemampuan untuk bisa bersaing
dalam pelayanan, beberapa perilaku SDM yang sebaiknya dikondisikan oleh
Manajemen rumah sakit, yaitu:
1. Orientasi
pelayanan SDM hanya kepada pasien
Selama ini sebagian dari pemberi pelayanan kepada
pasien di setiap produk pelayanan kesehatan, kadang tidak berorientasi kepada pengguna
pelayanan yaitu pasien, tetapi malah berorientasi kepada pemberi pelayanan.
Contoh, SDM kesehatan yang berdiskusi tentang pemberian pelayanan terbaik
kepada pasien, banyak yang mengemukakan pendapatnya tentang penyediaan produk jasa
pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien, hanya bersumber dari sudut
pandang SDM pemberi produk jasa pelayanan kesehatan, dan bukan dari sudut
pandang pasien sebagai pengguna pelayanan.
Kondisi yang disebutkan di atas sudah jauh dari
kepentingan pengguna jasa itu sendiri. Melalui kondisi itu, maka Kementerian
Kesehatan cepat melakukan tindakan dengan mewajibkan setiap organisasi pemberi
pelayanan jasa kesehatan, untuk melaksanakan kegiatan akreditasi. Bila tidak
lulus akreditasi, maka organisasi tersebut tidak akan diberi izin operasional.
Ini sebuah langkah strategis dari Kementerian Kesehatan, agar organisasi dan
SDM pemberi pelayanan kesehatan, bisa berperilaku yang seharusnya untuk
memberikan pelayanan yang fokus hanya kepada pasien yang dilayani.
Orientasi pada pelayanan pasien dapat dipahami bahwa
pelayanan dan tindakan kepada pasien harus sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien. Apabila pasien sakit dan merasa pusing jangan langsung di MRI, ia kan
hehehe. Pasien diare jangan langsung di CT
Scan, tetapi berilah infus terlebih dahulu. Apabila hal ini bisa
dilaksanakan dengan baik, barangkali masalah komplain (keluhan) pasien sudah
dapat ditangani langsung, sehingga bisa mengurangi komplain pasien dan
keluarganya pada pelayanan kesehatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pelayanan
yang berorientasi pasien, yaitu: a. Berupaya menyelesaikan pelayanan-pelayanan
yang seharusnya kepada pasien; b. Bertanggungjawab menyelesaikan permasalahan
pasien; c. Memberikan pelayanan yang selalu lebih baik kepada pasien; d.
Melakukan pembinaan hubungan jangka panjang kepada pasien. Kalau SDM dapat
bertindak seperti yang disebutkan di atas, berarti SDM sudah disiapkan untuk mempratekkan
kegiatan pemasaran pelayanan kesehatan.
2.
Keterampilan
SDM dalam berkomunikasi
Pada kegiatan akreditasi, keterampilan berkomunikasi sangat
didorong, agar SDM mampu melaksanakannya dengan baik. Mengapa? Medis dan
istilah medis tidak semua pasien dapat memahaminya dengan baik serta besar sekali
keinginan pasien untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita, apakah bisa
cepat disembuhkan atau butuh waktu lama dan apakah ada obatnya atau belum
ditemukan. Namanya orang yang sedang susah dan sakit tentu berbagai macam
pertanyaan bisa muncul dari pasien dan keluarganya.
Mengenai
komunikasi yang baik dan efektif itu, mulai terjadi pada waktu penyerahan produk pelayanan kesehatan
yang penuh dengan kasih dan tulus, berkorban, dan penuh dengan penyangkalan
diri yaitu menghilangkan ego pribadi dan bekerja sesuai kepentingan pasien
semata. Pada waktu melayani pasien, merupakan bentuk komunikasi yang memiliki
arti yang sangat dalam bagi pasien dan keluarganya, karena itu komunikasi
menjadi sangat penting. Komunikasi adalah pemindahan informasi yang bisa
dimenegerti, dari satu orang/klompok kepada orang/kelompok lainnya. Jadi key words-nya yaitu: a. Ada satu orang
yang menyampaikan sebuah informasi; b. Ada orang lain yang menerima informasi
itu; dan c. Informasi yang diterima dapat dimenegerti oleh si penerima (Zebua,
2016).
Dengan kata lain, komunikasi itu merupakan
penyampaian pesan seseorang kepada orang lain melalui media tertentu, seperti
komunikasi yang verbal dan non verbal. Tanpa komunikasi, maka tidak mungkin
menangani dan mengelola sikap dan perilaku SDM dalam organisasi.
