Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KEPEMIMPINAN 1 MENIT


PADA saat ini gaya kepemimpinan Jokowi-Presiden RI, lagi tren di Indonesia yaitu gaya blusukan. Gaya blusukan ini terus menurun juga kepada para menterinya, yaitu melakukan blusukan ke wilayah tugas pekerjaannya sesuai tugas pokok dan fungsi (Tupksi) yang diberikan Presiden. Tujuannya tentu untuk mengetahui kondisi kekinian dari bidang yang menjadi fokus tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Model gaya blusukan ini sudah banyak yang sudah mempraktekkannya seperti Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah dan Ibu Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, dan yang lainnya.

Selain gaya blusukan yang diperkenalkan Jokowi kepada masyarakat Indonesia, masih ada gaya manajemen lain yang jauh lebih padat dan singkat yaitu “gaya manajemen 1 menit” atau sering disebut “kepemimpinan 1 menit. Tujuan dari gaya manajemen ini adalah untuk memberikan motivasi kepada orang lain, agar dengan cepat dan mau melakukan pekerjaannya dengan benar, yang hasilnya dapat memenuhi bahkan bisa melebihi target yang telah ditetapkan organisasi usaha sebelumnya.

Sudah sekitar beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan teman lama di kampus biru, salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Teman ini bercerita mengenai keberhasilan kariernya sampai memiliki kedudukan yang cukup tinggi di dalam perusahaannya. Namun pada akhir-akhir ini teman yang sudah tinggi posisi jabatannya itu, sedikit suka marah-marah dan merasa sedih apabila beberapa orang yang telah menjadi stafnya itu tidak mampu bekerja sesuai kinerja yang diharapkan, karena tidak bisa memenuhi target yang telah ditetapkan oleh organisasi usaha sebelumnya, begitu alasannya.

Sering Dia memanggil stafnya dan berkata sedikit kasar, umpamanya apakah Anda sudah bosan bekerja di sini, dan atau Anda dipersilahkan keluar dari perusahaan ini bila sudah tidak mau dan tidak mampu lagi untuk bekerja dengan cepat dan lebih baik di sini. Apabila Anda begini terus cara bekerjanya, pasti Anda nanti akan diberi surat peringatan, dan apabila sudah tidak ada kemajuan dalam pekerjaannya, kemungkinan besar bisa sampai pada terjadi mutasi atau diberi surat pemecatan.

Pernah juga Dia (teman) memutasikan beberapa staf dengan alasan yang sama yaitu tidak bisa bekerja dengan baik. Semua ini Dia lakukan karena merasa jengkel dan mangkal, sampai-sampai darahnya mendidih dan berdampak pada tensi sedikit tinggi.
Sejurus kemudian lalu teman ini minta nasehat kepada saya, bagaimana baiknya supaya target-target pekerjaan bisa tercapai dengan pelayanan yang baik, atau bahkan bisa mewujudkan hasil pencapaian kerja di atas target. Itulah sekelumit cerita teman lama yang sudah merasa berhasil dan sukses dalam pekerjaannya, sehingga sudah mampu menduduki jabatan yang lumayan tinggi di perusahaannya. Pertanyaannya sekarang, apakah betul teman ini sudah berhasil sampai sudah mulai menderita penyakit darah tinggi?

Kalau dilihat dari sudut pandang Dia, kemungkinan cara itu sudah benar. Sebagai Atasan wajarlah bila suka memarahi staf yang masih kurang baik dalam melakukan pekerjaannya. Bahasa kerennya sekarang, tugas seorang pemimpin itu hanya ada 2 (dua), yaitu memerintah dan memarahi hehehe. Tetapi dalam permasalahan ini, si Bos tadi melakukan hal-hal seperti yang sudah disebutkan di atas, karena sangat peduli pada pekerjaannya dan ingin berhasil, serta mau bertanggungjawab penuh pada target-target yang telah ditetapkan oleh organisasinya.

Tetapi apabila dilihat dari sudut pandang penatalaksanaan Sumber Daya Manusia (SDM), cara-cara Dia mendorong stafnya untuk mewujudkan target tersebut bisa dikatakan ”Sudah Kuno”. Cara-cara seperti itu masih berlaku sekitar 20 (dua puluh) tahun yang lalu. Bagaimana komentar anda pada kasus di atas di zaman milenial ini?

Saya bertanya kepada Dia, apakah masih mau mendengarkan nasehat dari saya yang bukan Bos ini? Jawabnya, siap Bos hehehe. Lalu saya menasehati Dia, dengan mengatakan bahwa sekarang ini kita sudah berada di era orde reformasi dan informasi. Kita sudah meninggalkan orde lama dan orde baru. Waktunya juga sudah lama berlalu, betul enggak?.

