Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PRODUKTIVITAS KERJA SDM RUMAH SAKIT



APABILA bekerja di sektor jasa seperti halnya di rumah sakit, wow . . sungguh pekerjaan yang dilakukan sangat berat, apalagi bila sumber daya manusia (SDM) yang melakukan pekerjaan di instalasi rawat inap rumah sakit. Jumlah pasien yang mondok di ruangan banyak, dengan kondisi kesehatan pasien yang sangat variatif, ada kondisi pasien yang penyakitnya termasuk ringan, kondisi sedang, dan kondisi yang tergolong berat. Nah . . kondisi kesehatan pasien inilah yang menggambarkan pasien sangat tergantung dan/atau tidak begitu tergantung kepada para perawat yang bertugas di ruangan.      

Kalau kesehatan pasien di ruangan tergolong berat, maka ketergantungan pasien pada tenaga SDM perawat sangat tinggi, dan sebaliknya bila kesehatan pasien sudah mulai ringan dan mendapatkan diit nasi biasa, maka tingkat ketergantungan pasien kepada perawat menjadi berkurang. Demikian juga yang terjadi di gugus kerja lain seperti instalasi bedah, unit perawatan khusus, laboratorium, radiologi, IGD, dan gugus kerja yang lain. Semuanya gugus kerja yang ada di rumah sakit, pada umumnya selalu bekerja keras demi menyelamatkan jiwa manusia dan/atau menangani penyembuhan pasien yang berobat di rumah sakit.

Bagaimana SDM rumah sakit dapat mewujudkan produktivitas kerja di gugus kerjanya? Produktivitas SDM rumah sakit merupakan kemampuan SDM untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien rumah sakit. Artinya, berbagai input yang dibutuhkan di dalam memberikan pelayanan seperti tempat pelayanan, alat pelayanan dan administrasi, air dan listrik, tenaga kesehatan, prosedur pelayanan, dapat dimanfaatkan dan didayagunakan sebesar-besarnya untuk menangani kesehatan pasien secara optimal. Hasil akhir dari pelayanan yang optimal dapat diwujudkan pada tercapainya tingkat kepuasan pasien pada pelayanan SDM rumah sakit.         