Karena pelayanan pada produk jasa pelayanan
kesehatan hanya berfokus kepada pasien, seyogyanya selalu memiliki kesabaran di
dalam memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya. Berusaha mendengarkan
informasi dari pasien dan keluarganya dan berupaya juga mengkomunikasikan
dengan baik mengenai hak dan kewajiban pasien dan keluarganya serta kelanjutan
pelayanan yang akan diterima pasien pada waktu yang akan datang. Saya sendiri pernah
sakit dan langsung mondok di Unit Perawatan Khusus (UPK), seorang dokter selalu
berkata setelah memeriksa kesehatan saya dengan berkata “cepat sembuh ya”.
Ternyata sapaan dokter ini sangat menumbuhkan semangat untuk cepat sembuh.
Dengan demikian, pasien merasa dilayani seperti di rumah sandiri dan pada
akhirnya pasien merasa sangat senang pada pelayanan yang diterima, serta
mungkin memuji cara-cara pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan, yang
dalam hal ini dilaksanakan oleh SDM pemberi pelayan kesehatan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan SDM pemberi
pelayanan kesehatan, antara lain: 1. Menyambut pasien dengan senyum, salam, dan
sapa (S3); 2. Menunjukkan sikap siap mendengarkan dan melayani; 3. Mampu
mengkomunikasikan hal-hal yang menyimpang; dan 4. Mampu menyampaikan proses
pelayanan yang mudah dimengerti. Hal inilah yang bisa menjadikan SDM sebagai marketer (pemasar).
3.
Keterampilan
SDM bekerjasama dalam tim
Kalau kita melihat karakter setiap SDM, ada yang suka
bekerja sendirian dan ada juga yang suka bekerja dalam kelompok. Pada pemberian
pelayanan kesehatan kepada pasien lebih banyak menimbulkan suatu kerjasama
antar pemberi pelayanan, seperti dokter dengan perawat/bidan, kerjasama antar
perawat/bidan, kerjasama antar dokter, kerjasama perawat ruang rawat inap dan
keuangan dan seterusnya.
Kerjasama ini, selain mengerjasamakan pelayanan
kesehatan kepada setiap pasien, juga bekerjasama dalam hal bagaimana menjaga
pasien untuk terus membaik kesehatannya dimasa yang akan datang, sehingga cepat
memperoleh kesembuhan.
Pada waktu sekarang, pemberian pelayanan kepada pasien
sesuai dengan penyakit yang diderita, kadang petugas SDM yang satu menyalahkan
SDM yang lain dan atau terjadi banyak informasi yang berbeda dari setiap SDM,
berdasarkan informasi yang disampaikan oleh bebarapa SDM pemberi pelayanan
kesehatan. Kalau hal ini sudah biasa terjadi akan memberi dampak pada kurangnya
kepercayaan pesien dan keluarganya pada pelayanan yang diterima pasien.
Apalagi kalau seorang Ibu akan menjalani operasi cesar
yang akan dilakukan pada jam tertentu, ternyata dokter ahli kandungan masih
menunggu dokter spesialis anak atau sebaliknya. Kondisi ini akan memberikan
tingkat kegelisahan pada Ibu dan keluarganya, dan bila kejadian ini akan
terinformasikan kepada banyak orang, akan berdampak pada terjadinya
keragu-raguan bagi calon pasien untuk dilayani di rumah sakit ini dimasa yang akan
datang.
Kerjasama dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam
melayani pasien, sangat bermakna bagi pasien yang dilayani. Kegiatan pelayanan
ini memberikan dampak pada kepercayaan pasien pada pelayanan kesehatan.
Beberapa hal yang dapat menjaga kepercayaan pasien pada pelayanan kesehatan,
antara lain: a. Memberikan kontribusi kepada tim melalui partisipasi; b.
Mengajak SDM yang lain dengan membagi informasi dan sumberdaya; c. Memotivasi
SDM lain; dan d. Bertanggungjawab atas hasil kerja tim
4.
Komitmen
SDM terhadap pelayanan kesehatan
Mengenalkan
budaya kerja dan nilai-nilai pelayanan yang terus dikembangkan di pelayanan
kesehatan, sangat diharapkan dapat dilakukan oleh organisasi dan Manajemen
pelayanan kesehatan. Mengapa hal ini penting? Supaya setiap SDM yang bekerja di
pelayanan kesehatan itu, mampu menjadi bagian terpenting dan menyatu dengan
budaya kerja di pelayanan kesehatan. Apabila kondisi ini bisa terjadi, pemberi
pelayanan kesehatan sangat mampu menghadapi para pesaing yang terus berkembang
jumlah kuantitasnya di sekitar wilayah organisasi pemberi pelayanan kesehatan.
