MANAJEMEN ANGGARAN RUMAH SAKIT
ANGGARAN
merupakan salah satu jenis perencanaan untuk 1 (satu) tahun ke depan, yang
digambarkan pada pelaksanaan kegiatan pelayanan yang sudah ditentukan biaya
kegiatannya. Dengan adanya program kerja dan jelas biaya yang dibutuhkan, akan
memudahkan Manajemen untuk melakukan pengendalian atas anggaran rumah sakit
yang sudah ada.
Namun
di dalam pelaksanaan penyusunan anggaran rumah sakit setiap tahun, selalu
mengalami banyak kendala, karena sebagian dari para kepala bidang dan kepala
bagian serta kepala instalasi di rumah sakit, tidak mampu menyusun program
kerja dengan baik. Jika mereka menyusun program kerja, hanya sebagai proforma (sekedar)
saja tanpa didasarkan pada data kegiatan yang dimiliki apalagi menganalisisnya,
sehingga besaran anggaran yang diajukan setiap tahun bukan didasarkan pada sasaran anggaran dan kebijakan pokok rumah
sakit, tetapi hanya didasarkan pada keadaan data inflasi dan data historis.
Pemahaman di atas diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan untuk menulis
tesis dengan judul evaluasi penyusunan anggaran di rumah sakit Bethesda
Yogyakarta (Zebua dan Trisnantoro, 1999).
Menurut
Mott (1996), kelemahan utama dari penyusunan anggaran dengan pendekatan data inflasi
dan data historis adalah tidak dilakukan penilaian atas praktek dan inefisiensi
yang terjadi, sehingga tidak ada tantangan yang konstruktif dari keadaan status
quo. Karena anggaran hanya perupakan proforma, kadang dalam perjalanan anggaran
sering muncul pembelian alat kesehatan dengan alasan emergencies atau melaksanakan pembangunan dengan alasan sangat
dibutuhkan. Kalau penusunan anggaran seperti ini dilaksanakan terus tanpa ada
perubahan, dikuatirkan rumah sakit dalam jangka panjang akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan primer rumah sakit.
Penerapan
manajemen yang baik akan memengaruhi tingkat mutu pelayanan rumah sakit, karena
itu untuk mencapai mutu pelayanan yang baik diperlukan pendukung kegiatan berupa peningkatan sumber daya manusia (SDM), sistem
penganggaran, sistem pentarifan, sistem akuntansi dan sistem informasi
manajemen (SIM) yang terorganisir dengan baik (Wasisto, 1991). Alat yang umum
digunakan untuk melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian
manajerial adalah anggaran. Menurut Mulyadi (1997), anggaran merupakan suatu
rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan
moneter standar dan satuan ukuran lain yang mencakup jangka waktu 1 (satu)
tahun.
Anggaran
pada dasarnya dapat dibuat apabila sudah ada visi dan misi rumah sakit serta perencanaan strategis (Renstra) rumah
sakit. Apabila rumah sakit sudah menyusun visi, misi, dan Renstra rumah
sakit mestinya bisa menyusun anggaran dengan baik, berdasarkan program kerja
yang merupakan penjabaran dari Renstra rumah sakit.
Pengertian anggaran
Anggaran
merupakan suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran
kuatitatif, biasanya dalam satuan uang untuk menunjukkan perolehan dan
penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya
1 (satu) tahun. Menurut Munandar (1996), anggaran ialah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)
tertentu yang akan datang. Pendapat lain tentang anggaran dikemukakan oleh
Mellett dkk., (1993) bahwa anggaran itu merupakan: a. Alat perencanaan; b.
Rencana ekonomis; dan c. Waktu merupakan faktor penentu di dalam anggaran.
Penganggaran
atau perencanaan dan pengendalian laba adalah sebagai suatu pendekatan
sistematis dan formal untuk menjalankan tahap penting dari fungsi perencanaan
dan pengendalian manajemen. Secara khusus, hal ini mencakup: a. Pengembangan
dan aplikasi dari tujuan yang luas dan jangka panjang dari perusahaan; b.
