Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MANAJEMEN PEMASARAN PRODUK WISATA

1.    Pengantar

Kita sudah mempelajari perihal manajemen wisatawan dan manajemen produk wisata. Sekarang kita mempelajari dan mendalami tentang manajemen pemasaran produk wisata. Ke-3 hal manajemen di bidang pariwisata ini, merupakan tugas utama sumber daya manusia (SDM) yang ditugaskan pada bidang pariwisata. Sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di bidang pariwisata harus mendalami betul, mampu mendisain, dan memasarkannya untuk mendatangkan wisatawan di daerahnya. Bagaimana mendatangkan wisatawan di daerahnya? Lakukanlah kegiatan pemasaran atas berbagai produk wisata yang dimiliki, termasuk berbagai fasilitas yang tersedia untuk memudahkan dan melancarkan kunjungan wisatawan di destinasi wisata yang dituju.

 

Ukuran kinerja dari SDM yang membidangi pariwisata, dapat diketahui dari jumlah wisatawan yang sudah berkunjung pada produk wisata di daerahnya. Produk wisata tidak hanya menggambarkan objek wisata semata, tetapi berhubungan dengan serangkaian berbagai jasa pelayanan yang digunakan oleh wisatawan selama melakukan kunjungan di destinasi wisata. Oleh karena itu, SDM di bidang ini harus bertindak sebagai marketer dan menguasainya, sekaligus mempunyai jiwa wirausaha di bidang ini, sehingga pariwisata dapat menjadi lokomotif pembangunan di daerahnya.

 

2.    Manajemen

Perlu diketahui bahwa keberhasilan dalam menangani berbagai tugas dalam suatu pekerjaan/jabatan yang dipercaya oleh seorang Pemimpin, sangat ditentukan oleh profesi sumber daya manusia (SDM), yaitu profesi manajemen. Profesi manajemen merupakan keahlian seseorang di dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di area jabatan yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai seorang Pemimpin harus bertindak profesional di dalam menjalankan manajemen sebuah organisasi. Abeng (2006) menjelaskan kepada kita bahwa manajemen itu merupakan sebuah proses untuk mendapatkan hasil, melalui dan bersama-sama dengan orang lain. Pengertian lain tentang manajemen dipertegas oleh Frinces (2008), bahwa manajemen merupakan seni mempengaruhi orang lain dan melakukan rekayasa proses berbagai fungsi manajemen, terhadap usaha anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 

Bagaimana gambaran pelaksanaan manajemen pada sebuah organisasi? Pelaksanaannya dapat dijabarkan ke dalam 4 (empat) fungsi manajemen, yaitu: a. Perencanaan; b. Pengorganisasian; c. Pemimpinan; dan d. Pengendalian (Abeng, 2006). Perencanaan berkaitan dengan manajemen perencanaan. Pengorganisasian berkaitan dengan manajemen organisasi. Pemimpinan berkaitan dengan manajemen kepemimpinan, pengendalian berkaitan dengan manajemen pengendalian. Semua fungsi-fungsi manajemen di atas harus dikomunikasikan kepada seluruh SDM organisasi, supaya dapat mewujudkan tujuan organisasi. Inilah yang harus dipraktikkan oleh insan yang dipercaya dalam suatu jabatan, apapun tingkatan jabatan yang sedang diemban sekarang ini.

 

Untuk mengetahui pelaksanaan perencanaan, beberapa kegiatan yang harus dikerjakan oleh Pemimpin, yaitu a. Membuat prakiraan; b. Menetapkan tujuan/sasaran; c. Menyusun strategi; d. Membuat penugasan; e. Menyusun penjadwalan; f. Menyusun anggaran; g. Membuat kebijakan; dan h. Membuat prosedur (Abeng (2006). Setelah merumuskan perencanaan, maka langkah selanjutnya yaitu membuat struktur organisasi untuk menjalankan perencanaan strategi tersebut dalam 3-5 tahun ke depan. Pengorganisasian yaitu tindakan mengatur dan menjalankan aktivitas organisasi, sehingga dapat dilaksanakan secara efektif. Untuk menjalankan pengorganisasian pada sebuah organisasi diperlukan beberapa kegiatan yaitu: a. Mengidentifikasi kegiatan utama yang diperlukan organisasi (defining work); b. Mendesain struktur organisasi (grouping work); c. Mengalokasikan kegiatan organisasi, sehingga orang-orang dapat berhasil (assigning work); dan d. Memadukan antar pekerjaan, agar proses kerja organisasi berjalan dengan baik (integrating work).

