TAKTIK PEMASARAN PRODUK WISATA
1. Pengantar
Untuk mewujudkan market
share (pangsa pasar) yang besar dari suatu produk yang kita luncurkan/tampilkan,
maka Kartajaya menasehatkan kepada organisasi usaha (pemilik produk wisata),
agar melakukan kegiatan diferensiasi, marketing
mix (bauran pemasaran), dan selling
(DMS) pada produk yang diproduksi, yaitu produk wisata. Ketiga kegiatan ini (DMS) sangat perlu dilakukan pada
setiap produk wisata yang siap ditawarkan, agar bisa meningkatkan pangsa
pasarnya.
Apa yang akan dilakukan
di tahap pertama, untuk meningkatkan pangsa pasar dari produk wisata? Pemilik produk wisata harus melakukan kegiatan
diferensiasi (D), yaitu tampil beda. Artinya, memiliki karakteristik
yang berbeda dan unik dibandingkan produk wisata yang lain.
Kartajaya (2007)
mengatakan, taktik pemasaran (DMS) dan strategi pemasaran (STP) sangat
diperlukan dalam organisasi apapun (pemilik produk wisata). Pentingnya kedua
hal itu, karena taktik adalah paku,
sedang strategi adalah palu yang
diperlukan untuk menanamkan paku ke dalam suatu celah tertentu. Atau dengan
kata lain, strategi merupakan jalan utama yang dilalui untuk mencapai tujuan
organisasi usaha, sedang taktik merupakan alat transportasi yang digunakan
untuk menempuh jalan utama tersebut. Alat transportasi yang digunakan tersebut,
sangat tergantung dari orang yang mau menggunakannya. Bisa menggunakan andong,
atau becak, atau sepeda, atau sepeda motor, atau mobil. Pemilihan alat
transportasi inilah yang bisa membedakan antara organisasi usaha yang satu
dengan organisasi usaha yang lain. Kalau mau cepat sampai tujuan, tentu akan
menggunakan mobil, tapi dengan catatan jalannya tidak macet hehehe. Mau ke Jakarta
umpamanya (jarak Jogja Jakarta sekitar 551 km), maka pilihan transportasinya
bisa pesawat terbang atau kereta api (KA), atau bisa juga dengan menggunakan
mobil pribadi atau naik bus atau travel. Jadi, mau cepat sampai tujuan Jakarta
atau tidak, sangat tergantung dari transportasi yang Anda pilih. Artinya,
sangat bergantung dari seseorang yang mau melakukan perjalanan sesuai tujuan
keberangkataannya ke Jakarta hehehe.
Taktik pemasaran yang
terdiri dari differentiation, marketing mix, dan selling (DMS) ditujukan untuk merebut market share (pangsa pasar) dari produk yang dipasarkan. Untuk
mampu merebut pangsa pasar itu, tentu harus memahami betul mengenai: a. Kondisi
riil produknya dibandingkan produk pesaing; b. Penanganan mix (bauran)
pemasaran yang tepat; dan c. Sumber daya manusia (SDM) organisasi usaha yang
berusaha keras untuk melakukan kegiatan selling.
Karena itu, organisasi usaha atau marketer
harus menemukan suatu gambaran yang lebih spesifik dan konkrit mengenai posisi
bisnis (pangsa pasar) yang sedang digeluti sekarang, sehingga dapat menggerakkan
seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mendukung posisi tersebut.
2. Differentiation
Pakar marketing dunia, Kotler (2002)
mengatakan, diferensiasi pada produk dapat dilakukan dalam beberapa cara,
yaitu: a. Diferensiasi produk, mencakup: bentuk, keistimewaan (feature), kinerja, kesesuaian, daya
tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya, dan rancangan (design); b. Diferensiasi pelayanan,
mencakup: kemudahan pemesanan, pengiriman, pemasangan, pelatihan customer, konsultasi customer, pemeliharaan dan perbaikan; c
Diferensiasi personalia, mencakup karakteristik dari sumber daya manusia (SDM)
seperti kemampuan, kesopanan, kredibilitas, dapat diandalkan, cepat tanggap,
dan komunikatif; d. Diferensiasi saluran, mencakup: jangkauan, keahlian, dan
kinerja saluran; dan e. Diferensiasi citra, mencakup: lambang, media tertulis
dan audiovisual, suasana, dan perilaku SDM.
Mengenai pendekatan
untuk melakukan diferensiasi pada satu atau beberapa macam produk dikemukakan
juga oleh Porter (2007), yakni: a. Citra rancangan atau merek; b. Teknologi; c.
Pelayanan customer; d. Jaringan
penyalur; e. Tahan lama; dan f. Berkualitas. Apabila pemilik produk mampu
melakukan diferensiasi pada produknya seperti yang diungkapkan di atas, maka
akan menghasilkan profit (laba) di
atas rata-rata dalam ruang lingkup suatu industri, sekaligus dapat menciptakan
posisi yang aman bagi organisasi usaha untuk mengatasi kekuatan pesaing.
Lebih jauh Porter dalam
bukunya Wahyudi (1996), membedakan kegiatan diferensiasi berdasarkan analisis value chain (rantai nilai) yang dibagi
dalam 2 aktivitas yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas
utama terdiri dari aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi,
pemasaran, penjualan, dan pelayanan sesudah penjualan, sedang aktivitas
pendukung meliputi aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan baku,
pengembangan teknologi, penyediaan SDM, dan penyediaan infrastruktur perusahaan
(organisasi usaha). Nilai tambah yang dihasilkan aktivitas tersebut akan
berdampak pada peningkatan margin
(laba) organisasi usaha. Sumber diferensiasi bisa terwujud melalui bagaimana
organisasi menjalankan aktivitas yang unik di berbagai value chain. Melalui penjelasan di atas, mari berusaha menerapkannya
pada penanganan produk wisata yang diusahakan bernilai dan unik ketimbang
produk wisata di daerah lain. Artinya, produk wisata di daerah kita memiliki
daya beda (diferensiasi) dengan produk wisata daerah lain, sehingga merangsang
wisatawan untuk berkunjung di area produk wisata kita tersebut.
