PELATIHAN KARYAWAN RUMAH SAKIT
BANYAK
yang berpendapat bahwa setelah karyawan diterima bekerja dan berkarya di rumah
sakit, berharap kepada karyawan tersebut untuk melakukan pekerjaannya sendiri dengan
baik serta loyal terhadap institusi. Ada juga yang berpendapat bahwa karyawan
itu perlu diarahkan terus agar memahami mengenai target yang perlu diwujudkan.
Salah seorang Pemimpin berkata bahwa pelatihan itu termasuk dalam kelompok
biaya yang mengurangi pendapatan, jadi berhati-hatilah untuk mengikutkan
karyawan dalam pelatihan, dan sebagainya.
Pada
saat ini sebagian dari banyak rumah sakit, masih kurang peduli pada upaya untuk
meng-update pengetahuan dan
keterampilan karyawannya. Pemimpin rumah sakit masih banyak yang berpendapat
bahwa karyawan rumah sakit harus berusaha keras untuk memberi pelayanan yang
terbaik, sesuai kebutuhan pasien rumah sakit. Apalagi kalau mengeluarkan biaya
untuk mengikuti suatu pelatihan, tentu sangat mengganggu dan bertambahnya
pengeluaran rumah sakit. Alat medis jauh lebih penting diprioritaskan ketimbang
karyawan mengikuti pelatihan-pelatihan. Apakah pendapat yang seperti ini sudah
relevan di zaman sekarang? Perlu dikaji dan direnungkan secara mendalam perihal
pentingnya pelatihan karyawan rumah sakit.
Nah
. . di pihak lain, ada juga yang berkata bahwa lingkungan usaha itu selalu
bergerak untuk berubah, karena itu generasi milenial sekarang selalu dikaitkan
dengan kata perubahan. Mereka cenderung ingin menemukan hal-hal baru di dalam
menunaikan pekerjaannya dalam bidang apa pun. Contoh, mau beli sesuatu yang
diinginkan, tinggal order melalui gadgetnya.
Mau berangkat ke suatu tujuan, tinggal order gojek dan/atau grab. Jadi kegiatan
yang dilakukan serba cepat dan terukur hehehe.
Adanya
perubahan pada lingkungan usaha kita, serta pemilik usaha itu berlomba-lomba
untuk menjadi lebih baik di dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Dengan
kondisi lingkungan yang selalu berubah, apakah kita hanya berdiam saja dan
berdoa tanpa melakukan berbagai usaha untuk melakukan perbaikan? Apakah kita
percaya saja pada hasil pekerjaan karyawan yang sudah berjalan seperti biasa?
Sebaiknya bagi orang yang bertindak sebagai Pemimpin berpikirlah dengan sebuah
perenungan bahwa jika keterampilan dan keahlian karyawan tidak dipertahankan
dan di-update, nilai mereka bakal menyusut
(Sheal, 2003). Perlu diketahui bahwa mindset
(kebiasaan cara berpikir) karyawan biasanya cenderung stagnan, dan karyawan
bekerja seperti berjalan sebisanya saja. Apakah hal seperti ini perlu tetap dipertahankan?
Harus
dapat dimengerti bahwa karyawan rumah sakit, bisa saja semakin tertinggal dalam
menangkap perubahan lingkungan usaha. Apabila karyawan tidak dilatih sesuai
yang disasar oleh Manajemen rumah sakit, dikuatirkan usaha dan keinginan untuk
meningkatkan pelayanan kepada pasien cenderung tidak berubah. Oleh karena itu,
bagi Pemimpin yang berkehendak untuk mendapatkan kinerja yang baik dari
karyawannya, berinvestasilah untuk melaksanakan pelatihan bagi karyawan Anda. Pelatihan karyawan rumah sakit merupakan
sebuah inspirasi, perangsang, dan dukungan bagi terwujudnya kinerja
karyawan dalam menggolkan tercapainya sasaran-sasaran yang sudah digariskan
oleh Pemimpin.