 

Kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang Pemimpin dalam sebuah organisasi seperti yang diutarakan Abeng (2006), yaitu a. Memotivasi; b. Berkomunikasi; c. Mengambil Keputusan; d. Mengembangkan SDM; dan e. Memilih SDM. Untuk mendukung kegiatan ini, seorang Pemimpin memiliki fungsi kepemimpinan seperti: a. Memandu; b. Menuntun; c. Membimbing; d. Membangun; e. Memberi atau membangunkan motivasi kerja; f. Mengemudikan organisasi dan menjaring jaringan komunikasi; dan g. Membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan (Setiabudi, 2012). Pengendalian merupakan sebuah upaya untuk mengatur pekerjaan yang sedang berjalan sekaligus mengevaluasi hasilnya. Pengendalian yang dilakukan tentu berdasarkan perencanaan yang sudah dirumuskan sebelumnya. Adapun kegiatan dalam pengendalian, yaitu: a. Menetapkan standar kinerja; b. Pengukuran kinerja; c. Evaluasi kinerja; dan d. Koreksi dan perbaikan kinerja.

 

3.    Pemasaran

Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok, mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Artinya, pemasaran menurut Kotler (2006) merupakan ilmu dan seni menjelajah, menciptakan, dan menyampaikan nilai-nilai untuk memuaskan kebutuhan pasar sasaran (target market) demi laba.

 

Pada pengertian pemasaran di atas, dapat diketahui bahwa pemasaran itu, adalah: 1. Mencaritahu kebutuhan dan keinginan pengguna produk yang belum terpenuhi; 2. Mencaritahu dan mengukur serta menghitung ukuran pasar dan potensi laba; 3. Menunjukkan segmen pasar yang dapat dilayani; dan 4. Merancang dan meningkatkan produk barang/jasa yang tepat. Dengan demikian, pemasaran merupakan sebuah konsep bisnis yang stratejik, sekaligus sebagai jiwa dari sebuah organisasi usaha yang melakukan kegiatan bertransaksi dengan pasar (masyarakat). Oleh karena itu Tjiptono (2008) mengatakan bahwa pemasaran telah menjelma menjadi filosofi dan cara berbisnis yang berorientasi pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen (pengguna produk) secara efektif, efisien, dan etis sedemikian rupa, sehingga lebih unggul dibandingkan dengan pesaing, dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara umum.

 

Kemajuan yang terus berkembang pada masa sekarang, pemasaran telah mengalami perkembangan yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dari: a. Lingkungan; b. Persaingan; c. Customer (pengguna produk); dan d. Company (perusahaan). Kartajaya (2000) mengatakan, untuk bisa bersaing perlu berpikir strategis.  Pemikiran yang strategis ini akan bisa dilakukan dengan memahami marketing. Pemahaman marketing (pemasaran) secara komprehensif, dimulai dari pemahaman mengenai ”arsitek pemasaran” yang dikemukakan oleh Kartajaya, (2002) yang terdiri dari: a. Strategi pemasaran yang meliputi Segmentation, Targeting, dan Positioning (STP); b. Taktik pemasaran yang meliputi Differentiation, Marketing Mix, dan Selling (DMS); dan c. Value pemasaran yang meliputi Brand, Service, dan Process (BSP).

 

Untuk lebih terarah dan terfokus pada marketing, sangat diperlukan arsitektur bisnis dari perspektif marketing. Adapun rancangan dan arsitektur bisnis dari perspektif marketing meliputi strategi pemasaran (mind share), taktik pemasaran (market share), dan value  pemasaran (heart share).