Untuk
meningkatkan komitmen SDM untuk selalu bekerja dengan pelayanan yang baik
kepada pasien, perlu juga dukungan dari Manajemen untuk mampu menilai kinerja
SDM yang pelayanannya berfokus kepada pasien. Jadi, pemantapan pelaksanaan
budaya kerja SDM di pelayanan kesehatan serta sistem penilaian kinerja SDM yang
bersistem, dapat membawa SDM dalam pelayanannya memiliki nilai plus, yang pada
akhirnya sangat mengena di hati pasien dan keluarganya. Kalau hal ini bisa
diwujudkan oleh penyedia pelayanan kesehatan, dapat dipastikan kunjungan pasien
pada pelayanan kesehatan semakin meningkat dan akan semakin meningkatkan
kepercayaan serta kepuasan pasien dan keluarganya pada pelayanan kesehatan.
Pelayanan
SDM yang semakin merasuk di hati pasien melalui pelaksanaan budaya kerja yang
semakin masif, dapat dikatakan bahwa Manajemen telah berhasil menangani SDM
dengan baik. Beberapa hal yang bisa dimonitor pada komitmen SDM dalam pelayanan,
yaitu: a. Memiliki kemampuan untuk menjaga citra pelayanan kesehatan; b.
Berupaya mencapai visi dan misi pelayanan kesehatan; c. Mendahulukan
kepentingan pelayanan pasien dari pemberi pelayanan kesehatan; dan d. Berupaya
mendukung kebijakan dari pelayanan kesehatan.
5.
Keramahtamahan
SDM
Keramahtamahan
biasanya diwujudkan dalam hal sopan-santun, tutur kata yang baik, rendah hati,
komunikasi baik, lemah lembut, dan menghormati pasien. Apabila SDM pelayanan
kesehatan terbiasa dengan model pelayanan seperti di atas, dapat dipastikan
bahwa pemasaran pelayanan dapat dikatakan sudah berjalan baik. Menurut
pengamatan, hal-hal inilah yang diharapkan pasien dan keluarganya.
Sebetulnya
harapan pasien seperti yang disebutkan di atas masih belum terpenuhi dengan
baik. Contoh kasus, membiarkan pasien menunggu lama antri dalam pelayanan,
merespon pertanyaan dari pasien dan keluarganya dengan apa adanya, bahkan ada
petugas yang tidak sempat menjawab karena merasa sibuk, banyak pekerjaan, dan
selanjutnya. Kalau masih terdapat gambaran ini kepada SDM petugas kesehatan
seperti kurang ramah karena mungkin terlalu sibuk dan atau banyak pekerjaan,
tidak dapat dibenarkan. Sesibuk-sibuknya SDM dalam pelayanan, sebaiknya
Manajemen terus memberikan motivasi agar selalu berusaha ramah dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan keluarganya.
Pada
keramahtamahan SDM ini, sangat diharapkan Manajemen turut mendukung dan
memberikan motivasi kepada seluruh SDM di produk pelayanan kesehatan. Beberapa
hal yang bisa diperhatikan pada keramahtamahan ini, yaitu a. Memiliki
kepribadian yang menyenangkan pasien; b. Berupaya merespon dengan cepat atas
keluhan pasien; c. Bertindak atentif pada need,
want, dan expectation customer, dan d. Berinisiatif membantu pasien dalam
menangani permasalahan yang dihadapi pasien.
6.
Keandalan
dalam pelayanan
Sumber daya manusia (SDM) yang bertugas pada level
produk pelayanan kesehatan menjadi penentu keberhasilan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien. Sehari-hari dan setiap saat SDM pemberi pelayanan
berhadapan langsung dengan pasien dan atau calon pasien, sehingga pasien
mengerti tentang perilaku pemberi pelayanan, dirasa baik pelayanannya atau
kurang baik, cekatan dalam bekerja atau tidak. Keprofesionalan dalam pelayanan
akan terlihat dalam pelaksanaan pelayanan pada waktu pelayanan diterima pasien.
Sesuai pemahaman seperti yang dikemukakan oleh Rangkuti (2002) bahwa keandalan
merupakan suatu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan
dengan segera, akurat, dan memuaskan.
Penggunaan alat medis juga demikian, sejauhmana
kecakapan SDM menjalankan peralatan yang dibutuhkan pasien dan apakah tepat
waktu saat pasien menggunakan alat-alat tersebut. Contoh, saat pasien
menggunakan alat rontgen ternyata petugasnya kalau pada sore hari harus
dijemput di rumah dulu, hal ini tentu mengganggu kondisi saat dibutuhkan oleh
pasien. Hal ini bisa saja terjadi karena keterbatasan jumlah SDM yang ahli di
bidang radiologi. Ini sebuah kendala yang barangkali mengganggu pelayanan
radiologi yang andal dan berakibat pada pelayanan yang kurang memuaskan dan
kurang berkualitas.