Untuk
mendukung tumbuhnya inspirasi dan hadirnya kinerja terbaik dari karyawan, beberapa
model pelatihan karyawan rumah sakit yang bisa direncanakan dan ditentukan oleh
Pemimpin rumah sakit, antara lain:
1. Pelatihan
formal
a. Mengikuti
magang
Apabila karyawan rumah sakit membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan dalam hal tertentu, seperti pelatihan kerja anestesi, bedah,
alat medis, rekam medis, unit cost, dan
lain sebagainya, perlu dimagangkan. Pelatihan ini semacam usaha agar karyawan
mengetahui dan mendalami pekerjaan tersebut, sehingga bisa langsung
dipraktekkan di bidang pekerjaannya nanti di rumah sakit.
Bagi mereka yang menangani manajemen rumah sakit yang
baik, pelatihan semacam ini banyak dibutuhkan di rumah sakit. Hal ini masuk
dalam pertimbangan, karena jenis pekerjaan yang dilakukan banyak berhubungan
dengan sebuah keterampilan karyawan dalam melakukan pekerjaannya, dalam upaya
melayani pasien secara baik dan berkualitas.
Contoh lain, ada pemimpin rumah sakit yang bertanya
mengenai pemahaman tentang unit cost
suatu produk pelayanan di rumah sakit. Lalu disarankan supaya kirim staf dari
bagian keuangan dan/atau staf dari bagian pengembangan dana rumah sakit, untuk mengikuti
dan mendalami tentang penanganan unit
cost di sebuah hotel bintang 5 (lima). Mengenai waktu magang, bisa
disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit, bisa selama 3 (tiga) bulan atau
selama 6 (enam) bulan.
b. Mengikuti
seminar/lokakarya
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan karyawan,
Manajemen rumah sakit perlu memprogramkan pelatihan bagi karyawan rumah sakit sesuai
kebutuhan pada pelayanan yang disasar oleh Manajmen rumah sakit. Pelatihan yang
diikuti karyawan itu, dalam upaya untuk menambah dan meningkatkan wawasan dan
ilmu, agar karyawan memiliki kemampuan untuk memberikan solusi dalam mewujudkan
pelayanan yang berdaya saing.
Nah . . kalau karyawan memiliki keterampilan dalam
menemukan solusi pada pelayanan menjadi lebih baik, tentu pelayanan karyawan
rumah sakit semakin dipercaya oleh pasien dan calon pasien rumah sakit. Manajemen
rumah sakit harus terus memerhatikan perubahan-perubahan lingkungan, berkenaan
dengan pelayanan rumah sakit sekarang dan ke depan, sehingga metode pelayanan
dapat disesuaikan dengan harapan pasien rumah sakit. Hal inilah yang terus
dimatangkan kepada karyawan agar bisa mendengar dan mengikuti seminar/lokakarya
perihal pelayanan rumah sakit yang berkualitas.
Beberapa
materi lokakarya yang bisa dipertimbangkan untuk dilaksanakan dan/atau diikuti
rumah sakit, antara lain
1.
Strategi Organisasi Karyawan di Rumah Sakit
2.
Kepemimpinan bagi Direktur rumah sakit (Renstra
Rumah Sakit, Manajemen Produk Jasa Pelayanan, dan Marketing Plan Rumah Sakit) serta Struktur Organisasi Rumah Sakit
yang Bermutu
3. Kepemimpinan bagi Manajer di lingkungan rumah
sakit (Perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian)
4.
Profesi Pemasaran Rumah Sakit
5.
Profesi Humas Rumah Sakit
6.
Profesi Keuangan Rumah Sakit
7.
Profesi Keperawatan di Instalasi Rawat
Inap
8.
Profesi Keperawatan di Instalasi Rawat
Jalan
9. Profesi Manajer dan Karyawan SDM Rumah
Sakit
10.
Lokakarya bagi Karyawan Rumah Sakit:
a.
Cara Anda Sukses sebagai Karyawan Rumah Sakit
b.
Kinerja Staf merupakan Kinerja Atasan
c.
Pelayanan yang Responsif
d.
Pelayanan yang Ekselen
e.
Menjadi Bintang Pemberi Pelayanan Rumah
Sakit
c. Mengikuti
in house training (IHT)
Apabila Manajemen rumah sakit berusaha untuk
menanamkan atribut pelayanan yang harus dimiliki oleh karyawan rumah sakit,
sebaiknya lakukan bentuk pelatihan in
house training di rumah sakit. Tujuan utama dari pelatihan semacam ini,
dalam upaya untuk menyemangati karyawan rumah sakit untuk bersama-sama
melakukan pelayanan seperti yang diharapkan oleh Manajemen rumah sakit. Artinya.