Kemampuan SDM untuk menghasilkan pelayanan yang memuaskan pasien itu, merupakan produktivitas kerja SDM rumah sakit. Apalagi pada waktu SDM melakukan pekerjaannya, akan menumbuhkan daya kreasi yang bisa mempercepat pulihnya kesehatan pasien, hal ini sudah termasuk sebagai produktivitas kerja SDM rumah sakit. Pulihnya kesehatan pasien itu, selain mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter yang menangani, bisa juga bersumber dari keseriusan SDM dalam melayani pasien, kerjasama antar SDM yang berasal dari beberapa gugus kerja, atau ketepatan hasil monitoring perkembangan kondisi pasien untuk dikomunikasikan kepada dokter ahli yang menangani penyakit pasien tersebut.
Hal-hal yang sudah disebutkan di atas merupakan dukungan pada produktivitas kerja SDM di rumah sakit. Oleh karena itu, demi terwujudnya produktivitas SDM yang optimal diperlukan adanya pemahaman pada hal-hal yang turut memengaruhi produktivitas kerja dari SDM itu. Berbagai hal yang memengaruhi produktivitas kerja SDM, sebagai berikut:
1.      Knowledge (pengetahuan)
Pengetahuan seorang SDM rumah sakit pada bidang pekerjaannya sangat tergantung dari tingkat pendidikan yang dimiliki, dan informasi yang diperoleh berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaannya. Semakin baik informasi yang diperoleh akan semakin baik produktivitas kerjanya. Nah . . informasi yang diperoleh seorang SDM rumah sakit bisa bersumber dari banyak hal, seperti mengetahui isi briefing dari Direktur rumah sakit perihal pelaksanaannya untuk mewujudkan visi dan misi Direktur rumah sakit, informasi dan hasil diskusi bersama manajernya, wawasan baru dari hasil pelatihan yang diikuti dan/atau literatur yang dibaca, ketentuan pelaksanaan pekerjaan di gugus kerjanya, dan lain sebagainya.
Informasi  yang didapatkan SDM dari berbagai sumber tersebut, dapat memperlancar terlaksananya pekerjaannya dengan baik. Kalau hasil kerja baik berarti akan semakin meningkat produktivitas kerja seorang SDM rumah sakit. Oleh karena itu, sebagai manajer, tidak harus berkomunikasi dengan bawahannya dengan nada tinggi, tetapi lakukanlah komunikasi yang dapat  menumbuhkan produktivitas kerja seorang SDM rumah sakit.  
2.      Skills (keterampilan)
Setiap orang yang melakukan pekerjaannya di rumah sakit, sudah mendapatkan dan menerima gambaran mengenai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dalam pekerjaannya. Untuk mendapatkan keberhasilan pada pekerjaannya dan/atau memperoleh produktivitas kerja dalam pekerjaannya, dibutuhkan skills tertentu untuk memperoleh kinerja yang baik. Umpamanya keterampilan dalam pengaturan waktu dalam melakukan tugas pelayanan, sangat perhatian pada sesama, cepat mengetahui masalah dalam pekerjaan, rajin memberikan laporan pekerjaannya kepada Atasan, suka mendengarkan, tutur katanya enak didengar, suka bekerjasama, mudah bersosial, berempati, suka memimpin, pintar menyampaikan ide, dan sebagainya.
Penerapan skills yang dimiliki disesuaikan dengan gugus kerjanya di rumah sakit. Kalau Anda bekerja di keperawatan yah butuh keterampilan dalam hal pemberian asuhan keperawatan, pemberian penyuluhan kepada pasien, atau bisa memberikan pertolongan pertama pada pasien yang berada dalam kondisi darurat. Demikian juga bila Anda bekerja di Humas maka keterampilannya adalah suka menulis, suka membaca media, bisa membuat video vlog, menguasai public speaking, dan lain sebagainya.
Jadi skills itu sebagai gambaran kemampuan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan teliti dan terampil, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang bersangkutan di gugus kerjanya. Dengan demikian, produktivitas tumbuh bila SDM itu memiliki keterampilan dalam melakukan pekerjaannya dalam pelayanan.
3.      Attitudes (sikap)
Sikap SDM pada waktu menunaikan tugas pelayanan kepada pasien, seperti acuh tak acuh (tidak mau tahu) atau diam seribu bahasa atau kurang peduli pada keadaan pasien yang sedang menderita penyakit. Kalau sikap SDM rumah sakit seperti yang disebutkan di atas, dapat dipastikan sulit berproduktivitas dalam pekerjaan. Malah pasien bertambah sakit bukan semakin baik kesehatannya. Mengapa pasien menjadi tambah sakit? Karena pasien merasa tidak ada yang peduli atau tidak mendapatkan perhatian SDM rumah sakit terhadap penyakit yang sedang diderita.
Oleh karena itu, bersikap ramahlah kepada pasien rumah sakit, dan pedulilah pada pasien dengan berupaya membesarkan hati atau menyarankan tentang pola makan atau pola tidur yang perlu diperbaiki supaya akan menjadi sehat. Banyak lho pasien yang pingin mengetahui dan mengkomunikasikan perihal kesehatan, dan perbaikan pola makan yang perlu dilakukan agar memperoleh kondisi sehat di masa yang akan datang. Nah . . apabila memiliki sikap yang ramah dan peduli kepada pasien rumah sakit, dapat dipastikan bahwa produktivitas kerja dalam pelayanan akan semakin meningkat.  
4.      Behaviours SDM (perilaku)
Perilaku organisasi rumah sakit sangat berhubungan dengan gambaran tampilan perilaku atau bertindak dari individu dan kelompok SDM dalam menangani dan melayani pasien rumah sakit. Nah . . perilaku individu SDM rumah sakit berkaitan erat dengan adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi seseorang pada saat melaksanakan pelayanannya kepada pasien rumah sakit. Kalau demikian, maka perilaku kerja itu merupakan tindakan dan sikap yang ditunjukkan oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya.
Kalau individu SDM temperamental umpamanya, maka tampilan pemberian pelayanan kepada pasien, akan terlihat perilaku pelayanan yang kaku dan kurang menunjukkan rasa empati kepada pasien yang sedang susah dalam menghadapi penyakitnya. Malah mudah menunjukkan tampilan pelayanan yang kurang siap mendengarkan berbagai keluhan pasien atas penyakitnya. Berdasarkan gambaran pelayanan SDM yang seperti ini, tentu produktivitas kerja SDM menurun. Untuk itu manajer gugus kerja, hendaknya sering memberikan briefing kepada SDM di gugus kerjanya, supaya memerbaiki dan merubah perilakunya bila sedang melayani para pasien di rumah sakit.   
5.      Motivasi kerja
Motivasi kerja dari SDM rumah sakit ditentukan dari 2 (dua) hal yaitu dari dalam diri SDM sendiri dan dari manajer gugus kerja. Manajer gugus kerja yang bertanggung jawab pada keberhasilan pelayanan gugus kerjanya, harus terus mengamati dan memperhatikan perihal motivasi kerja dari individu SDM tersebut. Ada saja SDM yang kelihatannya malas-malasan dalam melakukan tugas pekerjaannya, dan ada juga SDM yang selalu berusaha melakukan pekerjaannya dengan baik.
Setiap pekerjaan memerlukan motivasi yang kuat dalam diri sang SDM, supaya hasil dari pekerjaannya baik. Dengan demikian, akan tercipta produktivitas kerja dari SDM tersebut. Dengan kata lain motivasi kerja itu merupakan suatu kehendak yang muncul dalam diri SDM untuk bekerja secara optimal guna mencapai tujuan. Demikian juga mengenai dukungan dari manajer gugus kerja, harus terus bertindak sebagai motivator bagi setiap individu SDM di gugus kerjanya, supaya setiap individu SDM tersebut, termotivasi dan berproduktivitas saat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada para pasien rumah sakit.
6.      Disiplin kerja
Pada umumnya SDM yang selalu disiplin dalam melakukan bisnisnya dan/atau perkerjaannya biasanya mudah mewujudkan keberhasilan dalam pekerjaannya. Sebaliknya, bila SDM tersebut kurang disiplin dalam melakukan pekerjaannya, biasanya suka banyak bicara (ringan lidah), sehingga kurang patuh terhadap peraturan organisasi. Jadi, orang yang disiplin dalam bekerja menunjukkan sikap dan tingkah laku yang menunjukkan taat atau patuh terhadap peraturan organisasi tempatnya bekerja.
Beberapa hal yang perlu kita dalami pada bidang disiplin kerja itu, yaitu:
a.    Sebuah organisasi usaha pasti menghendaki ditaatinya sebagian besar peraturan-peraturan oleh SDM, yang sasarannya bukan pada hukuman bersifat fisik tetapi pada perubahan tingkah laku
b.   Disiplin kerja yang baik, SDM dapat menyelesaikan tugasnya sesuai target yang diharapkan
c.    Sebuah penelitian, ada hubungan antara kedisiplinan kerja SDM dengan kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu SDM.
7.      Kepuasan kerja
Sebagai SDM yang bekerja di pelayanan kesehatan, sering kita mendiskusikan banyak hal, terutama mengenai tingkat kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan SDM rumah sakit. Nah . . sekarang kita bicarakan tentang kepuasan kerja SDM rumah sakit sendiri, sehingga akan memiliki sikap, setelah melakukan suatu pekerjaan, yaitu puas dan/atau tidak puas. Mengenai kepuasan kerja ini memang berkaitan dengan persepsi SDM atas pekerjaan yang sudah dilakukan dibandingkan dengan pemenuhan psikologis dari SDM tersebut.
Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2014) bahwa penyebab timbulnya kepuasan kerja itu bisa dilihat pada 5 (lima) faktor, yaitu: a. Terpenuhinya kebutuhan; b. Perbedaan antara yang diharapkan dan yang diperoleh dari pekerjaan; c. Terpenuhinya nilai pekerjaan individual; d. Rasa keadilan; dan e. Lingkungan pekerjaan. Beberapa faktor tersebut bisa didalami kira-kira mana yang mungkin sangat mendorong terjadinya kepuasan kerja bagi individu SDM di gugus kerjanya. Jadi, kepuasan kerja itu merupakan kepuasan yang menggambarkan seseorang memiliki sikap senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Apabila seorang karyawan tidak memperoleh kepuasan kerja biasanya: a. Sering melamun; b. Semangat kerja rendah; c. Cepat lelah dan bosan; d. Emosinya tidak stabil; e. Sering absen; f. Melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Kalau manajer gugus kerja sudah mengetahui tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas, berarti sang manajer harus melihat kembali tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja kepada SDM-nya. Perwujudan kepuasan kerja bagi SDM akan dapat meningkatkan produktivitas kerja pada individu SDM itu sendiri hehehe.
8.      Stres kerja
Terjadinya ketegangan pada waktu melakukan suatu pekerjaan, akan menimbulkan stres kerja pada seorang SDM. Bisa juga SDM mengalami stres kerja apabila merasa tertekan karena dipacu untuk melakukan pekerjaannya dengan cepat, atau penekanan pada perwujudan target pekerjaan yang harus dapat diselesaikan dengan tepat waktu dengan hasil baik. Kalau terjadi seperti yang sudah disebutkan di atas, berarti stres kerja itu timbul karena spaneng (tegang), yang berakibat pada tingkat emosi dan cara berpikir seseorang, dan akhirnya tidak produktif dalam melakukan pekerjaannya
Selanjutnya tentu timbul pertanyaan, apa yang menyebabkan terjadinya stres kerja bagi individu SDM itu? Penyebabnya stres kerja itu, bisa karena: a. Beban kerja yang berlebihan; b. Tekanan atau desakan waktu; c. Kualitas supervisi yang jelek; d. Iklim politis yang tidak aman; e. Feed-back pelaksanaan kerja tidak memadai; f. Wewenang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab; g. Kemenduaan peranan; h. Frustrasi; i. Konflik antar pribadi dan antar kelompok; j. Perbedaan antara nilai-nilai organisasi dan SDM; serta k. Berbagai bentuk perubahan.
Oleh karena itu, sebagai manajer dari suatu gugus kerja perlu mengamati secara mendalam mengenai stres kerja bagi individu SDM, dan melakukan berbagai usaha untuk dapat menanganinya dengan baik. Beberapa hal yang dilakukan sang manajer untuk mengurangi stres kerja pada SDM di gugus kerjanya, antara lain: a. Memindahkan SDM ke job lain; b. Mengganti penyelia yang berbeda; c. Menyediakan lingkungan kerja yang baru; d. Melakukan pelatihan dan pengembangan karier, agar SDM mampu melaksanakan pekerjaan baru; e. Merancang kembali pekerjaan-pekerjaan; f. Komunikasi diperbaiki; g. Partisipasi dapat ditingkatkan; dan h. Pelayanan konseling.