Spesifikasi dari sasaran-sasaran perusahaan; c. Suatu perencanaan laba jangka
panjang yang dikembangkan dalam arti luas; d. Suatu perencanaan jangka pendek
dengan uraian mengenai pihak yang bertanggung jawab; e. Suatu sistem pelaporan
kinerja periodik dengan uraian mengenai pihak yang bertanggungjawab; dan f.
Prosedur tindaklanjut (Wesch dkk., 1996). Jadi anggaran merupakan gambaran rencana keuangan untuk
memenuhi tujuan jangka pendek, tetapi harus sesuai dengan tujuan jangka panjangnya
(Mott, 1996).
Anggaran
merupakan perencanaan jangka pendek yang dinyatakan di dalam tactical atau operating plans. Tactical
atau operating plans ini disusun
berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan di dalam strategic planning (Grisold, 1995). Tanpa
didasarkan pada rencana jangka panjang yang telah disusun sebelumnya, anggaran
sebenarnya tidak membawa perusahaan atau organisasi ke manapun.
Boediarso
(1991) mengemukakan paling tidak ada 3 (tiga) jenis anggaran yang perlu
disiapkan oleh rumah sakit, yaitu: a. Anggaran operasional; b. Anggaran kas;
dan c. Anggaran investasi. Anggaran operasional terdiri atas anggaran
pendapatan (yang berkaitan dengan berbagai pendapatan yang akan diperoleh rumah
sakit dari jasa pelayanan dan perawatan yang diberikan) dan angaran biaya (yang
berkaitan dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk mendukung kegiatan pelayanan
dan perawatan).
Anggaran
kas berhubungan dengan rencana penerimaan dan pengeluaran uang kas untuk
periode yang akan datang, maksudnya memproyeksikan tersedianya uang kas yang
cukup bagi setiap kegiatan perusahaan yang membutuhkan uang kas. Anggaran kas
ini merupakan suatu alat yang sangat penting di dalam manajemen kas. Sejalan dengan
misi rumah sakit yang selalu mengutamakan pelayanan (fungsi social ekonomi)
daripada kemampuan keuangan pasien, akibatnya sebagian besar penghasilan rumah
sakit masih dalam bentuk piutang. Selanjutnya, pada organisasi semacam ini
seringkali terjadi kekurangan kas untuk membiayai kegiatan operasinya. Oleh
karena itu, salah satu sumber keuangan yang dinilai cepat dengan biaya relatif rendah
adalah menjual piutang (Spiegel, 1989). Proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas
harus dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses penyusunan
anggaran secara keseluruhan di dalam organisasi rumah sakit (Perry, 1987).
Namun demikian, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hauser dkk., (1991)
menunjukkan bahwa 40% dari perusahaan yang diteliti akhir-akhir ini tidak menyusun
anggaran kas.
Anggaran
investasi berkaitan dengan rencana pengeluaran kas untuk pengembangan rumah
sakit, guna memelihara kesinambungan pelayanan yang diberikan. Biasanya
anggaran ini disusun setelah diketahui terdapat surplus pada anggaran kas dan
atau kemungkinan terdapat penerimaan dari sumber lain, misalnya pinjaman bank
atau sumbangan. Menyadari pentingnya upaya untuk menjaga dan meningkatkan
kemampuan rumah sakit untuk pelayanan kesehatan, dan di pihak lain tersedianya
sumber daya yang semakin terbatas, maka penyusunan rencana investasi (strategic capital planning) menjadi
sangat penting (Shultz, 1991).
Manfaat anggaran
Bagi
suatu organisasi, anggaran dapat digunakan sebagai salah satu alat atau sarana
untuk melakukan koordinasi dan mengendalikan semua kegiatan operasional dari
seluruh jajaran organisasi (Sugiyanto, 1985). Hal ini bisa terlaksana karena
anggaran adalah merupakan financial
budget. Usaha-usaha Manajemen akan lebih banyak berhasil apabila ditunjang
oleh kebijakan-kebijakan yang terarah dan dibantu oleh rencana-rencana yang
matang. Tanpa memerhatikan program kerja di masa yang akan datang, maka
kegiatan-kegiatan di dalam perusahaan tidak dapat dilakukan dengan tepat guna
dan tingkat keuntungan yang diharapkan tidak akan tercapai.
