WISATA ALAM
MANUSIA sebagai makhluk hidup yang ada di bumi ini terus
berusaha mencari kebutuhannya di bumi yang sudah diciptakan Tuhan. Itulah yang
disebut alam sebagai tempat tinggal manusia dan melakukan berbagai kegiatan termasuk
mencari ilmu dan rezeki. Manusia sudah terbiasa menikmati hasil dari alam
karena manusia bagian dari alam. Maka tidak heran kalau manusia sering menjelajahinya
dengan melakukan kegiatan perjalanan untuk mengunjungi dan melihat-lihat tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari daya
Tarik alam, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam (SDA), baik alami
maupun budidaya. Artinya SDA itu ada yang alami (sebagai apa adanya) dan ada
yang dibuat (buatan tangan manusia).
Sumber daya alam (SDA) setiap daerah tentu berbeda-beda,
karena itu sering orang melakukan perjalanan ke daerah lain untuk menikmati SDA
yang dimiliki, seperti pegunungan, bahari, gua-gua, sungai, dan hutan. Kondisi
yang berlainan ini membuat orang sebagai wisatawan sering mengunjunginya dalam
bentuk kegiatan wisata gunung, wisata bahari (artikel tersendiri), wisata gua,
wisata sungai (artikel tersendiri), dan wisata hutan.
Salah satu contoh wisata gunung, terdapat di provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki gunung Merapi. Gunung Merapi
yang pernah Meletus pada tahun 2010, justru dimanfaatkan untuk kegiatan wisata yang
dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat yang memiliki sepeda motor atau
mobil bukaan menuju tempat yang dilanda letusan gunung. Nah . . karena makin
banyak wisatawan manca negara (Wisman) dan wisatawan nusantara (Wisnus) yang berkunjung,
bermunculanlah warung makan/minum, tempat parkir sepeda motor/mobil, terus
dibuatkan tempat-tempat berfoto selfie, tempat oleh-oleh, jualan bunga, tukang
foto, dan lain sebagainya.
Kegiatan wisata hutan terdapat di daerah Kabupaten Bantul
DIY. Di daerah ini terdapat area mendaki gunung menuju hutan pohon pinus dan
dijadikan tempat untuk berfoto dengan titik pengamatan gunung, view-nya
bagus. Pada area wilayah wisata hutan ini disediakan juga tempat parkir
termasuk menyediakan pompa bila terdapat ban yang kurang angin, fasilitas
toilet, tempat makan, dan mushola serta ada ayunan, taman, dan taman foto.
Jadi, sebelumnya hutan pinus ini hanya sekedar sebagai hutan pinus, tetapi setelah
dipoles oleh tangan-tangan para seniman, justru menjadi bermakna bagi masyarakat
dan pengunjung sehingga banyak dikunjungi Wisman dan Wisnus. Inilah yang
disebut SDA buatan.
Wisata Gua yang banyak terdapat di Kabupaten Gunung
Kiduk DIY juga dimanfaatkan pemerintah daerahnya untuk dapat dikunjungi para
wisatawan dalam dan luar negeri. Beberapa gua yang sudah ada seperti Gua Pindul
dipoles sedemikian rupa dan menarik sehingga banyak dikunjungi wisatawan.
Kehadiran wisatawan ini membuat pemerintah daerah menyediakan berbagai
fasilitas yang mendukung Gua tersebut, seperti loket masuk wilayah hutan, kamar
mandi, tempat penitipan barang, lahan parkir, jaket pelampung, ban karet, jasa
pemandu, penginapan, ruang ganti, pelindung kepala, tabung oksigen, rumah
makan, serta mushola tempat beribadah. Gua Pindul ini terkenal dengan wisata
alam susur gua dengan aliran sungai yang mengalir sepanjang Lorong Gua. Kondisi
Gua Pindul ini memiliki panjang sekitar 300 meter, lebar 5 meter, jarak
permukaan air dengan atap Gua 4 meter, dan kedalaman air sekitar 5 meter.
Wisata
lainnya yaitu wisata sungai. Jenis wisata ini terdapat di Muntilan, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Kampung wisata
anyar (baru) ini terletak di padukuhan Ngetos Wetan, Sriwedari, Muntilan.
Wisata sungai ini cepat sekali berkembang karena mendapat dukungan dari
keramahan penduduk, keteraturan desa, serta keindahan bentangan sawah di
sekitarnya. Selain itu, di tempat wisata ini telah tersedia makanan tradisional
serta di kampung ini telah menyuguhkan berbagai bentuk kesenian daerah.
Menyusuri sungai ‘blongkeng’ yang melintasi desa ini menggunakan ban dalam
truk. Sebetulnya sungai ini termasuk dangkal tapi memiliki arus yang lumayan
deras, karena kontur yang berbukit. Fasilitas lainnya yang disediakan vest
pelampung, helmet pelindung kepala dan alas kaki. Saat badan menyentuh air yang
dingin dan jernih , kesejukan mengalir keseluruh tubuh. Memandang arus sungai
yang membuih memecah celah batu, gemuruh air terdengar mengalun sempurna. Penyusuran
sungai ini memakan waktu 2,5 jam. Tidak ada kata yang bisa melukiskan
keindahan, kecantikan Ndeso kampung wisata baru ini.