Manajemen rumah sakit mau meningkatkan kualitas karyawan rumah sakit di suatu keahlian
dan kompetensi yang disasar, sesuai visi dan misi Direktur rumah sakit.
Seorang Direktur rumah sakit berkehendak agar karyawan
rumah sakit selalu memberikan “salam” dan “komunikatif” kepada setiap pasien
yang dilayani di rumah sakit. Untuk mewujudkan kehendak dari Direktur ini,
dilakukanlah pelatihan in house training
di rumah sakit. Materi pelatihan ini disampaikan oleh pakar dalam bidangnya
sesuai permintaan dari Manajemen rumah sakit. Hasil akhir yang didapatkan dari
pelatihan ini, yaitu semua karyawan akan bisa mempraktekkannya pada waktu mau menerima
dan melayani pasien.
Hal yang menarik dari model in house training ini, selain biaya yang dapat diefisienkan, bisa juga
diikuti oleh karyawan rumah sakit sesuai dengan shift pekerjaan karyawan.
Khusus mengenai waktu pelaksanaan dari bentuk pelatihan ini, bisa
dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan kepada pemateri sesuai permintaan
dari Manajemen rumah sakit.
Pelatihan in
house training ini sudah banyak rumah sakit yang melaksanakannya, dengan
menghadirkan pemateri yang handal di rumah sakitnya. Bisa juga pelatihan ini
dapat dilaksanakan di luar rumah sakit, seperti di daerah yang banyak
dikunjungi wisatawan nusantara (Wisnus). Sambil mengakrabkan karyawan dengan Pemimpinnya,
dapat mengikuti pelatihan bersama, dan setelah acara pelatihan selesai, lalu
bersama-sama melakukan wisata bersama. Sungguh kegiatan ini sangat menarik
karena dapat wawasan baru dengan kondisi yang menyegarkan setelah bertamasya
bersama.
d. Mengikuti
bimbingan teknis (Bimtek)
Untuk mengikuti perkembangan perihal pelayanan kepada
pasien dan kebutuhannya dengan baik, perlu mendorong karyawan untuk mengikuti Bimtek
sesuai kebutuhan rumah sakit. Contoh, kepemimpinan bagi manajer di lingkungan
rumah sakit, pelaksanaan profesi hubungan masyarakat (Humas) di rumah sakit,
pemaknaan data dari masing-masing gugus kerja di rumah sakit, membangun tim
kerja efektif, penanganan hasil survei kepuasan pasien di rumah sakit,
penanganan berbagai keluhan pasien terhadap pelayanan rumah sakit, teknik
pengkomunikasian tingkat derajat penyakit pasien, dan seterusnya sesuai kepentingan
penajaman berbagai pelayanan menurut pengamatan dari Manajemen rumah sakit.
Karyawan yang mengikuti Bimtek didorong untuk
mendalami sesuatu hal, yang dapat meningkatkan kompetensi karyawan menurut
gugus kerjanya. Pendalaman materi pelatihan Bimtek sebagai upaya untuk melatih
karyawan dalam hal meningkatnya wawasan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya,
serta sekaligus bisa meningkatkan kompetensinya yang berefek (berpengaruh) pada
semakin membaiknya kinerja karyawan. Oleh karena itu, setiap gugus kerja yang
ada di rumah sakit seyogyanya perlu diusahakan untuk mengikuti Bimtek yang
berbasis pada bidang pelayanan yang menjadi tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)
dari gugus kerja tersebut.
e. Studilanjut
Beberapa rumah sakit sudah banyak memprogramkan studi
lanjut bagi karyawannya. Studi lanjut bisa diberikan kepada karyawan medis dan
non medis, tergantung kebutuhan dari masing-masing rumah sakit. Biasanya bagi
karyawan yang diberi peluang untuk studi lanjut, akan diikat dalam suatu
kesepakatan bersama bahwa setelah lulus dari studinya, akan mengabdikan dirinya
untuk kembali bekerja di rumah sakit, berdasarkan kebutuhan rumah sakit minimal
sekian tahun.
