MEMBANGUN FONDASI KEPEMIMPINAN
IMANI”Ya’ahowu”
merupakan komunitas dari para mahasiswa/mahasiswi yang menimba ilmu di berbagai
program studi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Komunitas ini semuanya beranggotakan
mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari Kepulauan Nias.
Pada
tahun ajaran 2013/2014 yang lalu, anggota IMANI”Ya’ahowu” Jogja bertambah,
karena ada beberapa mahasiswa baru yang lulus seleksi mahasiswa baru di
Universitas Atma Jaya. Untuk itu Pengurus IMANI”Ya’ahowu” mengadakan pelatihan
kepemimpinan dan kepribadian mahasiswa di Kaliurang, Yogyakarta. Selain
pelatihan, juga melaksanakan pemilihan pengurus baru sekaligus merayakan ulang
tahun IMANI”Ya’ahowu” yang pertama. Saya mengucapkan selamat kepada komunitas
IMANI”Ya’ahowu” Universitas Atma Jaya Yogyakarta atas program kegiatan ini.
Pada
tanggal 26 Oktober 2013 yang lalu, komunitas IMANI”Ya’ahowu” yang dipimpin
Saudara FinNsen Mendrofa (sekarang sudah lulus dari Fakultas Hukum, bahkan
sudah bergelar Doktor ilmu hukum) bersama anggota-anggota komunitas itu, sangat
serius mendengarkan pemaparan tentang ‘Membangun Fondasi Kepemimpinan’. Hal-hal
yang dipaparkan sebagai materi diskusi seperti yang akan dijelaskan berikut
ini.
Untuk mengawali pemaparan materi
diskusi, dimulai dengan sebuah renungan bagi peserta bahwa ’perubahan tidak akan datang pada diri Anda jika Anda hanya menunggu’
dan ’jika Anda berjalan di
jalan yang benar dan Anda bersedia untuk terus berjalan, akhirnya Anda akan membuat
kemajuan’. Perjalanan hidup ini harus terus dijalankan, dan terus
berusaha berjalan pada jalan yang membawa kebaikan dalam hidup. Tentu sebagai
mahasiswa pasti ada rasa ingin berhasil yang sering disebut sukses telah
digapai, lulus dari perguruan tinggi dengan predikat cum laude. Nah . . untuk
mewujudkan kata ‘berhasil’ itu, mulailah dengan hal-hal yang perlu Anda lakukan
dalam 3 (tiga) hal yaitu: 1. Masuk menjadi anggota organisasi; 2. Tancapkan
fondasi kepemimpinan; dan 3. Renggut profesi manajemen.
Kepemimpinan
itu terkait dengan kualitas yang bersifat menyeluruh dan organisatoris. Karena
itu, kepemimpinan tidak hanya menyangkut kemampuan membangun Visi dan Karakter
individu untuk memimpin, tetapi harus didukung taktik membangun proses
(Pariangu, 2015). Kepemimpinan itu merupakan proses mempengaruhi atau memberi
contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena
itu, sebagai Pemimpin (kualitas individu) harus bisa doing things right serta berupaya menggabungkan Kompetensi Manajemen
dan Kepemimpinan. Untuk mendapatkan sebuah keberhasilan, Pemimpin harus berupaya
keras untuk memperlihatkan beberapa model, seperti: 1. Memberi contoh; 2.
Memiliki sikap konsisten; 3. Mempunyai integritas; dan 4. Jujur. Hal ini
disampaikan Herry Zudianto, Walikota Yogyakarta pada waktu mau mengakhiri
tugasnya, setelah menjabat Walikota Yogyakarta selama 2 (dua) periode yaitu
2001-2012.
Untuk
itu Abeng (2006) mengemukakan bahwa Pemimpinan itu memiliki beberapa tugas
pokok, meliputi: 1. Memotivasi, 2. Berkomunikasi; 3. Mengambil keputusan; 4.