Menurut Wibowo (2014) bahwa keberhasilan kinerja individu SDM dan/atau organisasi seperti organisasi rumah sakit, terletak pada tingkat produktivitasnya. Produktivitas kerja SDM banyak berhubungan dengan in put (masukan) dan out put (keluaran). Artinya, keberhasilan si SDM dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di rumah sakit untuk menghasilkan keluaran berupa pelayanan yang terbaik dan berkualitas kepada pasien rumah sakit.
Untuk mewujudkan adanya peningkatan produktivitas Kerja dari individu SDM, dapat dilakukan dengan 5 S (istilah Jepang yang menggambarkan secara sistematik praktek kerja yang baik di housekeeping), yaitu:
1.        Seiri (Ringkas)
Seiri/Ringkas berarti menata dan memilah mana yang diperlukan dan mana yang tidak diperlukan sesuai kebutuhan di tempat kerja
2.        Seiton (Rapi)
Seiton/Rapi berarti menyimpan dan menata segala sesuatu di tempat, sehingga mudah mendapatkannya dengan cepat bila diperlukan
3.        Seiso (Resik)
Seiso/Resik berarti berusaha bertindak bersih sehingga menjadi rapi dan bersih
4.        Seiketsu (Rawat)
Seiketsu/Rawat berarti melakukan perawatan terus sehingga tercipta kondisi kerja baik dan harmonis
5.        Shitsuke (Rajin)
Shitsuke/Rajin berarti berusaha membiasakan diri untuk bertindak dengan benar