Berdasarkan pengalaman, ternyata ada beberapa rumah
sakit yang merespon kelulusan karyawan dari studi lanjut, tidak mampu
menempatkan karyawan tersebut pada pekerjaan yang sesuai kompetensinya sekarang.
Bahkan karyawan yang sudah lulus ini cenderung ditempatkan pada jabatan
seadanya. Kondisi inilah yang memberi makna seakan-akan karyawan yang sudah
studi lanjut, tidak banyak memberi manfaat bagi manajemen rumah sakit.
Untuk itu, seyogyanya Manajemen rumah sakit sudah membuat
perencanaan yang bersistem bahwa karyawan dari suatu gugus kerja dipandang
perlu untuk melanjutkan studinya, dan setelah lulus bisa kembali pada posisi
kerja awal atau akan dipindahkan di gugus kerja baru, agar kinerja gugus kerja itu
diharapkan makin berkembang dengan baik dan berhasil baik dalam meningkatkan pelayanan
di rumah sakit.
2. Pelatihan
non formal
a. Melatih
dan mengembangkan diri sendiri dengan membaca buku-buku yang sesuai bidang
pekerjaan karyawan.
Setiap
rumah sakit biasanya sudah memiliki perpustakaan yang mengoleksi berbagai buku
dan jurnal di bidang kesehatan. Perpustakaan di rumah sakit bisa digunakan dan dimanffatkan
oleh karyawan rumah sakit, untuk mendapatkan informasi yang bersifat ilmu
pengetahuan, hiburan, dan rekreasi, yang dapat mendukung kebutuhan karyawan. Oleh
karena itu, petugas yang menangani perpustakaan rumah sakit, hendaknya berusaha
menyediakan buku-buku yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) gugus
kerja yang ada di rumah sakit, termasuk menyediakan berbagai jurnal kesehatan
masyarakat, jurnal kesehatan, jurnal manajemen rumah sakit, dan jurnal yang lain.
Ketersediaan
buku dan jurnal sesuai kebutuhan rumah sakit, sangat memberi dukungan pada
peningkatan wawasan karyawan rumah sakit beserta peningkatan kompetensi karyawannya.
Artinya, Manajemen rumah sakit memberi dukungan penuh pada terciptanya proses
pelayanan yang semakin baik kepada pasien-pasien rumah sakit. Apalagi pada
waktu sekarang banyak bermunculan pelayanan rumah sakit yang baru, yang dapat
diartikan akan bersaing ketat dalam menampilkan pelayanan yang berdaya guna
bagi pengguna produk jasa pelayanan rumah sakit.
Untuk
itu, di dalam usaha memerbaiki pelayanan rumah sakit yang terus menerus ke
depan, diperlukan berbagai sarana untuk mendukung kepiawaian karyawan dalam
menunaikan tugasnya sebagai pemberi pelayanan yang berkualitas. Harus dapat
dipahami bahwa setiap rumah sakit berusaha terus memerbaiki pelayanannya kepada
pasien, karena itu jangan sampai pelayanan rumah sakit yang dimiliki, menjadi
tertinggal dalam mengikuti perkembangan pelayanan medis dan non medis, baik
didalam negeri maupun diluar negeri.
b. Berdiskusi
dalam rapat tim
Setiap rumah sakit disarankan untuk membentuk beberapa
tim di rumah sakit, untuk membahas berbagai masalah yang sedang terjadi di
rumah sakit. Umpamanya Manajemen rumah sakit membentuk tim untuk melakukan
diskusi perihal ‘titik persepsi kritis (TPK)’ pada pelayanan rumah sakit. Apa
yang dibahas dalam tim TPK ini? Yang dibahas oleh tim adalah hal-hal yang
berkaitan dengan 3 (tiga) hal utama, yaitu: 1. Menemukan masalah; 2.
Menghadirkan solusi; dan 3. Mengerjakan solusi.
