Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DAMPAK PARIWISATA PADA SEKTOR LAIN


SEMANGAT yang mengiringi langkah kami untuk bertemu dengan Dr. Sapta Nirwandar, Wakil Menteri (Wamen) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia pada tanggal 18 Juni 2013, sungguh memberikan sesuatu yang menakjubkan. Cara Beliau menerima kami dan berbagai penjelasan mengenai kehebatan pariwisata dalam mendukung perbaikan ekonomi warga masyarakat, sangat ekselen. Bahkan kami diterima selama sekitar satu setengah jam di kantor Beliau, sampai Beliau lupa bahwa akan ada tamu lagi yang mau menghadap Beliau yaitu Bapak Jaya Suprana dari Jawa Tengah. Mungkin kalau Bapak Wamen tidak diingatkan oleh Sekretaris Beliau, mungkin tidak akan berhenti untuk berdialog dengan kami.

 

Beliau Pak Wamen mengatakan bahwa pariwisata itu sama dengan cash (uang tunai). Kami yang mendengarkan seperti Firman Jaya Daeli, Herman Sozanolo Harefa, Betieli Baene, Bendris, dan Manahati Zebua, kaget terperangah. Ah masa ia, kok pariwisata sama dengan cash.

 

Lalu Beliau melanjutkan penjelasan tentang pariwisata bahwa sama dengan cash. Seorang Wisatawan yang sedang merasa lapar dan haus, memesan semangkuk ‘Soto’ dan segelas ‘es teh’. Pada waktu penjual soto menyiapkan semangkuk soto untuk memenuhi pesanan tamu, tentu diracik dari berbagai bahan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat semangkuk soto antara lain: mie soun, kecambah, ayam, wortel, cabe, kecap, garam, bawang merah, bawang putih, jeruk nipis, nasi, air panas, dan sebagainya. Setelah diracik, lalu dihidangkan dan dinikmati oleh pemesan soto. Setelah selesai menyantap soto, pembeli soto langsung membayar kepada penjual soto. Transaksi ini yang disebut kegiatan pariwisata sama dengan cash.

 

Setelah soto habis terjual, lalu besok paginya penjual soto berbelanja di pasar (mungkin seperti Harimbale-hari pasaran di Nias) untuk membeli bahan-bahan racikan soto langsung dari pedagang. Bila barang pedagang habis, lalu pedagang berbelanja dengan membeli langsung bahan-bahan tersebut dari petani seperti bawang merah dan bawang putih, lombok, kecambah, wortel, ayam dan lain-lain. Ini juga bisa dikatakan ‘cash’. Jadi semakin banyak wisatawan yang berkunjung di suatu tempat karena memiliki daya tarik, maka jumlah uang cash yang disebarkan langsung oleh Wisatawan kepada warga masyarakat semakin banyak. Masyarakat semakin mudah mendapatkan uang cash dari hasil penjualannya, seperti penjual makanan dan minuman, penjual souvenir, dan penjual jasa lainnya. Jadi pariwisata itu adalah uang tunai bagi warga masyarakat.

 

Untuk mewujudkan uang cash bagi warga masyarakat, tentu pariwisata itu harus menjadi lokomotif pembangunan di suatu daerah. Pak Wamen memberikan contoh danau singkarak di Padang. Danau Singkarak adalah sebuah danau yang membentang di dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau ini memiliki luas 107,8 km² dan merupakan danau terluas ke-2 di pulau Sumatera.

 

Danau itu tadinya tidak ada apa-apanya. Untung para Bupatinya berdiskusi dengan Pak Wamen, dan hasil dari diskusi tersebut diwujudkan dalam action plan pariwisata di lokasi danau singkarak. Pemerintah daerah setempat melakukan perencanaan yang matang bagaimana pengembangan danau tersebut termasuk lingkungannya, sehingga layak menjadi objek dan daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan.

 

Dalam bidang promosi, mereka melakukan kegiatan yang mendunia seperti Tour de France, kejuaraan balap sepeda paling bergengsi di dunia. Kejuaraan ini merupakan balapan jalanan jarak jauh untuk pembalap sepeda profesional yang diadakan sepanjang tiga minggu pada bulan Juli di Perancis. Tour de France diselenggarakan setiap tahun.

 

Kegiatan balap sepeda tingkat dunia ini dilakukan di wilayah danau singkarak dalam beberapa estafet sampai Bukit Tinggi dan kembali (finish) di danau singkarak lagi. Apa dampak dari kegiatan yang mendunia ini? Danau singkarak menjadi terkenal di belahan dunia. Sambil melakukan perbaikan yang terus menerus di objek wisata danau singkarak dan sekitarnya, pemerintah daerah setempat sudah mulai menerima permintaan pembangunan hotel dan investasi lainnya berkenaan dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung di danau singkarak dan di sekitarnya.

 

Nah, di sini lah pemerintah akan mulai menerima pajak atau retribusi. Pajak dari hotel dan restoran serta retribusi masuk objek dan daya tarik wisata. Jadi kuncinya adalah pemerintah daerah menata, memoles, dan membangun objek dan daya tarik wisata sehingga layak dikunjungi wisatawan, setelah itu barulah pemerintah daerah akan menuai pendapatan dalam bentuk pajak dan retribusi.

