Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SDM INDONESIA: Suara hati yang peduli


 

PADA suatu waktu ada peluang untuk main di Perth Australia Barat. Sebagai orang Indonesia yang hidup di Kota propinsi nan kecil, agak surprise juga melihat jalan-jalan dan mengelilingi kota Perth pada waktu itu. Di jalan-jalan telah terpasang closed circuit television (CCTV) online, parkir mobil cukup menggunakan coin, dan kejelasan tanda penyeberangan jalan. Namanya juga terbiasa di kota propinsi nan kecil, kadang menyeberang jalan semaunya sendiri tanpa memperhatikan tanda boleh menyeberang jalan.

Waktu mau menyeberang jalan tanpa rambu-rambu penyeberang jalan, main menyeberang jalan saja pada hal lalu lintas mobil cukup ramai lancar. Apa yang terjadi pada waktu menyeberang jalan di Perth tersebut? Pengendara mobil pada berhenti saat ada beberapa orang yang menyeberang jalan, tanpa klakson dan marah-marah.

Teman yang ikut menyeberang jalan tadi berkata, coba kalau kita di Indonesia mau menyeberang jalan tanpa memperhatikan tanda penyeberang jalan, pasti ada yang marah-marah. Bisa saja yang marah itu berkata ‘mana matamu’ atau mengatakan kalau menyeberang jalan itu pada zebra crossing dong, dasar anak kampungan hehehe.

Demikian juga pada waktu ada peluang untuk bepergian di kota London. Warga masyarakat yang melihat keadaan kita yang suka menyeberang jalan semaunya sendiri, mereka tetap menghargai tanpa berkata apa-apa. Bahkan sebagian dari mereka malah memberikan senyuman, bahkan memberikan lambaian tangan, wow . .

Bagaimana pada waktu kembali di Indonesia, yah . . seperti itulah keadaan kita kepada sesama. Mudah emosi kalau ada hal-hal yang kurang berkenan di hati, mudah memarahi dan mudah memaki-maki. Kadang bertanya dalam hati, mengapa ya manusia Indonesia sepertinya masih terbelakang, pada hal Indonesia sudah merdeka selama 77 tahun. Usia 77 tahun bagi seorang manusia, mestinya sudah sangat dewasa dalam pemikiran, dan mestinya sudah dewasa dalam bertingkah laku, serta sudah memiliki pemahaman yang besar pada keadaan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang saling memahami, saling menghargai, dan saling toleransi.

Apakah kita masih memiliki perilaku yang saling asah, asih, dan asuh? Mari bertanya pada diri sendiri. Saling asah (belajar), asih (menyayangi), dan asuh (perduli). Kelihatannya sih kita masih jauh dari saling asah, saling asih, dan saling asuh.

Apalagi kalau melihat dan membaca berbagai hal yang ditulis di media sosial. Sepertinya SDM Indonesia merasa pintar sendiri dan merasa benar sendiri. Mudah memarahi orang lain, mudah memaki orang lain, bahkan mudah merasa paling pintar sendiri.

Sudah jelas bahwa kita sudah beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Mestinya sudah mengerti nilai-nilai luhur yang terdapat di agamanya sendiri, sehingga mampu memahami tugas-tugas yang diemban oleh masing-masing individu. Mestinya bisa membawa Indonesia menjadi negara yang sejahtera hidupnya dan mampu memberikan penghargaan kepada orang lain, sesuai pekerjaan yang diemban sekarang ini.

Apakah hal ini kita sudah dapatkan di SDM Indonesia pada zaman now? Penulis terheran-heran juga pada perilaku SDM Indonesia pada waktu sekarang, baik manusia yang sudah memiliki pendidikan tinggi maupun manusia Indonesia yang masih memiliki pendidikan yang rendah. Mereka saling merendahkan orang lain, saling menunjukkan bahwa Dia itu pintar sekali, dan saling menonjolkan diri bahwa Dia orang hebat.

Andai SDM Indonesia mau menyadari bahwa akan bekerja sesuai talenta yang dimiliki menurut tugas dan pekerjaan yang dimiliki, serta masing-masing menyatukan keinginan bersama untuk Indonesia merdeka, mestinya bangsa Indonesia mudah mendapatkan kemajuan dan mengibarkan bendera Indonesia, bahwa SDM Indonesia saling bergandengan tangan untuk membangun negara Indonesia merdeka.

Apakah harapan ini bisa terwujud pada SDM Indonesia? Nada-nadanya kok agak pesimis ya. Mari lihat komentar-komentar SDM Indonesia di media sosial, yang jumlah pengguna aktifnya sudah mencapai 191 juta per bulan Januari 2022 (Mahdi, 2022), seperti face-book, whatsapp, instagram, twitter, linkedin, media online dan sebagainya. Mereka selalu menonjolkan kehebatannya, bahkan Presiden Indonesia pun sering dikata-katain yang seharusnya tidak boleh demikian. Sumber daya manusia (SDM) Indonesia sering mengatakan bahwa itu tidak benar, tidak seperti itu, tapi jarang sekali ditemukan jalan keluar dari yang dipermasalahkan itu.

Mestinya SDM yang lebih tahu karena sudah memiliki pengalaman dan sudah mengerti karena telah menempuh pendidikan dalam bidang tertentu, dapat menyampaikan beberapa solusi yang membuat keadaan menjadi lebih baik. Tetapi anehnya tidak mendapatkan hal-hal seperti itu, kecuali saling mengolok-olok dan saling merendahkan tanpa terucapkan bagaimana sebaiknya masalah itu dapat diselesaikan dengan hasil baik.

Kadang hal-hal yang sepele dibesar-besarkan bahkan ditampilkan perihal kekacauan pada waktu terjadi kelangkaan minyak goreng di tengah-tengah masyarakat. Kejadian seperti itu malah digoreng ke arah dunia politik dengan menghimbau supaya Presiden Indonesia yang sedang berkuasa itu, bisa segera mengundurkan diri atau turun takhta. Mereka kurang memikirkan kalau hal itu sampai terjadi, tentu Indonesia semakin tertinggal dalam segala hal, karena harus memilih kembali siapa Presiden berikutnya serta bagaimana perkembangan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.

Berdasarkan hal-hal yang sudah dipaparkan di atas, sepertinya SDM Indonesia semakin mundur peradabannya dan semakin mundur kecerdasan SDM Indonesia. Pada hal Indonesia sudah merdeka dari penjajahan selama 77 tahun di tahun 2022 ini, tetapi seakan-akan masih hidup di zaman penjajahan dan hidup terbelakang.

Kapan ya SDM Indonesia ini berbudaya saling menghargai, saling mendukung, dan saling berpegangan tangan untuk kemajuan bangsa Indonesia ke depan. Penulis berharap bisa segera move on dari keadaan yang seperti ini dan bisa menunjukkan bahwa saling mengakui tugas dan pekerjaan masing-masing, untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju dan dihargai oleh bangsa lain.

Apakah hal ini bisa diwujudkan? Mari mengadakan perenungan.

 

Daftar pustaka

Mahdi, M.I., 2022. Pengguna Media Sosial di Indonesia. dataindonesia.id - 30 Mei 2022.

 

Post a Comment for "SDM INDONESIA: Suara hati yang peduli"