Pertanyaan yang barangkali timbul di hati sanubari kita
yaitu bagaimana cara memilah wisata alam yang perlu diperhatikan dalam
menentukan objek wisata alam yang perlu dikembangkan? Untuk menjawab ini, mari
kita lihat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Komarani, dkk (2015). Pada
penelitian ini diungkapkan mengenai asesmen yang digunakan dalam memilah dan
memilih wisata alam yang diprioritaskan untuk dibangun dan dikembangkan menjadi
sebuah daya Tarik yang unik bagi wisatawan mancanegara (Wisman) dan wisatawan
nusantara (Wisnus). Adapun ruang lingkup dari wisata alam itu, yaitu: 1. Wisata
gunung; 2. Wisata bahari; 3. Wisata gua; 4. Wisata sungai; dan 5. Wisata hutan.
Untuk
menentukan wisata alam mana yang akan diprioritaskan untuk dibangun dan
dikembangkan, bisa diamati dan mendapatkan informasi dari 2 (dua) persepsi yang
bersumber dari ‘masyarakat’ dan dari ‘pengunjung’.
Mari kita identifikasikan potensi dan daya Tarik dari wisata
alam tersebut menurut perspektif ‘persepsi masyarakat’. Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada objek wisata alam tersebut, yaitu:
1. Bersedia
dalam pengelolaan objek wisata
2. Terdapat
pengrajin di wilayah itu
3. Tersedia
akses untuk mencapai objek wisata
4. Bisa
dikembangkan
5. Ada
nilai alami dari objek wisata
Dukungan lainnya yang perlu diperhatikan dan didalami lagi
adalah hal-hal yang berkaitan dengan perspektif ‘persepsi pengunjung’ pada objek
wisata tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan
informasi objek wisata
2. Suasana
nyaman
3. Perluasan
wilayah wisata
4. Penambahan
fasilitas dan perbaikan fasilitas
5. Peningkatan
pelayanan pengunjung
Dua perspektif yang sudah disebutkan di atas, merupakan
asesmen yang diperlukan untuk memilih wisata alam dan yang bisa memberikan
nilai bagi wisatawan yang akan datang pada objek wisata alam tersebut. Pada
wisata alam ini, hal yang bisa didapatkan para wisatawan dapat berupa wisata
edukatif, wisata rekreasi, wisata religi, tracking, membuat usaha warung
kecil, wisata edukasi pertanian, dan wisata kerajinan tangan. Melalui kehadiran
destinasi wisata alam ini, diharapkan akan memberikan dampak positif bagi
daerah dalam hal: 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2. Meningkatkan kesejahteraan
rakyat; 3. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; 4. Memupuk rasa
cinta tanah air; 5. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan 6. Mempererat
persahabatan antar bangsa.
Untuk mewujudkan tujuan dihadirkannya objek wisata alam
ini, memerlukan penanganan dan disain yang menarik sehingga menggugah hati para
wisatawan untuk mengunjunginya dan mendapatkan banyak manfaat. Pemimpin Daerah
harus menaruh perhatian yang serius pada destinasi wisata ini yang tergambar
dari disain sedemikian rupa sehingga memiliki nilai dan daya tarik, ada
aksesibiltas, ada yang mengelola dan merawat termasuk perihal pelayanan, serta tersedia
kondisi lingkungan sosial ekonomi yang mendukung.
Apabila objek wisata alam ini dikelola langsung oleh
Dinas Pariwisata umpamanya, tentu menemui banyak kesulitan dalam hal penanganan
dan pemeliharaannya. Apalagi kalau lokasi dari objek wisata alam ini cukup jauh
dari kantor dinas pariwisata, tentu mengalami berbagai hambatan. Untuk itu, supaya
pengelolaan termasuk kebersihan dari objek wisata ini menjadi lebih terjamin,
sebaiknya diserahkan kepada Desa Adat yang berlokasi tidak jauh atau justru
berada di lokasi wilayah wisata alam tersebut. Nah . . supaya Desa Adat ini bertindak
sesuai yang diharapkan oleh Dinas Pariwisata, perlu dibimbing dan diarahkan 0leh
Dinas Pariwisata, termasuk gambaran dana bila dibutuhkan atau justru
mendapatkan sumber penerimaan, sehingga Kepala Desa dari Desa Adat tersebut lebih
bertanggung jawab dalam mengelola dan memelihara objek wisata alam tersebut
termasuk lebih bisa mensejahterakan kehidupan dari warga Desa Adat itu.
Daftar Pustaka
Komarani, U., Satjapradja, O., dan Salampessy, M.L.,
2015. Identifikasi dan Penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam: Studi Kasus di
Taman Nasional Ujung Kulon. Jurnal Nusa Sylva, 15 (2): 1-6.
Post a Comment for "WISATA ALAM"