SISTEM PENILAIAN KINERJA SDM
PERLUKAH
penilaian kinerja sumber daya manusia (SDM) rumah sakit? Pada dasarnya Manajemen
SDM rumah sakit membutuhkan suatu pelayanan yang berbasis pada tingkat kompetensi
SDM, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kemasan pada pelayanan. Nah . . untuk
mewujudkan hal itu tentu tidaklah mudah terlaksana pada saat SDM menampilkan
pelayanannya kepada pasien.
Sehubungan
dengan banyaknya SDM yang memberikan pelayanan kepada pasien rumah sakit serta
pemberi penanganan pelayanan terdiri dari beberapa SDM menurut kebutuhan pasien,
tentu bisa saja terdapat perbedaan pelayanan antara SDM yang satu dengan SDM
yang lain. Perbedaannya di mana? Perbedaannya adalah SDM yang memberi pelayanan
berbeda dalam hal kompetensi, seperti pengetahuan atau keterampilan atau
tampilan kemasan dalam pelayanan. Tiba-tiba seorang teman bertanya, apa ada
kemasan dalam pelayanan? Kemasan pelayanan SDM itu bisa dilihat dari sikap,
perbuatan, komunikasi, kerjasama, S3 (senyum, salam, dan sapa), pemberian informasi,
dan lain sebagainya.
Kalau
mau lihat bukti perbedaan, mari perhatikan 1 (satu) kelas mahasiswa yang
menerima materi kuliah dalam waktu yang sama, melakukan diskusi bersama
mengenai materi kuliah tersebut, pada akhirnya nilai yang didapatkan mahasiswa
setelah mengikuti ujian, bisa berbeda-beda. Ada mahasiswa yang mendapatkan
nilai tertinggi yaitu A, ada yang mendapatkan nilai B, C, D, bahkan ada mahasiswa
yang tidak lulus. Demikian halnya SDM rumah sakit bisa berbeda-beda dalam hal
pemberian pelayanan yang dapat dan/atau kurang memuaskan pasien yang sedang dilayani/dirawat.
Untuk itu penilaian atas kinerja setiap
SDM pada waktu memberikan pelayanan kepada pasien perlu dilakukan, supaya dapat
mengetahui dan memahami bahwa nilai kinerja dari SDM itu bisa tidak sama, dan
kalau diklasifikasikan nilai kinerja SDM itu bisa saja tergolong pada nilai
kinerja baik atau cukup atau kurang. Kalau sudah bisa memetakan mengenai nilai
pekerjaan SDM rumah sakit, akan muncul informasi kepada human resource department (HRD) rumah sakit, yang bisa
ditindaklanjuti dengan merancang program penanganan SDM yang termasuk dalam
golongan nilai yang kurang dan nilai yang cukup. Rancangan program kerja HRD
ini dalam upaya untuk memerbaiki kinerja SDM, memberikan umpan balik tentang
kualitas kinerja SDM, mempelajari kemajuan perbaikan dalam kinerja SDM, dan
sekaligus memerbaiki kinerja organisasi rumah sakit. Dengan demikian, bagi HRD
rumah sakit yang sudah memiliki penilaian kinerja SDM, dapat dikatakan bahwa sudah
melaksanakan salah satu tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) HRD dalam hal empowering (memberdayakan) SDM rumah
sakit, sehingga SDM rumah sakit menjadi lebih berkinerja dalam menunaikan tugas
pelayanan.
