MASALAH NOW JAWABANNYA YA NOW
1.
Karakter Sombong dan Pintar Tidak
Disukai Masyarakat
Pada
perhelatan Pemilihan Presiden (Pilpres) di seluruh Indonesia yang telah
dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024 yang lalu, banyak hal yang terjadi.
Kejadian pertama, Pilpres dapat terjadi cukup 1 (satu) putaran saja melalui
hasil quick count dari beberapa
lembaga survei yang telah terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU), bahkan
hingga pada waktu penulisan ini, telah dapat diketahui siapa kandidat Presiden
Republik Indonesia (RI) pada tahun 2024 – 2029. Narasi yang digunakan sih salah
satu Capres sudah unggul menurut hasil
quick count, sedang hasil resminya
nanti baru diumumkan oleh KPU pada tanggal 20 Maret 2024 mendatang.
Pemberitaan
secara real count yang dilaksanakan
oleh KPU hingga saat ini, kelihatannya sih tidak terlalu jauh bedanya dengan
hasil yang sudah dipublikasikan oleh beberapa lembaga survei hehehe. Nah . .
karena hasil Pilpres sudah dapat diketahui menurut versi quick count, lalu sudah mulai banyak yang kebakaran jenggot dengan
mengatakan bahwa pada Pilpres kali ini terjadi banyak permasalahan. Kejadian
kedua, pada Pilpres ini banyak yang mengatakan bahwa ada kecurangan secara
terstruktur, sistematis, dan masif (TSM). Dengan timbulnya permasalahan ini,
sudah mulai mengemuka beberapa pendapat bahwa Pilpres kali ini tidak bisa
diakui sehingga pelaksanaan Pemilu perlu diulangi lagi.
Seorang
Teman berkata, walau menurut beberapa pendapat kurang mengakui hasil yang sudah
dipublikasikan oleh beberapa lembaga survei, namun ada juga pihak lain yang memberi
informasi bahwa hasil quick count bisa
seperti itu sebagai bentuk hukuman yang diberi rakyat, karena ada beberapa
Calon Presiden (Capres) yang berlagak pintar dan sombong, bahkan sangat berani
memberi nilai kepada Capres lain dengan angka 5 dan 11 dari 100. Sungguh berani
memberi nilai kepada sesama Capres, pada hal mereka mungkin tidak berhak
menilai, karena mereka tidak memiliki kapasitas untuk memberikan nilai hehehe.
2.
Pemilihan Calon Presiden (Capres)
RI
Pada
Pilpres tahun 2024 ini terjadi banyak hal yang pada awalnya sangat senang pada
salah satu Capres, karena dipandang memiliki kapasitas untuk menjadi Capres
berikutnya. Namun pada perjalanan kampanye Capres, terjadi banyak melakukan blunder
atau pernyataan yang disampaikan oleh Capres atau beberapa elit partai yang
mengusung, pada akhirnya bisa menghancurkan citra baik mereka. Beberapa Capres
atau para elit partai merasa kinerja Presiden Jokowi kurang baik, bahkan ada elit
partai yang mengatakan bahwa Presiden Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka tidak
bisa bekerja. Blunder yang lain dilakukan lagi oleh Capres dan elit partai yaitu
ada kecurigaan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik
Indonesia (Polri), serta aparatur sipil negara (ASN) tidak netral pada Pemilu
ini, bahkan adanya pembagian bantuan sosial (Bansos) menjelang hari H Pilpres,
dan lain lain.
Pada
akhirnya, Teman yang sangat bernafsu memilih Capres yang memiliki kapasitas
sebagai Presiden Republik Indonesia berikutnya, tiba tiba pindah haluan untuk
memilih Capres yang lain. Mengapa Teman ini pindah haluan? Karena Capres yang
dipilih pada awalnya melakukan banyak blunder, akhirnya pada tanggal 14
Februari 2024 menjatuhkan pilihannya dengan mencoblos Capres yang lain. Kondisi
seperti ini yang terjadi kepada para pencoblos kartu suara, sehingga Capres
yang dipilih menjadi unggul dalam mendapatkan suara pemilih, yang diperkirakan setelah
selesai real count akan memenangkan
Pilpres cukup dalam 1 (satu) putaran.
3.
