Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ORGANISASI KARYAWAN RUMAH SAKIT


MOTTO favorit saya pada sumber daya manusia (SDM) rumah sakit adalah Man Behind The Gun. Artinya, secanggih apapun alat medik dan non medik yang dimiliki rumah sakit, yang menjalankan alat-alat itu dan yang memberi pelayanan kepada setiap pasien rumah sakit ya SDM-nya (Zebua, 2018). Ini menunjukkan bahwa penanganan terhadap SDM itu harus berada pada prioritas pertama, sehingga SDM memiliki kompetensi dan kapasitas di dalam melakukan pekerjaannya yang berkualitas. Salah berbicara kepada pasien saja sudah bisa menimbulkan masalah dalam pelayanan. Apalagi kalau dikaitkan dengan kualitas pekerjaan dan kerjasama antar SDM dalam memberikan pelayanan kepada pasien kurang bermutu dan kurang terkoordinasi, dapat menjadi sebuah masalah besar dalam pelayanan rumah sakit di waktu yang akan datang.

Kira-kira apa yang menjadi masalah dalam pelayanan rumah sakit ke depan? Empat kata saja jawabannya, yaitu tidak dipercaya pasien dan keluarganya. Kalau hal ini sampai terjadi, bunyi lonceng kematian pada pelayanan rumah sakit Anda, bisa segera terwujud. Apakah Anda mau terjadi hal ini pada rumah sakit Anda?

Apabila pada awalnya rumah sakit Anda mau menerima karyawan baru, pada umumnya kedengaran suatu jawaban dari calon karyawan bahwa gaji dan ketentuan yang sudah berlaku di rumah sakit ini, siap mengikutinya dengan tulus. Setelah menjadi karyawan tetap rumah sakit dan sudah menjalankan pekerjaan pelayanan di rumah sakit dari waktu ke waktu, sedikit demi sedikit baru pada muncul karakteristik pelayanan dari SDM tersebut. Apa karakter yang muncul dari SDM? Karakternya mulai kurang disiplin dalam melakukan pekerjaan, kadang suka pamit dari pekerjaan dengan alasan tertentu, atau terlalu banyak bercerita di sana sini sampai karyawan lain merasa terganggu, dan lain sebagainya. Disinilah mulai timbul perbedaan suara hati antara Manajemen rumah sakit dan SDM rumah sakit. Yang satu menginginkan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, sementara yang lain ingin bekerja menurut konsep dari dirinya sendiri.

Kalau sudah sampai seperti ini, tentu Manajemen rumah sakit sudah mulai merasa kurang respek kepada karyawan rumah sakit itu, dan atau sebaliknya SDM rumah sakit mulai merasa kurang mendapat perhatian dari Manajemen rumah sakit. Jadi, kejadian ini akan menjadi sebuah gambaran sudah mulai saling curiga dan saling kurang memerhatikan antara satu dengan yang lain. Dan inilah yang pernah saya alami sewaktu menjadi anggota pada organisasi asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) daerah, di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang diberi tugas menjadi anggota panitia penyelesaian perselisihan perburuhan (P4D) provinsi daerah istimewa Yogyakarta (DIY). Selama 4 (empat) tahun bertugas sebagai anggota P4D DIY, hal yang dihadapi ya seperti itu, terjadi konflik antara Manajemen Perusahaan dengan Karyawan Perusahaan. Komunikasi yang baik antar keduanya, baik dari pihak Manajemen maupun dari pihak karyawan perusahaan (rumah sakit) tidak terjadi, bahkan sepertinya bermusuhan.

Berdasarkan pengalaman tersebut, diusulkan kepada Manajemen rumah sakit untuk membangun dan mendirikan organisasi karyawan rumah sakit sebagai mitra kerja dari Manajemen rumah sakit. Manajemen rumah sakit tidak hanya menangani manajemen rumah sakit secara profesional, agar semakin maju pelayanan rumah sakitnya, tetapi sangat menaruh perhatian besar pada keberadaan SDM di rumah sakit, agar mampu memberikan pelayanan yang telah terakreditasi kepada pasien rumah sakit.

Karena SDM rumah sakit ini banyak dan terdiri dari berbagai profesi, sebaiknya tugas penanganan SDM ini bisa dipercayakan kepada sebuah organisasi karyawan rumah sakit dan bagian SDM di rumah sakit. Jadi, ada yang ikut memikirkan perihal cara-cara pelayanan yang diberikan SDM rumah sakit kepada pasien rumah sakit secara berkualitas, yaitu bagian SDM rumah sakit dan organisasi karyawan rumah sakit. Manajemen rumah sakit memikirkan manajemen pengembangan rumah sakit sebagai rumah sakit yang terakreditasi, dan organisasi karyawan memikirkan anggotanya supaya mampu memberikan pelayanan yang berkualitas menurut kepentingan dan kebutuhan pasien rumah sakit.

Menurut Rachmawati (2008), organisasi karyawan itu merupakan wujud pelaksanaan hubungan industrial dalam pelayanan perusahaan (rumah sakit). Selajutnya dikatakan bahwa dalam hubungan industrial ini, ada 3 (tiga) pihak yang berkepentingan yaitu kebijakan pemerintah Casu Quo (cq) atau dalam hal ini dinas tenaga kerja (Disnaker) yang ada di wiayah itu, kejujuran dan ketaatan Manajemen perusahaan (rumah sakit), serta kejujuran dan ketaatan para karyawan perusahaan (rumah sakit).