Keandalan dalam pelayanan dan terus menerus sangat
dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam pemberian produk jasa
pelayanan kesehatan. Dibutuhkan ketepatan waktu dan dibutuhkan keandalan SDM,
sehingga pasien merasa puas dan senang dengan pelayanan itu. Itulah harapan
pasien yang menggunakan produk pelayanan kesehatan.
7.
Motivasi
dalam memberikan pelayanan
Apa jadinya kalau seorang SDM pemberi pelayanan saat
berangkat dari rumah sudah agak malas-malasan, apalagi kalau di rumah sempat
ada perbedaan pendapat bagi yang sudah berkeluarga? tentu ini sangat
berpengaruh pada pelayanan yang akan diberikan kepada pasien yang dilayani.
Tidak ada motivasi dalam diri SDM untuk mengekspresikan bentuk pelayanan yang
terbaik kepada pasien.
Ada 3 hal pokok berkaitan dengan motivasi yaitu usaha,
tujuan organisasi, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi (Robbins, 1993). Ke-3 hal
ini saling memengaruhi di dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu sangat
diperhatikan dan didorong kepada SDM agar selalu berusaha menampilkan pelayanan
kepada pasien dengan raut muka yang bersahabat. Banyak masalah dalam hidup,
tetapi begitu berhadapan dengan pasien, justru SDM berusaha menjadi konsultan
kepada para pasien, mengapa? Karena kondisi pasien sedang lemah karena sedang
sakit serta biasanya pasien banyak bertanya kepada SDM pemberi pelayanan untuk
mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita, serta berapa hari lagi sudah
bisa sembuh dari penyakit. Mungkin masih banyak lagi permasalahan pasien yang
akan mereka tanya-tanya kepada SDM pemberi pelayanan.
Berdasarkan penuturan di atas, diharapkan setiap SDM
memiliki motivasi dalam memberikan pelayanan kepada setiap pasien yang sedang
ditangani. Dan di sinilah perhatian pasien dan keluarganya dalam memahami
cara-cara pemberian pelayanan yang disampaikan SDM sebagai yang melayani
pasien. Melalui pemberian pelayanan dan
perilaku yang ditampilkan inilah, pengguna pelayanan sering melontarkan pujian
bila pemberi pelayanan berhasil memberikan pelayanan yang baik kepada pasien,
tetapi sebaliknya mungkin memberikan komplain dalam pelayanan, bila mereka
sebagai pasien atau keluarga pasien menghendaki SDM menjadi pemberi pelayanan
yang baik.
8.
Kedisplinan
dalam memberikan pelayanan
Disiplin dalam hidup ini memang sangat dibutuhkan,
entah dalam hal apa pun seperti dalam pekerjaan yang sedang menjadi petugas di
bidang pelayanan kesehatan. Hanya sayangnya masih ada saja hal-hal yang masih
membutuhkan kedisplinan waktu. Contoh, bila seorang pasien yang mau dioperasi,
kadang mundur waktunya atau bahkan ditunda pada besok hari. Hal ini menjadikan
pasien dan keluarganya kurang mantap, bahkan menumbuhkan komplain mereka kepada
pelayanan kesehatan.
Bagaimana pelayanan yang lain? Seperti memasang dan
melepaskan infus dari tubuh pasien, pemberian obat kepada pasien, pemeriksaan
laboratorium, pelaksanaan kegiatan rontgen, dan lain sebagainya. Siapa yang
selalu mengingatkan petugas kesehatan supaya bisa selalu disiplin dalam
pemberian pelayanan? Inilah salah satu yang harus menjadi budaya kerja SDM di
pelayanan kesehatan. Budaya kerja itu merupakan sikap dan perilaku terhadap
pekerjaan, dan budaya kerja itu dipengaruhi 2 faktor yaitu pengetahuan dan
informasi kerja, serta kesadaran akan kepentingan (Ndraha, 1999).
Kedisplinan
SDM dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada setiap pasien pada pelayanan
kesehatan sangat dibutuhkan. Seperti pelayanan dokter sebaiknya tepat waktu
sesuai yang tertulis pada jam praktek dokter, karena mereka ini yang paling
dibutuhkan pasien dan keluarga pasien, dan pasien tidak menunggu antri dalam
pemeriksaan dokter. Memang budaya praktek inilah yang perlu mendapat perhatian
serius dari sang dokter demi kemanusiaan sekaligus bisa mengurangi antrian
dalam pelayanan.
Post a Comment for "SIAPKAN SDM YANG HANDAL"