Karena
itu penyusunan anggaran oleh perusahaan sangat bermanfaat, sehingga dapat
ditentukannya kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dan profitable. Selain itu juga bisa membantu manajemen dalam mengelola
perusahaan dengan menempatkan penggunaan modal pada saluran-saluran yang
menguntungkan. Menurut Adisaputro dan Asri (1996), manfaat dari anggaran,
yaitu: a. Anggaran sebagai alat penaksir atau anggaran sebagai alat
perencanaan; b. Anggaran sebagai plafon dan sekaligus alat pengatur otorisasi
atau anggaran sebagai alat pengendali; dan c. Anggaran sebagai alat penilai
efisiensi.
Pendapat
lain dihadirkan oleh Halim dkk., (1998), bahwa anggaran itu mempunyai 2 (dua)
peran penting di dalam sebuah perusahaan, yaitu: a. Berperan sebagai alat untuk
perencanaan; dan b. Berperan sebagai alat untuk pengendalian. Untuk memahami
secara mendalam pada manfaat anggaran, Mulyono (1996) mengatakan bahwa anggaran
itu dapat: a. Mencapai sasaran pelayanan dalam jangka waktu tertentu, baik
dalam kualitas maupun dalam nilai rupiahnya; b. Memerbaiki organisasi pelayanan
yang bersangkutan; c. Mendorong terjadinya profesionalisme dan perbaikan managerial skill dari setiap personil
anggota organisasi; d. Menjadi alat koordinasi dan pengawasan bagi Manajemen;
e. Memerbaiki kemampuan pelayanan untuk memberikan jasa-jasa kepada pelanggan;
f. Menata kembali organisasi menjadi lebih baik, perbaikan kualitas personalia
dan tersedianya alat koordinasi sebagai alat pengendalian usaha pelayanan; dan
g. Memiliki kemampuan untuk mengadakan reaksi yang lebih baik di dalam
menghadapi berbagai perkembangan usaha yang diluar dugaan.
Suharsini
(1995) memakai anggaran sebagai alat perencanaan, koordinasi, pengendalian, dan
evaluasi kinerja. Data anggaran yang dievaluasi meliputi pengeluaran,
pendapatan dan keuntungan dari tiap unit usaha. Selanjutnya Mott (1996)
mengatakan bahwa anggaran itu dapat berperan sebagai alat untuk memotivasi. Hal
lain yang mendorong perusahaan untuk menyusun rencana dalam menghadapi waktu
yang akan datang, antara lain: a. Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian;
b. Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai alternatif pilihan; c. Rencana
diperlukan oleh perusahaan sebagai pedoman kerja di waktu yang akan datang; d.
Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai alat pengkoordinasian
kegiatan-kegiatan dari seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan; dan e
Rencana diperlukan oleh perusahaan sebagai alat pengawasan terhadap pelaksanaan
(realisasi) dari rencana tersebut di waktu yang akan datang.
Sementara
itu, Garrison (1997) mengatakan bahwa manfaat dari menyusun anggaran, yaitu: a.
Penyusunan anggaran menghendaki manajer merencanakan tugas yang sangat
diprioritaskan di antara tugas mereka; b. Penyusunan anggaran merupakan cara
manajer merumuskan upaya perencanaan mereka; c. Penyusunan anggaran menetapkan
tujuan dan sasaran secara pasti yang berfungsi sebagai standar untuk menilai
prestasi di kemudian hari; d. Penyusunan anggaran mampu menemukan hambatan yang
potensial sebelum hambatan itu terjadi; dan e. Penyusunan anggaran dapat
mengkoordinasi aktivitas organisasi keseluruhan melalui penggabungan rencana
dan sasaran berbagai bagian.
Karena
itu penyusunan anggaran secara cermat dan baik, akan mendatangkan
manfaat-manfaat bagi perusahaan dalam hal: a. Mendorong setiap individu di
dalam perusahaan untuk berpikir ke depan; b. Mendorong terjadinya kerjasama
antar bagian karena masing-masing menyadari bahwa tidak dapat berdiri sendiri;
dan c. Mendorong adanya pelaksanaan azas partisipasi karena setiap bagian
terlibat untuk ikut serta memikirkan program kerjanya.