Nah, organisasi karyawan ini mempunyai beberapa tujuan menurut Rachmawati (2008), yaitu:
1.    Keselamatan serikat pekerja (organisasi karyawan)
Manajemen menjamin bahwa serikat pekerja (organisasi karyawan) akan terus berlanjut dan bisa melaksanakan fungsi-fungsinya. Organisasi karyawan ini berusaha menghindari terjadinya ketegangan dan/atau konflik dengan Manajemen rumah sakit.
2.    Keselamatan pekerja
Keselamatan pekerja ini menyangkut 2 (dua) aspek perlindungan yaitu perlindungan dalam finansial dan perlindungan dalam melakukan pekerjaan. Aspek finansial menyangkut gaji/upah, dan tunjangan-tunjangan. Untuk aspek pekerjaan disesuaikan dengan kompetensi dalam pekerjaan sehingga bisa memacu untuk bisa bekerja dengan baik.
3.    Wadah aktivitas-aktivitas
Sebagai organisasi karyawan, wadah ini bisa dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul, berkonsultasi dari bermacam-macam keluhan karyawan, perbedaan keinginan, perbedaan kebutuhan, masalah, dan lain-lain, sehingga semua permasalahan karyawan dapat dicari jalan keluarnya. Di samping itu organisasi karyawan merupakan wadah kegiatan karyawan sebagai bentuk manifestasi sosialnya dengan orang lain.
4.    Peningkatan kesejahteraan pekerja
Manajemen akan mengetahui aspirasi karyawan dari keberadaan organisasi karyawan ini. Beberapa masalah yang sulit dipecahkan akan menjadi bahasan dari Manajemen untuk ditindaklanjuti dan dicari jalan keluarnya. Tuntutan karyawan yang terpendam tentang gaji dan upah dan/atau tunjangan yang lebih tinggi akan terus ada seiring dengan kebutuhan hidup yang meningkat.
5.    Peningkatan kondisi kerja
Perbaikan kondisi kerja telah menjadi perhatian penting bagi organisasi karyawan. Organisasi karyawan akan menggunakan jalan perundingan untuk mengajukan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hari kerja yang lebih pendek, kewajiban lembur yang lebih sedikit, jam istirahat yang panjang, dan lain-lain.
6.    Kewajaran dan keadilan
Misi organisasi karyawan adalah perlakuan yang adil dan wajar dari Manajemen. Apabila organisasi karyawan kurang terorganisasi, pemimpin organisasi karyawan merasa bahwa Manajemen akan memberikan atau menyembunyikan hak dan tunjangan khusus kepada karyawan-karyawan tertentu. Maka dari itu, biasanya pemimpin organisasi karyawan akan berusaha melakukan negosiasi dengan pihak Manajemen untuk memberikan fasilitas dan gaji/upah yang layak dan wajar.
7.    Perlakuan yang wajar dalam studi lanjut/mengikuti seminar atau lokakarya (tambahan)
Apabila Manajemen memberikan peluang untuk studi lanjut atau mengikuti short course/seminar/lokakarya, sebaiknya Manajemen memberikan juga peluang yang sama kepada SDM rumah sakit, sesuai dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit. Jangan sampai yang boleh mengikuti hanya orang yang selalu bekerja asal bapak senang (ABS), tetapi terbuka bagi SDM yang turut direkomendasikan oleh atasan selain ketentuan dari bagian SDM rumah sakit.

Untuk mengusakan agar SDM rumah sakit terpelihara dengan baik dalam hal finansial dan tempat pekerjaan SDM sesuai kompetensi, hendaknya organisasi karyawan berusaha bisa bekerjasama dengan bagian SDM rumah sakit di dalam melakukan berbagai hal, yang bisa menenangkan para karyawan. Sehari-hari Manajemen rumah sakit dapat masukan dari bagian SDM rumah sakit setelah ada masukan dari organisasi karyawan perihal yang diinginkan karyawan. Dengan demikian, pelaksanaan komunikasi antara Manajemen rumah sakit dan organisasi karyawan dapat berjalan sebagaimana mestinya, tanpa menimbulkan konflik. Jadinya, Manajemen rumah sakit merasa pekerjaan pelayanan telah bisa berjalan sesuai dengan pola pelayanan akreditasi rumah sakit, sedang karyawan rumah sakit merasa selalu bersemangat dalam melakukan pekerjaan pelayanannya kepada pasien rumah sakit.

Apabila bisa terjadi keharmonisan di dalam menjalankan roda organisasi rumah sakit, alangkah bermutunya cara-cara pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Manajemen rumah sakit bisa fokus di dalam memanajemeni rumah sakit secara profesional, sedang organisasi karyawan bisa fokus di dalam menyemangati seluruh karyawan rumah sakit, untuk bekerja dengan baik dan profesional. Mari sama-sama melakukan pekerjaan sesuai fokus kerja dan pelayanan kita masing-masing. Selamat menjalankan pelayanan yang berkesan dan berkualitas kepada pasien rumah sakit.
 

2 comments for "ORGANISASI KARYAWAN RUMAH SAKIT"

  1. Yth bapak Manahati Zebua, tidakkah kepentingan banyak profesi di RS telah terwadahi dalam komite medis, komite keperawatan dan komite tenaga kesehatan lain yang saat ini telah eksis di beberapa RS yang sudah terakreditasi
    haruskeh membentuk wadah lain?

    ReplyDelete
  2. Terima kasih atas respon yang diberikan. Mengenai komite lebih banyak bicara ttg profesi, sedang organisasi karyawan berkaitan dengan pelaksanaan manajemen rumah sakit. matur nuwun

    ReplyDelete