 

Strategi pemasaran merupakan satu set rangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah organisasi harus beroperasi untuk mencapai tujuannya. Tujuan organisasi di sini adalah untuk merebut persepsi konsumen (pengguna produk), sehingga mampu memenangkan pikiran konsumen (mind share).

 

Taktik pemasaran merupakan satu set rangkaian alat-alat atau program-program pelaksanaan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan pemasaran. Tujuan organisasi di sini adalah untuk merebut pasar konsumen sehingga mampu memenangkan pasar (market share), sedang value pemasaran merupakan satu set rangkaian value dari berbagai sumberdaya yang dimiliki suatu organisasi untuk menambah manfaat emosional bagi konsumen. Tujuan organisasi di sini adalah untuk merebut hati konsumen sehingga mampu memenangkan hati konsumen (heart share).

 

Pengertian pemasaran memang sangat bervariasi. Pemberi pengertian pemasaran mengikuti perspektif dari pemberi arti pemasaran tersebut. Contohnya seperti yang disampaikan Stanton (1978), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan organisasi (usaha) yang ditujukan untuk: a. Merencanakan; b. Menentukan harga; c. Mempromosikan; dan d. Mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun kepada pembeli potensial. Dengan demikian, Kegiatan pemasaran merupakan suatu kegiatan yang memiliki sistem, dimana suatu organisasi: a. Melakukan identifikasi atas kebutuhan-kebutuhan pengguna produk; b. Melaksanakan produksi; c. Menentukan harga; dan d. Mendistribusikannya hingga sampai ke tangan pembeli akhir.

 

Hal yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia itu sendiri. Setelah adanya kebutuhan, timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Disinilah peran pebisnis, berusaha mencoba menyediakan produk dan jasa yang dapat memuaskan keinginan manusia. Keinginan manusia, bisa dikatakan hampir tanpa batas, namun sebuah keinginan harus didukung oleh kemampuan daya beli. Dukungan daya beli inilah yang membuat keinginan menjadi suatu permintaan. Seorang pemasar (marketer) melakukan upaya-upaya untuk mengerti dan memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan customer. Marketer melakukan riset customer, melakukan analisis pada kebutuhan-kebutuhan customer, mengamati customer menggunakan produk dan jasa, melakukan wawancara dengan customer, dan lain sebagainya.

 

Berdasarkan aktivitas seorang customer (pengguna produk), hal-hal yang bisa dipertanyakan dalam pemasaran antara lain: a. Apakah customer akan membeli produk kita?; b. Apa manfaat yang dinginkan customer?; c. Apakah kita memberikan nilai kepada customer? Pada dasarnya pemasaran menjalankan fungsi komunikasi secara persuasif dan mengharapkan terjadinya transaksi sebagai tujuan akhir. Oleh karena itu, pemasaran menyatakan bahwa pertukaran itu meliputi kegiatan-kegiatan yang menggunakan produk, jasa, ide, dan orang.

 

Apabila produk yang ditawarkan kepada pihak lain kurang bernilai atau kurang berkualitas, maka dengan sendirinya para penawar atau manajemen organisasi tidak akan mendapatkan apa yang mereka harapkan yaitu kelangsungan kehidupan dari organisasi yang diusahakan. Berdasarkan keadaan tersebut, Forsyth (1997), mengatakan bahwa dalam suatu usaha apa pun, baik yang memproduksi barang maupun yang memproduksi jasa, pemasaran merupakan:

a.    Suatu konsep, yakni cara pandang terhadap usaha yang bersangkutan melalui kacamata customer (pengguna produk) dan memastikan bahwa keuntungan dapat diperoleh dengan memberikan nilai kepada pengguna produk.

b.   Suatu fungsi, yakni fungsi manajemen total yang mengkoordinasikan pendekatan di atas, dengan mengantisipasi tuntutan pengguna produk, mengidentifikasi dan memuaskan kebutuhan mereka melalui penyediaan produk atau jasa yang tepat dengan harga, waktu, dan tempat yang tepat.

c.     Serangkaian teknik, yang memungkinkan proses tersebut terjadi, termasuk pemasangan iklan dan kegiatan promosi, penjualan, riset pasar, penentuan harga dan sebagainya.