Adanya sistem penilaian terhadap kinerja
SDM rumah sakit, akan dapat mendorong setiap SDM rumah sakit untuk melakukan
pekerjaannya secara baik dan berkualitas, sehingga pasien semakin tumbuh kepercayaannya
pada pelayanan rumah sakit. Untuk itu Wibowo (2014) mengingatkan bahwa
penilaian kinerja itu merupakan proses dengan mana kinerja individual diukur
dan dievaluasi. Artinya, penilaian kinerja SDM ini merupakan suatu kebutuhan
Manajemen rumah sakit untuk menanamkan pada setiap individu SDM rumah sakit,
perihal bentuk pelayanan yang dikehendaki Manajemen rumah sakit, yang pada
akhirnya nilai pelayanan yang diberikan kepada pasien ini akan semakin menumbuhkan
kepercayaan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan
gambaran penilaian terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan SDM, HRD harus
memiliki alat yang bisa digunakan untuk bisa menilai pekerjaan SDM sesuai gugus
kerjanya di rumah sakit. Agar materi penilaian terhadap SDM dapat ditemukan hal-hal
yang relevan dengan gugus kerjanya, HRD membutuhkan materi penilaian kinerja
dari SDM tersebut. Bagaimana cara mendapatkan materi penilaian dari SDM rumah
sakit yang berbasis gugus kerja dari masing-masing SDM tersebut? Caranya adalah
melakukan brainstorming (curah
pendapat) dengan manajer di gugus kerja itu, untuk merumuskan hal-hal yang dapat
dijadikan dasar penilaian terhadap berbagai pekerjaan yang dikerjakan SDM pada
waktu melayani pasien di rumah sakit sesuai Tupoksi yang dijalankan oleh SDM
tersebut.
Untuk mendapatkan rumusan penilaian
kinerja SDM di masing-masing gugus kerja yang terdapat di rumah sakit, HRD perlu
menginventarisir gugus kerja yang sudah ada di rumah sakit dan mengatur jadwal
pertemuan dengan gugus kerja itu, untuk mendapatkan rumusan penilaian kinerja
SDM di gugus kerja tersebut. Setelah mendapatkan rumusan penilaian kinerja dari
masing-masing SDM berbasis gugus kerja, maka tinggal memusyawarahkan mengenai
waktu dilaksanakan penilaian kinerja terhadap SDM di rumah sakit, bisa setiap 3
(tiga) bulan atau setiap 6 (enam) bulan.
Supaya HRD bisa bekerja dengan baik dan
terfokus pada Tupoksinya, sebaiknya mengajak setiap manajer gugus kerja untuk
melakukan penilaian terhadap SDM gugus kerjanya, yang hasil dari penilaian itu
langsung dihubungkan dengan sistem informasi manajemen (SIM) rumah sakit di
bidang HRD rumah sakit. Dengan demikian, HRD sudah mendapatkan nilai kinerja
SDM di masing-masing gugus kerja rumah sakit, sesuai hasil penilaian dari
setiap manajer gugus kerja yang sudah digolongkan ke dalam nilai baik, atau
cukup, atau kurang. Penggolongan kinerja SDM ini akan memberi banyak informasi
kepada HRD, siapa-siapa yang masih memerlukan in house training (IHT) di rumah sakit dan siapa-siapa yang bisa
diangkat dalam suatu jabatan tertentu, serta siapa-siapa yang perlu mengalami
mutasi dan/atau demosi dalam tugas dan pekerjaannya. Semuanya bisa diukur dan terukur
serta bisa dipertanggungjawabkan perihal manajemen SDM rumah sakit kepada
Manajemen rumah sakit.
Barangkali timbul pertanyaan mengenai
fokus dari penilaian kinerja SDM rumah sakit. Hal-hal yang dinilai kepada setiap
SDM rumah sakit mencakup 3 (tiga) hal yang utama, yaitu knowledge (pengetahuan) SDM, skill
(keterampilan) SDM, dan kemasan pelayanan dari setiap produk pelayanan yang ada
di rumah sakit. Menurut Kadarisman (2013), knowledge
sebagai karakter kompetensi yang merupakan kepemilikan informasi yang
dikuasai seseorang dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan tertentu, sedang
keterampilan sebagai karakter kompetensi yang merupakan kemampuan untuk
melaksanakan tugas mental atau tugas fisik tertentu. Sementara yang dinilai
dalam hal kemasan pelayanan, seperti sikap, perilaku, kerjasama, S3, komunikasi
dan informasi.