Untuk menghidupkan semangat kerja bagi tim ini, tentu
perlu diajukan beberapa pertanyaan yang bisa mengungkapkan TPK di sebuah rumah
sakit. Beberapa pertanyaan yang diajukan, sebagai berikut: 1. Apa
permasalahannya?; 2. Mengapa permasalahan itu muncul?; 3. Bagaimana
mengatasinya?; d. Siapa yang melaksanakan?; dan 5. Kapan diselesaikan?. Melalui
beberapa pertanyaan ini, dipersilahkan kepada setiap anggota tim untuk memberikan
pendapatnya mengenai hal-hal yang dirasakan dan/atau ditemukan di rumah sakit
selama ini.
Contoh TPK yang ditemukan tim di rumah sakit ini,
antara lain: 1. Kedisplinan karyawan dalam bekerja; 2. Pelayanan; 3. Sistem pelayanan
pasien instalasi gawat darurat (IGD); dan 4. Fasilitas pelayanan rumah sakit.
Nah . . masing-masing TPK ini dibicarakan secara mendalam dalam tim, bagaimana
hal itu bisa terjadi dan bagaimana penanganannya supaya menjadi lebih baik,
serta gugus kerja yang akan manangani selanjutnya. Jadi, apabila tim ini selalu
dihidupkan di rumah sakit, dipastikan permasalahan di rumah sakit akan semakin
mudah ditangani serta anggota tim bisa bertindak sebagai agen-agen perubahan di
rumah sakit, yang pada akhirnya manajemen pelayanan pasien di rumah sakit
semakin baik dan berdaya saya saing.
c. Briefing
Seorang Direktur rumah sakit hendaknya selalu standby untuk memberikan briefing (pengarahan) kepada seluruh
civitas hospitalia rumah sakit. Briefing
ini sangat penting, agar rencana kerja Direktur ke depan dapat dimengerti dan dipahami
pelaksanaannya oleh karyawan rumah sakit. Hasil akhir dari briefing ini adalah bisa mewujudkan pencapaian visi dan misi
direktur rumah sakit.
Makna dari briefing
ini dapat dipetik oleh Direktur rumah sakit apabila pengarahan yang
diberikan terrencana dengan baik dengan materi yang sudah disiapkan lebih
dahulu. Perencanaan yang baik berkaitan dengan waktu tertentu, seperti waktu
pelaksanaan upacara bendera di sebuah instansi, waktu pertemuan antar manajer,
waktu Direktur membuka pelaksanaan suatu kegiatan, waktu ulang tahun berdirinya
rumah sakit, waktu mau terbit majalah rumah sakit, atau waktu pelaksanaan
hari-hari besar di lembaga rumah sakit.
d. Morning
meeting
Untuk
memasyarakatkan fungsi dari setiap gugus kerja yang ada di rumah sakit, perlu
ditentukan waktu pertemuan di rumah sakit, dengan menyusun jadwal gugus kerja
yang akan ditampilkan. Makna dari setiap pertemuan ini adalah gugus kerja yang
tampil akan mempresentasikan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari gugus kerja,
kerjasama yang diperlukan, masalah yang sudah terjadi, serta pemberian nformasi
mengenai data kegiatan yang sudah dicapai gugus kerja tersebut.
Apabila
setiap pertemuan dilakukan 2 (dua) minggu sekali, maka dalam 1 (satu) bulan
bisa menampilkan 2 (dua) gugus kerja dalam pertemuan tersebut. Untuk
selanjutnya tinggal menjadwalkan gugus kerja yang akan tampil, sehingga setiap
gugus kerja sudah menyiapkan diri untuk menyampaikan
presentasi, yang bisa memberikan informasi terbaik kepada peserta morning meeting.
Pada
pertemuan morning meeting, dapat
terjadi diskusi yang mendalam sehingga semakin dipahami oleh para peserta morning meeting. Andai pertemuan morning meeting dapat berjalan dengan
lancar, dipastikan manajer dan karyawan gugus kerja rumah sakit semakin memahami
mengenai tugas dan tanggungjawabnya di rumah sakit. Mengapa semakin memahami?
Karena gugus kerja yang tampil akan mendapatkan berbagai pertanyaan dari para
peserta beserta berbagai saran yang disampaikan. Dengan demikian, bisa diharapkan
bahwa kinerja dari gugus kerja akan semakin baik dan semakin bermanfaat pada
kemajuan manajemen rumah sakit.
Post a Comment for "PELATIHAN KARYAWAN RUMAH SAKIT"