Rakyat Indonesia Berdaulat
Rakyat
Indonesia sudah pada pintar memilih dan memilah mana Capres terbaik bagi
Indonesia pasca Presiden Jokowi. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia termasuk
aktif mengikuti perjalanan kampanye setiap Capres, baik pada waktu memulai
kampanye, debat antar Capres dan calon Wakil Presiden (Cawapres), maupun
strategi komunikasi dari setiap Capres dalam upaya menyampaikan Visi, Misi, dan
Program Kerjanya kepada masyarakat Indonesia.
Hasil pemaparan dari setiap Capres tadi selama
beberapa hari berkampanye sampai memasuki minggu tenang menjelang
dilaksanakannya Pilpres, rakyat Indonesia telah menetapkan dan memutuskan siapa
Capres yang dipilih diantara 3 (tiga) Capres yang telah disahkan oleh KPU.
Capres yang telah disahkan KPU, yaitu Capres Anies Baswedan sebagai nomor urut
1, Capres Prabowo Subianto nomor urut 2, dan Capres Ganjar Pranowo di urutan
nomor 3.
Bagaimana
hasil Pilpres pada tanggal 14 Februari 2024 yang lalu? Hasil keputusan rakyat
Indonesia menurut hasil quick count,
menunjukkan Capres nomor urut 2 yaitu Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Gibran
Rakabuming Raka, mendapatkan suara terbanyak dari rakyat Indonesia. Dengan
demikian, Capres nomor urut 2 diunggulkan oleh rakyat Indonesia dibandingkan
Capres nomor urut 1 dan nomor urut 3. Untuk resminya, tentu perlu menunggu
hasil real count dari KPU, yang
diumumkan secara resmi pada tanggal 20 Maret 2024.
Nah
. . setelah terlihat bahwa sebagian besar suara rakyat Indonesia jatuh pada
Capres nomor urut 2, mulai berseliweran berbagai pendapat dari Capres lain
termasuk pendukungnya. Ada yang mengatakan bahwa telah terjadi kecurangan dalam
Pilpres ini, ada penggelembungan suara pada Capres tertentu, dan kecurangan
terjadi secara TSM. Menurut Prof. Mahfud MD Cawapres dari nomor urut 3, yang
berpasangan dengan Capres Ganjar Pranowo, bahwa pendapat dari Capres yang kalah
termasuk pendukungnya pasti menuduh terjadi kecurangan. Hal seperti itu terjadi
pada waktu Beliau duduk dalam jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), bahwa
Capres yang kalah termasuk pendukungnya pasti menuduh terjadi kecurangan dan
kejadian itu termasuk TSM.
Menurut
penulis, bila dari pihak yang kalah selalu mendengungkan terjadi kecurangan
secara TSM, dan seakan-akan kurang percaya pada keputusan rakyat Indonesia
waktu melakukan pencoblosan Capres yang dipilih. Artinya, tidak menghargai
keseriusan rakyat Indonesia di dalam memutuskan pilihannya pada Capres yang
dipercayai. Dimanakah hatimu wahai Capres dan pendukungnya? Apakah tidak
mempercayai kedaulatan rakyat Indonesia di dalam memilih Capres yang
dipercayai? Heran saja para Capres yang kalah termasuk para pendukungnya, tidak
menghargai pendapat rakyat Indonesia, termasuk kerja keras dari para pelaksana atau
petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di masing masing TPS. Hargai
kesungguhan dari rakyat Indonesia berkenan datang di TPS untuk mencoblos calon
yang dipilih dan hargailah kerja keras dari setiap petugas KPPS untuk
melaksanakan dan mencatat hasil pilihan dari rakyat Indonesia. Jangan sampai
melupakan bahwa suara rakyat itu ya
suara Tuhan.
Berkontemplasilah
hai Anda Capres dan para pendukungnya, coba evaluasi diri Anda termasuk bentuk
komunikasi yang disampaikan kepada rakyat Indonesia selama melakukan kampanye
di seluruh Indonesia. Kalau bisa, jangan hanya menuduh dan kurang memberikan
penghargaan kepada rakyat Indonesia yang sudah berusaha untuk mencoblos Capres
yang menurut hati nuraninya memilih Capres yang dipercayai. Bijaklah di dalam
berpendapat dan hargailah orang lain yang menyatakannya melalui hasil
pencoblosan di masing masing tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh
Indonesia. Salam kedaulatan rakyat Indonesia.
Post a Comment for "MASALAH NOW JAWABANNYA YA NOW"