 

Uraian di atas memberikan gambaran yang sangat mendalam mengenai arti pemasaran. Apabila pengertian tersebut dihubungkan dengan yang dikemukakan Kotler, maka baik penjual maupun pembeli akan mendapatkan suatu nilai yang memberikan tingkat kepuasan tertentu kepada kedua belah pihak.

 

Kotler mengatakan bahwa pemasaran is satisfying needs profitably, artinya bagaimana memuaskan kebutuhan pengguna produk secara menguntungkan. Setiap produk yang memiliki nilai dan ditawarkan kepada pengguna produk, serta dapat memuaskan kebutuhannya, maka akan mendapatkan profit. Dalam hal ini ada suatu pemahaman bahwa organisasi akan mendapatkan profit apabila memahami kebutuhan-kebutuhan pengguna produk dan memproduksinya serta hasil produksinya dapat memberi nilai bagi pengguna produk. Kalau ada sebuah organisasi yang berorientasi pada keuntungan semata, tanpa memikirkan kepuasan pengguna produk, maka usaha yang dilakukan tidak bisa langgeng, karena kalau ada organisasi lain yang bisa memberikan pelayanan yang jauh lebih memuaskan, pengguna produk pasti lari. Karena itu kata-kata satisfying ada di depan (Kartajaya, 2000).

 

4.    Manajemen pemasaran produk wisata

Manajemen pemasaran berkaitan erat dengan kegiatan: a. Mmencaritahu keinginan dan kebutuhan wisatawan; b. Mencaritahu dan mengukur besarnya pasar wisatawan; c. Memilih segmen pasar wisatawan; dan d. Merancang serta meningkatkan tampilan produk wisata yang tepat daya tariknya kepada wisatawan. Nah . . untuk menambah wawasan perihal manajemen pemasaran, mari kita renungkan pendapat Kotler (2000), bahwa manajemen pemasaran itu adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan-barang-jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

 

Perencanaan dan pelaksanaan pemasaran sangat berkaitan dengan penyediaan produk yang memiliki daya manfaat (DM), daya beda (DB), dan daya tarik (DT), penyediaan sumber daya manusia yang kompeten di organisasi itu, serta dukungan teknologi yang mendukung kualitas dan pengembangan produk. Penetapan harga, pelaksanaan promosi serta penentuan distribusi yang tepat, merupakan domain yang dibutuhkan dalam memanajemeni pemasaran.

 

Untuk menangani manajemen pemasaran pada sebuah organisasi perlu merumuskan dan menjalankan strategi pemasaran (STP), taktik pemasaran (DMS), dan value pemasaran (BSP). Pada strategi pemasaran kita mesti punya customer knowledge dalam mengupayakan kemenangan dalam mind share, yaitu STP. Untuk taktik pemasaran kita harus punya competitor knowledge dalam upaya untuk memenangkan market share, yaitu DMS, sedang value pemasaran yang dirancang untuk memenangkan heart share, yaitu BSP. 

 

Berdasarkan penuturan di atas, proses manajemen pemasaran akan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Hal ini sesuai yang dikemukakan Stanton (1978) bahwa marketing management is the marketing concept in action. Definisi ini memberikan penekanan bahwa:

a.    Kegiatan pemasaran pada suatu organisasi harus dikelola dengan sebaik-baiknya

b.    Manajer pemasaran harus memainkan peranan penting dalam fungsi manajemen yang utama yaitu perencanaan organisasi

 

Dengan demikian, manajemen pemasaran produk seperti produk wisata, harus mengerjakan dan merumuskan STP, DMS, dan BSP. Semua yang dilakukan ini dalam upaya memanajemeni pemasaran produk wisata berdasarkan keinginan dan kebutuhan wisatawan, yang berdampak pada pembangunan dan pengembangan produk wisata menurut peruntukkannya. Kalau untuk konsumsi Wisman seperti wisatawan dari Australia, maka produk wisata yang harus dipoles dan dipenuhi kebutuhannya di bidang produk wisata pantai. Demikian juga produk wisata untuk konsumsi Wisman dari negara lain, harus dibangun dan dikembangkan sedemikian rupa menurut hasil riset pada negara asal wisatawan.