Nah . . berdasarkan penjelasan di atas, dapat
diketahui dan dipahami mengenai apa yang sudah dilakukan seseorang di tempat
kerjanya, hasil kerja apa yang diperoleh seseorang, dan tingkat prestasi kerja
apa yang dicapai seseorang. Ke-3 hal di atas bisa dipengaruhi satu atau
kombinasi dari 3 (tiga) sumber kompetensi yang berbeda seperti pengetahuan,
keterampilan, dan kemasan pada pemberian pelayanan.
Untuk itu, HRD sebuah rumah sakit harus
mengusahakan dan menghadirkan adanya sistem penilaian kinerja SDM di rumah
sakit. Kalau HRD sudah memiliki nilai kinerja dari masing-masing SDM rumah
sakit, dapat diproyeksikan bahwa HRD rumah sakit sudah dapat menangani SDM
rumah sakit dengan prima, sehingga SDM tersebut akan mampu memberikan nilai dalam
pelayanan, yang bisa memberi daya guna dan daya saing pelayanan rumah sakit
kepada setiap pasien rumah sakit.
Bagi rumah sakit yang sudah mengikuti dan
lulus akreditasi rumah sakit, seyogyanya sudah memiliki standar penilaian
kinerja SDM di rumah sakitnya. Hal ini sangat diperlukan agar pemutasian SDM,
pengangkatan dalam jabatan, dan penugasan dalam tugas khusus, diharapkan dapat didasarkan
pada nilai baik kinerja SDM di rumah sakit. Kalau boleh, hindarkan diri dari sifat
like atau dislike terhadap SDM atau Manajemen rumah sakit dapat menghindarkan
diri dari berbagai intervensi terhadap masa depan karier dari setiap SDM rumah
sakit.
Berdasarkan hasil dari beberapa diskusi
pada waktu memberikan lokakarya penanganan SDM rumah sakit, banyak yang
mengeluhkan tentang adanya intervensi dari pemilik rumah sakit, dalam hal
penempatan beberapa SDM di rumah sakit. Bisa mendapatkan intervensi untuk
menerima SDM baru yang berasal dari famili pemilik rumah sakit, atau menerima
intervensi untuk menempatkan famili pemilik pada sebuah jabatan tertentu. Kalau
Manajemen rumah sakit tidak memiliki sistem penilaian kinerja atas SDM rumah
sakit, bisa-bisa pada waktu menerima telepon dari pemilik rumah sakit, tidak
dapat menolak dan bisanya hanya mengatakan siap Bos hehehe.
Nah . . apabila HRD rumah sakit berusaha bekerja
berbasis data kinerja dari setiap SDM rumah sakit, akan memudahkan HRD untuk
menangani SDM untuk bisa bekerja dengan nilai
pelayanan yang selalu dapat memberikan dampak pada pelayanan rumah sakit. Demikian
halnya Manajemen rumah sakit akan bisa memberikan data kinerja dari setiap SDM
rumah sakit kepada pemilik rumah sakit, baik diminta atau tidak. Artinya, Manajemen rumah sakit bisa
memberikan laporan kepada pemilik rumah sakit mengenai keadaan kapabilitas SDM
dalam menunaikan tugas pelayanannya di rumah sakit.
Selamat menangani SDM rumah sakit dengan
baik dan selamat memberdayakannya, demi mewujudkan kapasitas SDM dalam
memberikan pelayanan kepada pasien rumah sakit. Bertindaklah secara profesional
dalam menjadikan SDM rumah sakit sebagai man
behind the gun pada pelayanan. Inilah
tugas berat dari HRD rumah sakit, yaitu mewujudkan SDM rumah sakit
sebagai pengemban amanah untuk membawakan nilai-nilai pelayanan yang harus dilaksanakan oleh setiap SDM yang
berkarya di pelayanan rumah sakit.
Post a Comment for "SISTEM PENILAIAN KINERJA SDM"