Penyusunan anggaran
Proses
pengendalian manajemen terhadap bidang keuangan, sangat ditentukan oleh
kualitas proses perencanaan melalui penyusunan anggaran (Setyawan, 1995). Hasil dari penyusunan anggaran adalah
anggaran (Halim dkk., 1998). Menurut Gani (1992) untuk menyusun anggaran
belanja diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat perkiraan volume
pelayanan yang akan dilakukan untuk tahun yang akan datang; b. Memperkirakan
kebutuhan biaya operasional; c. Membuat perkiraan kebutuhan biaya operasional
umum; d. Membuat perkiraan kebutuhan total jasa medis dan insentif yang akan
diberikan selama tahun yang akan datang; e. Membuat perkiraan kebutuhan biaya
pemeliharaan; dan f. Membuat perkiraan kebutuhan biaya investasi yang akan
dikeluarkan selama tahun yang akan datang. Perdhaki (1992) memberi suatu
kerangka pemikiran bahwa di dalam menyusun anggaran diperlukan persyaratan,
yaitu: a. Realistis, maksudnya tidak
terlalu optimis dan tidak pula terlalu pesimis; b. Luwes, maksudnya tidak terlalu kaku sehingga dapat disesuaikan
dengan keadaan; dan c. Kontinyu,
maksudnya membutuhkan perhatian terus menerus. Untuk menyusun anggaran banyak
hal yang dipertimbangkan seperti yang diungkapkan oleh Munandar (1996) bahwa faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun anggaran, yaitu: a. Faktor intern;
dan b. Faktor ekstern.
Penyusunan
anggaran hendaknya diarahkan pada program kerja yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan jasa bagi customer,
baik intern maupun ekstern, yang berarti penyusunan anggaran berdasarkan
program kerja yang memungkinkan Manajemen mengarahkan seluruh usaha personel ke
kepuasan customers dan untuk
mendorong improvement berkelanjutan
terhadap sistem (Mulyadi, 1998). Jika
anggaran tidak disusun berdasarkan program kerja, pada dasarnya perusahaan
seperti berjalan tanpa tujuan yang jelas. Jadi kalau penyusunan anggaran
didasarkan pada program kerja, maka anggaran tidak hanya dapat berfungsi
sebagai alat perencanaan, tetapi juga berfungsi sebagai alat pengendalian.
Untuk mencapai kedua tujuan ini sekaligus, proses penyusunan anggaran harus
mampu menanamkan komitmen dalam diri penyusunnya.
Proses
penyusunan anggaran yang tidak berhasil menumbuhkan komitmen dalam diri
penyusun anggaran, bahwa akan berdampak pada anggaran yang disusun tidak lebih
sekedar sebagai alat perencanaan belaka, sehingga apabila terjadi penyimpangan
antara realisasi dari jumlah yang dianggarkan, tidak satupun manajer yang
merasa bertangungjawab. Karena itu untuk mewujudkan perencanaan anggaran yang kuat,
harus tersedia informasi tentang biaya-biaya secara baik (Gani, 1989). Jadi
untuk menyusun anggaran yang ideal diperlukan organisasi anggaran yang lengkap
yaitu Komite Anggaran yang
menetapkan kebijakan pokok perusahaan dan disampaikan kepada Tim Anggaran, sedang Tim Anggaran yang
mengajukan usulan rancangan anggaran berdasarkan kompilasi dan analisis data
dari Departemen Anggaran (Mulyadi,
1997).
Untuk
menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan jangka
pendek yang efektif dan sekaligus sebagai alat pengendalian, penyusunan
anggaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Partisipasi para
manajer dalam penyusunan anggaran; b. Organisasi anggaran; dan c. Penyusunan
informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran dan
sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran (Mulyadi, 1997).
a.