3. Marketing
Mix
Konsep ini muncul dalam upaya untuk
melaksanakan pemasaran pada suatu produk secara terpadu. Artinya,
merupakan alat yang bisa digunakan oleh organisasi usaha, untuk melaksanakan
program pemasaran secara terpadu pada suatu produk. Konsep ini perlu
dipertimbangkan oleh organisasi usaha untuk diimplementasikan. Marketing-mix (bauran pemasaran) untuk
produk barang ada 4 (empat) yang sangat dikenal dengan istilah 4P yaitu product, price, placement, and promotion
(Gitosudarmo, 2008). Untuk produk jasa ditambah 3 (tiga) unsur lagi yaitu people, process, and customer service.
Menurut beberapa pakar, pada waktu sekarang
sudah tidak ada lagi istilah dikotomi antara produk barang dan produk jasa.
Semua produk pada saat sekarang adalah produk jasa. Contoh, bila kita membeli
kulkas (merupakan produk barang) di toko serba ada, biasanya si penjual kulkas menambahkan
servis dengan menawarkan kepada pembeli untuk mengantar kulkas dengan kendaraan
sampai di rumah. Artinya, tawaran terakhir dari penjual merupakan penawaran
produk jasa.
Sehubungan dengan 4 (empat) P tersebut,
sebaiknya terkonsep dari 4 (empat) hal tersebut untuk dilaksanakan pada
pemasaran produk wisata kita. Konsepnya, telah memiliki produk wisata yang
dikagumi para wisatawan, karena keunikannya, lalu menangani mengenai harga-harga
yang pantas dibelanjakan wisatawan. Selanjutnya, penempatan produk wisata masih
berada di lokasi yang merupakan lanjutan dari sebuah perjalanan wisata yang
dilalui, yang didukung penanganan promosi produk wisata tersebut. Menurut Morizka
(2012) promosi pariwisata merupakan sebuah proses kegiatan yang bertujuan agar
para konsumen (wisatawan) mengetahui (aware) adanya produk dan jasa yang
ditawarkan, kemudian membelinya dan menjadikannya pelanggan yang setia.
4. Selling
Kegiatan berikutnya setelah diferensiasi,
dan marketing mix yaitu selling. Selling adalah proses penjualan yang lebih fokus untuk memuaskan
individu sendiri/produk bisa terjual. Artinya selling merupakan proses jual beli yang ditandai dengan adanya
transaksi antara konsumen dan salesman
(Kartajaya, 2000).
Pada kegiatan ini, organisasi usaha berupaya
memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan kehadiran produknya bagi pengguna
produk. Caranya adalah sumber daya manusia (SDM) dari organisasi usaha tersebut,
mengetahui betul mengenai manfaat produk yang dihasilkan bagi pengguna produk.
Selanjutnya SDM organisasi usaha juga harus mengetahui betul tentang
fitur-fitur yang mendukung keberadaan produknya (swafoto di area produk wisata),
serta produknya itu merupakan sebuah solusi bagi konsumen untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginannya.
Hal yang sangat mendukung pada kegiatan selling adalah berkaitan dengan
kemampuan SDM organisasi untuk menjadi konsultan bagi setiap pengguna produk
dari organisasi usaha. Sebagai konsultan, SDM organisasi usaha harus
menyediakan dirinya sebagai pemberi petunjuk dan arahan atau nasehat bagi setiap pengguna produknya, sehingga pengguna/calon
pengguna menjadi semakin mengerti tentang product
knowledge dan competitor knowledge dari produk yang dihasilkan. Artinya,
si pemilik produk memahami betul tentang produk yang dimiliki dan produk yang
dimiliki pesaing, sehingga pengguna produk kita lebih memahaminya dengan baik,
sehingga jatuh hati pada produk kita. Demikian juga, apabila pemahaman ini
bersumber dari produk wisata yang memiliki nilai dan keunikan serta memiliki
daya beda, tentu sangat memotivasi calon wisatawan untuk mau berkunjung di
daerah kita.
Daftar Pustaka
1. Gitosudarmo,
I., 2008. Manajemen Pemasaran.
Yogyakarta: BPFE
2. Kartajaya, H., 2000. Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan Global.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
3. Kartajaya, H., 2002. Hermawan Kartajaya on Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
4.
Kartajaya,
H., 2007. Marketing Klasik Indonesia,
Cetakan Kedua, Bandung: PT Mizan Pustaka
5.
Morizka,
V., 2012. Pengertian dan Peran Promosi
Pariwisata. vennamorizka.blogspot.com/... /pengertian-dan-peran-promosi-wisata.html
6. Porter,
M.E., 2007. Strategi Bersaing: Teknik
Menganalisis Industri dan Pesaing, Terjemahan. Tangerang: Karisma
Publishing Group
7.
Wahyudi,
A.S., 1996. Manajemen Stratejik:
Pengantar Proses Berpikir Stratejik. Jakarta: Binarupa Aksara
Post a Comment for "TAKTIK PEMASARAN PRODUK WISATA"