 

Contoh lain yang diberikan Pak Wamen yaitu Maladewa. Maladewa merupakan sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari kumpulan atol (pulau kecil berbentuk gelang yang terjadi karena puncak suatu bukit karang menonjol di atas muka laut) di Samudra Hindia. Maladewa terletak di sebelah selatan-barat daya India, sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka. Pariwisata adalah industri yang secara ekonomi merupakan yang terbesar di Maladewa, karena memainkan peran penting dalam mendapatkan pendapatan devisa dan penciptaan lapangan kerja. Kepulauan Maladewa merupakan daerah tujuan wisata utama dunia pada waktu sekarang, bahkan mampu memberikan daya tarik yang sangat besar bagi banyak wisatawan dari seluruh dunia untuk mengunjungi negara ini.

 

Kepulauan Maladewa, tidak begitu diperhitungkan tadinya, bahkan warga masyarakatnya juga tergolong miskin. Tetapi setelah ditata dan dipoles destinasi wisatanya, akhirnya keadaan ekonomi Maladewa banyak bergantung pada dua sektor utama, yaitu pariwisata dan perikanan. Negara ini sangat dikenal memiliki banyak pantai yang indah dan pemandangan bawah laut yang menarik ± 700.000 turis setiap tahunnya. Penangkapan dan pengolahan ikan menjadikan Maladewa salah satu ekportir ikan ke beberapa negara Asia dan Eropa.

 

Dari contoh-contoh di atas, membuat kami yang beraudiensi dengan Bapak Wamen sedikit banyak tergugah semangat serta mendapatkan pencerahan dalam hal merubah sesuatu yang tidak masuk akal menjadi sebuah kenyataan yang masuk akal. Atau kita pinjam perkataan DR. Ir. Ciputra, bapak wirausaha Indonesia yaitu kemiskinan, kemelaratan bisa dipatahkan dengan menggunakan kecakapan entrepreneurship. Bagi seseorang yang memiliki jiwa wirausaha, maka ‘kotoran dan rongsokan dapat diubah menjadi emas’ (Ciputra, 2008).

 

Kepulauan Nias (contoh), menurut Bapak Wamen sangat cocok untuk dijadikan daerah tujuan wisata utama di kawasan barat Indonesia. Lautnya indah dan menawan. Budayanya sangat adiluhung. Alamnya mendukung untuk kegiatan pariwisata. Untuk itu Bapak Wamen menyarankan agar para Bupati dan Walikota berpegangan tangan untuk membangun pariwisata di Kepulauan Nias. Menurut Wamen, ada 4 (empat) hal yang perlu disepakati oleh Pemimpin-pemimpin di Kepualauan Nias yaitu: 1. Membuat master plan pada 4 Kabupaten dan 1 Kota; 2. Membuat rencana induk pariwisata; 3. Membuat action plan pariwisata; dan 4. Membuat zonasi.

 

Apabila para Bupati dan Walikota sudah sepaham pada 4 (empat) hal di atas, maka tinggal action. Kalau para Pemimpin di Kepulauan Nias merasa sudah tepat pariwisata menjadi lokomotif pembangunan dan pengembangan ekonomi warga masyarakat di Kepulauan Nias, Bapak Wamen siap menemani mereka untuk melihat-lihat pembangunan dan pengembangan pariwisata di pulau/daerah lain di luar negeri seperti Maladewa, Brisbane-Ausralia atau di wilayah lainnya. Bahkan siap mendukung promosi pariwisata Kepulauan Nias.

 

Bapak Wamen menyarankan untuk melakukan promosi pariwisata Kepulauan Nias yang bersifat mendunia. Contoh, menyelenggarakan ‘Marine Tourism Sport’. Pada kegiatan ini bisa dengan menyelenggarakan ‘lomba perahu layar’ mengelilingi kepulauan Nias dalam beberapa estafet dan setiap estafet akan finish pada suatu tempat tertentu untuk istirahat dan menikmati objek dan daya tarik wisata unggulan Kepulauan Nias dan berbagai pertunjukkan budaya dan tarian di tempat istirahat tersebut.

 

Kegiatan ini bisa berlangsung dalam beberapa hari karena mengelilingi Kepulauan Nias. Sebagai lanjutan dari kegiatan, maka kegiatan yang serupa bisa diadakan setiap 2 (dua) tahun. Bila promosi pariwisata dilakukan dengan kegiatan yang mendunia serta menghubungkan Kepulauan Nias dengan Singapura dan Australia, maka dalam beberapa waktu yang tidak begitu lama Kepulauan Nias sudah dapat menjadi daerah tujuan wisata dunia.

 

Untuk itu, dari hasil pemaparan ini diharapkan dapat menjadi cermin bagi setiap daerah di wilayah Indonesia, khususnya di Kepulauan Nias. Renungkan dan lakukanlah aksi pada daerahnya. Bergeraklah dengan cepat untuk meraih impian Anda, niscaya dampak dari kesungguhan Anda, akan membawa kemaslahatan bagi warga masyarakat yang Anda pimpin. Bila Anda tidak begitu mendalami tentang impian Anda, kerjasamakanlah dengan orang lain yang memang memiliki keahlian dalam bidang itu, untuk meraih kesuksesan, sehingga menjadi success story. Tinggalkanlah gadingmu agar selalu diingat orang lain di masa yang akan datang.

 

Daftar Pustaka

Ciputra, 2008. Quantum Leap. Jakarta, PT Elex Media Komputindo

 

Post a Comment for "DAMPAK PARIWISATA PADA SEKTOR LAIN"