Partisipasi
para manajer
Sistem
penganggaran organisasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan kinerja
manajerial (Zainuddin, 1997). Oleh karena itu, penyusunan anggaran suatu
organisasi memerlukan kerjasama di antara para manajer dari berbagai jenjang
organisasi. Kerjasama yang dimaksud disini adalah adanya tanggung jawab secara
kolektif terhadap tindakan masing-masing anggotanya (Parkinson dan Rustomji, 1987).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Govindarajan (1986) membuktikan bahwa
penyusunan anggaran yang partisipatif akan memberi kontribusi yang besar dalam
meningkatkan kinerja dan menjadi sangat penting dalam organisasi yang
menghadapi lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian. Namun demikian, salah
satu kelemahan proses penyusunan anggaran partisipatif adalah kemungkinan
bawahan mencoba untuk memengaruhi proses penyusunan anggaran agar mudah untuk
dicapai, yaitu dengan cara berusaha menyusun anggaran biaya yang lebih tinggi
dari yang seharusnya (overstate) dan
sebaliknya menyusun anggaran penghasilan lebih rendah dari yang seharusnya
(Dunk dan Alan, 1993).
Proses
penyusunan anggaran yang paling banyak melibatkan partisipasi bawahan adalah
penyusunan anggaran dengan pendekatan bottom
up yaitu atasan memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan
rancangan anggaran. Apabila tenaga profesional memiliki tingkat partisipasi
yang tinggi, maka secara psikologis memiliki dorongan untuk merealisasikan
anggaran yang direncanakan sendiri (Birnberg dkk., 1990; Shield dan Young, 1994).
b.
Organisasi
anggaran
Proses
penyusunan anggaran memerlukan unit organisasi yang paling tidak memisahkan
fungsi pembuat anggaran, fungsi otorisasi anggaran, dan fungsi administrasi
anggaran. Menurut Mulyadi (1997), organisasi penyusunan anggaran terdapat 3
(tiga) pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran, yaitu: a. Komite
anggaran (fungsi otorisasi anggaran); b. Departemen anggaran (fungsi
administrasi anggaran); dan c. Penyusun anggaran (fungsi pembuat anggaran). Penyusunan
dan pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani administasi
anggaran, fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran (Mulyadi, 1998). Pada organisasi rumah sakit, usulan
anggaran datang dari para kepala bidang/kepala bagian dan kepala instalasi yang
berfungsi sebagai pembuat anggaran. Fungsi otorisasi biasanya dipegang oleh
Komite Anggaran, yang di rumah sakit dipimpin oleh Direktur dan Wakil direktur.
Fungsi administrasi anggaran dilaksanakan oleh bagian anggaran, yang dalam hal
ini bila di rumah sakit bisa dirangkap oleh bagian keuangan.
c.
Penggunaan
informasi akuntansi
Informasi
akuntansi merupakan informasi yang sangat penting dalam proses perencanaan dan
pengendalian kegiatan organisasi, karena informasi tersebut menekankan hubungan
antara manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasi
anggaran. Walaupun menurut Penno (1990) sistem akuntansi seringkali merupakan
sumber informasi yang tidak bisa dipercaya untuk penilaian kinerja sumber daya
manusia (SDM), namun lanjut Penno, karena informasi ini merupakan satu-satunya
sumber informasi formal yang ada di dalam organisasi, maka angka-angka
akuntansi ini digunakan sebagai penilaian kinerja.
Oleh
karena itu, sebagai organisasi yang formal keberadaannya di rumah sakit, mau
tidak mau dapat digunakan sebagai bahan untuk menilai kinerja pada setiap
bidang, bagian, dan instalasi di rumah sakit. Untuk lebih baik, tentu tetap
memerbaiki kinerja akuntansi untuk melakukan pencatatan yang semakin baik di
rumah sakit, agar fungsi dari akuntansi itu semakin baik dan memiliki peran
yang terus diperbaiki di dalam memberikan data sesuai catatan-catatan yang
dimiliki. Tidak ada yang sempurna tetapi tetap berusaha untuk selalu memberikan
yang terbaik pada rumah sakit, terutama yang berkaitan dengan penyusunan
anggaran setiap tahun di rumah sakit.
Post a Comment for "MANAJEMEN ANGGARAN RUMAH SAKIT"