 

Apabila sasaran produk wisata kita diperuntukkan pada Wisnus, maka produk wisata harus dipoles dan dikembangkan menurut karakter dari Wisnus. Bagaimana gambaran karakter Wisnus? Karakter Wisnus, antara lain: Ingin melihat keunikan produk wisata daerah lain, suka belanja, suka selfie/swafoto, suka transportasi dan akomodasi seadanya, suka kuliner khas daerah, dan menuntut pelayanan maksimal.

Mengenai peran guide/Humas pariwisata, diharapkan dapat berperan untuk menjelaskan berbagai informasi tentang objek dan daya tarik wisata, menggambarkan keramahan penduduk kepada tamu, mengerti budaya wisatawan, pelayanan yang diberikan profesional, dan mampu berkomunikasi dengan baik.

 

Sebagai kunci dalam melaksanakan manajemen pemasaran produk wisata, harus merumuskan dan menangani strategi pemasaran (STP), taktik pemasaran (DMS), dan value pemasaran (BSP). Semua yang dilakukan ini harus didukung informasi perihal kebutuhan-kebutuhan wisatawan, seperti: 1. Produk wisata yang dimiliki; 2. Transportasi yang dibutuhkan wisatawan; 3. Akomodasi yang diinginkan wisatawan; 4. Jenis kuliner khas daerah; 5. Keramahan masyarakat setempat; 6. Kenyamanan wisatawan; 6. Pemandu wisata yang handal; dan 7. Oleh-oleh yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan yang menggambarkan khas daerah.

 

Dengan demikian, penanganan manajemen pemasaran bersifat over-all (secara menyeluruh) dengan motto wisatawan adalah “Raja”. Kalau kita bisa menangani perihal wisatawan, produk wisata, dan pemasaran dengan baik, bisa dipastikan bahwa akan banyak mendatangkan Wisman dan Wisnus di daerah kita. Kehadiran dan kepuasan wisatawan yang berkunjung di destinasi wisata di daerah, tentu akan berdampak pada tumbuhnya jiwa wirausaha pada warga masyarakat (UMKM) untuk memenuhi berbagai kebutuhan para wisatawan. Kata penutup, yang dibutuhkan SDM adalah “Menangani pariwisata dengan baik untuk mendatangkan para wisatawan”.

   

Daftar Pustaka

1.  Abeng, T., 2006. Profesi Manajemen: Kristalisasi Teori dan Praktik Pembelajaran Manajemen Korporasi, Lembaga Nirlaba, dan Pemerintahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

2.     Forsyth, P., (1997). Marketing Proffesional Services. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

3.     Frinces, Z.H., 2008. Manajemen: Konsep Membangun Sukses. Yogyakarta: Mida Pustaka

4.     Kartajaya, H., (2000), Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan Global, Cetakan Kelima, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

5.     Kartajaya, H., (2002), Hermawan Kartajaya on Marketing, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

6.     Kotler, P., 2000. Marketing Management. New Jersey: Prentice-Hall, Inc

7.     Kotler, P., 2006. According to Kotler. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

8.     Setiabudi, Y., 2012. Dahlan Iskan: From Zero to Hero. Yogyakarta: Buku Pintar

9.     Stanton, W.J., (1978). Fundamental of Marketing. New York: McGraw Hill

10.   Tjiptono, F., (2008), Pemasaran Strategik, Edisi I, Yogyakarta: Andi

 


Post a Comment for "MANAJEMEN PEMASARAN PRODUK WISATA"