Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGENALAN VISI, MISI DAN BUDAYA ORGANISASI

APABILA anda dicalonkan sebagai calon direktur rumah sakit, dan anda diberi peluang untuk menyampaikan sebuah presentasi dihadapan yayasan dan atau pemilik rumah sakit, tentu yang akan dikemukakan adalah visi dan misi Anda untuk memimpin rumah sakit ke depan. Bukan hanya sekedar visi-visian, tetapi harus betul-betul mendasar dan mengikat Anda untuk bertanggungjawab mewujudkannya. Bukankah begitu kalau anda mau bertanggung-jawab pada apa yang Anda hasilkan setelah selesai melaksanakan tugas Anda?

Sebagai calon direktur rumah sakit, pasti Anda menyampaikan impian Anda pada rumah sakit yang Anda pimpin dan tangani secara serius, serta tugas yang akan Anda lakukan untuk menjabarkan visi Anda tersebut, seperti yang Anda rumuskan dalam misi. Misi sebaiknya dapat menggambarkan tugas, cakupan tindakan yang dilakukan untuk memuaskan pengguna (pasien) yang dilayani (Trisnantoro, 2005).

Apa visi Anda untuk menjadi calon direktur rumah sakit? Barangkali visi Anda adalah “menjadi rumah sakit yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang profesional dalam melayani pasien, serta mewujudkan bed occupancy rate (BOR) rumah sakit menurut standar departemen kesehatan sebesar 60%-85% selama 5 tahun”. Kalau visi Anda seperti yang disebutkan di atas, berarti visi Anda sudah sangat jelas, padat, dan langsung pada inti masalahnya (to the point). Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan pertimbangan dengan menduduki urutan nomor 1 (satu), untuk bisa diterima yayasan dan atau pemilik rumah sakit menjadi direktur rumah sakit, sekaligus dapat dipercaya untuk memegang jabatan tersebut dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yang akan datang.

Setelah menyampaikan visi Anda, yang sangat padat dan langsung pada inti masalah itu, terus tinggal menunggu penyampaian misi Anda untuk mewujudkan visi Anda tersebut. Untuk menjadikan SDM Anda menjadi profesional dalam menjalankan tugas pekerjaannya pada pelayanan di rumah sakit, diperlukan berbagai usaha yang akan dijalankan oleh calon direktur. Usaha yang bisa dijalankan bisa berupa beberapa orang SDM rumah sakit melaksanakan “magang” beberapa bulan untuk belajar dan praktek di tempat lain sesuai bidang yang sangat dibutuhkan. Bisa juga memerintahkan SDM Anda untuk mengikuti short cource melalui kegiatan seminar atau lokakarya yang dibutuhkan, dan bisa juga melakukan kerjasama dari seorang atau beberapa pakar untuk melaksanakan in house training (IHT) di rumah sakit Anda, agar SDM di rumah sakit bisa mengikuti materi yang berguna pada banyak SDM rumah sakit.

Untuk menentukan mana yang akan dipilih untuk menjadikan SDM Anda menjadi profesional, tentu disesuaikan kebutuhan rumah sakit dalam hal peningkatan wawasan dan cara pelayanan yang memuaskan pasien-pasien di rumah sakit. Anda bisa milih salah satu dari beberapa pilihan tadi, atau milih dua pilihan atau tiga pilihan sekaligus yaitu magang, short cource, dan in house training (IHT). Kalau hati kecil saya sih, berkata pilih tiga-tiganya dan sesuaikan dengan kondisi kebutuhan SDM rumah sakit untuk menjadi profesional dalam menunaikan tugasnya.

Langkah selanjutnya untuk menunaikan tugas lain selain SDM profesional yaitu mengusahakan BOR rumah sakit berada pada tingkat 60%-85% dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Hal ini tentu tidak mudah, harus menguras tenaga dan pikiran untuk mengusahakannya dapat diwujudkan dengan baik. Harus melihat kompetensi dan kinerja dari seluruh SDM rumah sakit. Harus dilihat pelayanan-pelayanan yang sudah ada di rumah sakit, seperti pelayanan di instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat (IGD), instalasi rawat inap dan instalasi-instalasi yang lain. Juga melihat perihal dukungan mulai dari SDM yang bekerja di depan rumah sakit, seperti pekerja para petugas parkir dan taman, serta satuan pengamanan (satpam) yang ada di rumah sakit, sampai SDM yang bertugas di kantor belakang rumah sakit, seperti pergudangan, perbengkelan, para supir, petugas pemulasaran jenazah, dan SDM yang lain.

Karena pekerjaan yang besar seperti BOR rumah sakit, tentu berhubungan langsung dengan pelayanan pekerjaan dari SDM di instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat (IGD), instalasi rawat inap, serta hubungan rumah sakit dengan praktek perorangan dan lembaga kesehatan lainnya yang merujuk pasiennya di rumah sakit kita. Sumber-sumber pasien yang berasal dari rujukan pasien itu harus betul-betul mendapatkan perhatian dari Manajemen rumah sakit untuk ditangani dengan baik, termasuk pasien dari badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS), baik dari BPJS ketenagakerjaan maupun dari BPJS kesehatan.