Sehubungan produktivitas kerja itu sangat dibutuhkan oleh organisasi apa pun, beberapa saran untuk direnungkan dan dilaksanakan dalam upaya meningkatnya produktivitas kerja SDM, yaitu:
1.        Memiliki satu tujuan fokus, pilih satu saja hal yang membuat Anda fokus, tentu dibagian yang Anda kuasai
2.        Hentikan gangguan tanpa ada rasa kasihan, Anda harus berkonsentrasi dengan tujuan Anda
3.        Tentukan batas waktu setiap rapat
4.        Buatlah ritual produktivitas Anda, prioritaskan satu tugas dalam satu hari dan mulailah hari dengan fokus mengerjakan tugas itu
5.        Bangun lebih pagi, pagi hari adalah penentu Anda akan sukses atau terpuruk pada hari itu
6.        Kelompokkan interupsi Anda, buatlah suatu list pertanyaan yang mengganggu Anda selama Anda bekerja seharian, kemudian di akhir pekerjaan, Anda dapat menyerahkannya ke pimpinan Anda
7.        Lakukan outsourcing pada tugas Anda
8.        Buatlah aturan pada email untuk menjaga ‘keefektifan’ dan mendukung
9.        Tangkap semua ide-ide kreatif
10.   Gunakan evernote (sebuah aplikasi yang dapat mengumpulkan ide, catatan, artikel) untuk pribadi atau kelompok
11.   Tingkatkan efektivitas Anda dengan teknologi
12.   Jangan kehilangan informasi penting, simpan lalu berusaha untuk membacanya nanti
13.   Jangan sungkan belajar dari orang lain

Post a Comment for "PRODUKTIVITAS KERJA SDM RUMAH SAKIT"