Jadi pendapat saya begini, cara-cara Anda menerapkan gaya manajemen pada kepemimpinan Anda, mestinya sudah harus berubah, dan harus ditinggalkan, mengapa?. Sekarang kan sudah zaman perubahan. Tentu gaya yang digunakan harus berubah juga. Sekarang gayanya pakai gaya blusukanlah hehehe.

Lalu saya beri nasehat lagi, kalau Anda mau berhasil dalam mencapai target itu dan Anda mau menurunkan tensinya dan selalu fresh pemikirannya, gaya kepemimpinan Anda harus dirubah total, sudah termasuk “kuno”. Begitu mendengar kata-kata seperti itu, teman saya tadi kaget terkesima, saya tidak tahu apa yang sedang bergejolak di dalam hati sanubarinya. Lalu saya teruskan lagi, kalau mau berhasil dan profesional dalam pekerjaannya, gunakanlah “kepemimpinan 1 menit”.

Teman tadi malah tambah bingung sambil geleng-geleng kepala. Lalu Dia tanya, apa itu kepemimpinan 1 menit? Lalu saya memberikan informasi lagi dengan mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu banyak kemauan dan keinginan, dan pada umumnya selalu terselip niat yang baik.

Keinginan-keinginan manusia itu banyak seperti ingin sukses, ingin dihargai, ingin dipuji, ingin pengakuan, ingin disebut pandai, ingin dikatakan hebat, ingin diusap-usap punggungnya, ingin didorong, ingin dianjurkan, dan ingin dinasehati seperti Anda sekarang. Lalu teman saya tertawa.

Keinginan-keinginan tersebut, sebetulnya tidak berkaitan dengan kedudukan atau jabatan, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, baik sebagai kepala maupun sebagai staf. Keinginan itu adalah keinginan dari individu sebagai seorang manusia, ciptaan Tuhan.

Saya teringat seorang pelatih ikan lumba-lumba yang bergigi kecil dengan moncong yang panjang. Setiap ada kemajuan atas latihan yang diinstruksikan pelatih kepada ikan lumba-lumba tadi, lalu pelatihnya melempar seekor ikan kecil di mulut lumba-lumba itu seraya mengusap-usap punggungnya.

Artinya, selain lumba-lumba mendapatkan makanan, juga terselip makna bahwa ikan lumba-lumba itu telah berhasil melakukan tugasnya dengan baik, sesuai instruksi dari sang pelatih. Pelatih menunjukkan pengakuan dan perhatian sekaligus memberikan penghargaan atas kemajuan yang telah dicapai ikan lumba-lumba tersebut, sambil tetap memonitor pencapaian yang telah terjadi.

Nah, kalau ikan lumba-lumba saja bisa mendapatkan perlakuan dan kemajuan seperti itu dari seorang pelatih, mestinya seorang staf ingin diperlakukan lebih oleh seorang pemimpin. Jadinya banyak hal yang bisa dilakukan oleh atasan kepada bawahan untuk mendorong dan mewujudkan sebuah pengakuan dan penghargaan atas keberhasilan yang sudah dicapai bawahan.

Salah satu yang bisa dilakukan atasan kepada bawahan yaitu menerapkan kepemimpinan 1 menit. Terapkanlah kepemimpinan 1 menit kepada staf dan teman Anda. Seuntai kata penghargaan, pujian, pengakuan, hebat, pandai, serta tepuk bahu atau beri salaman, akan memberikan dorongan yang kuat bagi siapapun untuk melakukan tugas-tugasnya dengan baik, bahkan bisa melebihi target tadi.

Mengapakah kita bertindak sebagai badan pengadilan dan tidak betindak memuji? Mengapakah kita kritik dan mengomel kasar dan bukan berkata menghargai dan memuji? Mengapakah suka mempergunakan cambuk dan bukan memberikan ikan? Mengapakah kita bilang bodoh dan bukan memberi petunjuk dan informasi? Mengapakah kita memaki-maki dan bukan memanggil untuk diskusi?

Pujilah setiap kemajuan staf anda, meskipun kemajuan yang dicapai itu masih tergolong kecil, karena dengan pujian itu akan bertambah semangatnya untuk berbuat yang lebih besar sekaligus lebih bersemangat di dalam mewujudkan hasil yang diinginkan atasan serta mau meningkatkan kerjasama. Selamat mempraktekkan kepemimpinan 1 menit kepada bawahan Anda atau teman Anda, niscaya hubungan antar sesama dan target pekerjaan akan dapat diwujudkan dalam suasana hati yang enak, segar, dan nyaman. Jadikanlah bawahan Anda sebagai pemberi pelayanan yang baik dan berhasil.

Post a Comment for "KEPEMIMPINAN 1 MENIT"