Berkaitan dengan tingkat BOR rumah sakit yang akan dicapai, tentu sangat berkaitan dengan pelayanan-pelayanan SDM rumah sakit yang harus bermutu dan profesional. Pelayanan yang bermutu dapat dicermati pada catatan-catatan surveyor waktu melihat langsung pekerjaan SDM dalam melayani pasien sampai pelayanan rumah sakit dinyatakan lulus akreditasi. Banyak hal yang selalu dicermati pada pelaksanaan pelayanan pasien di rumah sakit, mulai dari penerimaan pasien, prosedur pelayanan, kerjasama dalam pelayanan dari gugus kerja-gugus kerja yang menangani pelayanan pasien, sampai pada penggunaan alat medis yang dibutuhkan. Semua jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien rumah sakit harus selalu mendapat penilaian dari Manajemen rumah sakit hingga pasien sembuh dari penyakit yang diderita.

Sebagai contoh yang sederhana yaitu kebersihan. Manajemen rumah sakit harus selalu mengamati bagaimana SDM rumah sakit bertindak selalu mengutamakan kebersihan pada pelayanan yang diberikan kepada pasien. Bisa mencermati mengenai cara mencuci tangan sebelum melayani dan sesudah melayani pasien, demikian juga mengenai hasil kerja dari cleaning service serta cara pelayanan satpam dan selanjutnya. Bagaimana dengan pemberian pelayanan kepada pasien rumah sakit?

Pemberian pelayanan SDM kepada pasien rumah sakit, harus bisa dicermati dalam hal sikap dan perbuatan SDM dalam melayani pasien, cara berkomunikasi dengan pasien, cara bertegur sapa dengan pasien, cara pemberian perhatian kepada pasien, dan yang lainnya. Ada satu contoh pelayanan seorang dokter penyakit dalam dari sebuah rumah sakit, selalu menyampaikan sapanya kepada pasien rawat inap setelah melakukan visite dengan berkata “cepat sembuh ya”, sambil berjalan keluar dari ruangan. Bagaimana dengan perawat yang ada di ruang rawat inap? Perawat-perawat ini selalu berusaha melihat dan memerhatikan pasien setiap jam sambil bercakap-cakap tentang perkembangan penyakit pasien, sekaligus memberi informasi masalah jenis makanan yang bisa mendukung pengobatan, termasuk perawatnya memerhatikan keluarga pasien yang menunggu dengan memberikan pemahaman mengenai senam tertentu yang dibutuhkan oleh pasien yang menderita penyakit jantung.

Semangat dan dorongan yang terus diberikan oleh SDM rumah sakit kepada pasien rumah sakit, sangat banyak memberikan tingkat kesembuhan kepada pasien rumah sakit. Selain turutserta memercepat kesembuhan pasien, juga pasien ini bisa bercerita kepada tetangganya atau kepada orang yang berkunjung di rumahnya setelah pulang dari rumah sakit, bahwa pelayanan rumah sakit tempat diopname sangat baik dan seperti berada di dalam keluarga sendiri tanpa merasa di tempat lain. Apa dampaknya dari cerita pasien rumah sakit ini? Dampaknya ya seperti melakukan promosi pelayanan rumah sakit kita kepada orang lain, tanpa kita mengetahuinya.

Wow  .  .  berlaku word of mouth marketing (pemasaran dari mulut ke mulut) tanpa melalui pelaksanaan promosi pelayanan rumah sakit. Kalau hal ini bisa berlangsung dari banyak mantan pasien rumah sakit, bisa dikatakan rumah sakit bisa menghasilkan BOR sesuai visi direktur rumah sakit. Jadi pencapaian visi rumah sakit sedikit bisa diwujudkan ditambah usaha-usaha lain berkaitan dengan pemantapan budaya kerja SDM di rumah sakit. Apa yang perlu dimantapkan dalam budaya kerja SDM rumah sakit? Bisa berupa pelaksanaan S3 (senyum, salam, dan sapa) kepada pasien setiap menerima dan melayani pasien di rumah sakit. Ada juga pemantapan mengenai komunikasi dan perhatian yang diberikan SDM kepada setiap pasien rumah sakit. Hal yang tidak kalah penting lagi yaitu masalah kerjasama SDM pada waktu memberikan pelayanan kepada pasien. Usahakan pemberian pelayanan jangan saling menunggu, tetapi berusaha secepatnya memberikan pelayanan sesuai petunjuk dokter setelah memeriksa penyakit dan perkembangan penyakit pasien.

Kalau bisa, pada waktu SDM mengunjungi pasien, selalu memberikan informasi mengenai tindakan dan pengobatan selanjutnya dari dokter yang merawat. Perihal informasi ini akan bisa mendorong pasien untuk dapat berpikir tenang dan bisa memercepat pasien sembuh dari penyakit. Kalau hal ini dapat berjalan terus dan sudah bisa menjadi habit (kebiasaan) SDM rumah sakit, akan memudahkan bagi rumah sakit untuk memperoleh tingkat BOR yang sudah direncanakan oleh direktur rumah sakit sesuai visi direktur, seperti yang sudah disampaikan kepada yayasan atau pemilik rumah sakit pada waktu akan dipilih menjadi direktur rumah sakit.

Sebagai direktur rumah sakit harus menyampaikan informasi kepada SDM baru rumah sakit, supaya turut berkontribusi mendukung visi dan misi direktur, melalui pelayanan yang diberikan di rumah sakit. Mengenai cara penyampaian visi, misi, dan budaya kerja kepada SDM baru, kita serahkan kepada kebijakan direktur untuk menyampaikannya kepada SDM baru rumah sakit. Sebagai SDM baru harus mendapatkan hal-hal yang seperti ini, agar sebelum melakukan pekerjaan pelayanan di rumah sakit sudah bisa memahami perihal seperti yang diminta dan diharapkan oleh direktur rumah sakit.
 

Post a Comment for "PENGENALAN VISI, MISI DAN BUDAYA ORGANISASI"