Mengembangkan sumber daya manusia (SDM); dan 5. Memilih SDM. Bila tugas ini
bisa diemban dan dilakukan oleh seorang Pemimpin, niscaya organisasi yang
dipimpin menjadi berhasil. Banyak orang yang ingin jadi Pemimpin tetapi kurang
mengetahui fungsi seorang Pemimpin. Oleh karena itu, Setiabudi (2012)
mengemukakan bahwa fungsi seorang Pemimpin itu banyak, antara lain: 1. Memandu;
2. Menuntun; 3. Membimbing; 4. Membangun; 5. Memberi atau membangunkan motivasi
kerja; 6. Mengemudikan organisasi
dan menjaring jaringan komunikasi; dan 7. Membawa pengikutnya kepada sasaran
yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Melalui pelaksanaan
fungsi-fungsi di atas, Setiabudi memberikan penekanan lagi bahwa seorang Pemimpin
yang mau berhasil dalam kepemimpinannya hendaknya memiliki keahlian dalam hal sebagai penentu arah, agen perubahan, juru
bicara, dan pelatih.
Menuju
pada predikat Pemimpin yang disebut ‘ahli’, tentu tidak datang dengan
tiba-tiba. Tentu tidak datang dengan hanya mempraktekkan ATP yaitu amati, tiru,
dan plek (istilah Profesor Rhenald Kasali-Dosen UI). Tentu tidak datang dengan cara
trial_and_error atau hanya
mencoba-coba. Semua itu akan terjadi atau akan bisa menjadi Pemimpin sejati melalui
‘sebuah proses’. Kita sekarang menjadi seorang yang dewasa setelah melalui
proses mulai dari seorang bayi mungil, proses merangkak dan belajar berjalan,
proses sebagai remaja, pemuda dan dewasa. Proses selanjutnya yaitu menjadi
seorang yang lanjut usia (Lansia), dan akhirnya . . . . (Anda sudah mengertilah
hehehe).
Demikian
juga dalam hal kepemimpinan, perlu menjalani suatu proses. Mari merenung
perihal cerita beberapa orang yang bisa dijadikan sebagai inspirator kita dalam
upaya mencapai julukan seorang pemimpin. Mari kita lihat spirit perjuangan
seorang Soekarno, antara lain: 1.
Memiliki tokoh inspirator; 2. Nasionalisme (berjuang sampai titik darah
penghabisan); 3. Menjadi Presiden RI; dan 4. Gaya kepemimpinan (berani) tanpa
membedakan. Untuk memperkuat fondasi spirit perjuangannya, Soekarno muda
membangun proses dengan berusaha: 1. Meraih knowledge
(Ir,DR-HC); 2. Fokus berjuang untuk merdeka; dan 3. Berperang dengan senjata
yang dimiliki (seperti berani tampil, orator ulung, bekerjasama dengan sesama
pejuang, dan lain-lain).
Tokoh
lain yang ditampilkan dan menjadi inspirator kita yang kedua yaitu Tanri Abeng. Spirit perjuangan Beliau,
yaitu: 1. Pekerja keras-jujur (usia 10 tahun yatim piatu); 2. Berani mengambil
tantangan dalam bekerja; 3. Menjadi chief
executive officer (CEO) di perusahaan besar (terkenal dengan sebutan Manajer
1 milyar); 4. Menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik
Indonesia (RI); dan 5. Gaya kepemimpinan: ‘amanat’ – memberikan manfaat bagi
pihak lain. Untuk memperkuat fondasi spirit perjuangannya, Tanri Abeng muda
membangun proses dengan berusaha: 1. Meraih knowledge
(MBA dan Dr.); 2. Fokus kepemimpinan dan manajemen; dan 3. Berperang dengan
senjata yang dimiliki (tekun, berani berpendapat, mampu menggunakan ilmu yang
sudah dimiliki, dan lain-lain).
Tokoh
yang ketiga yang dapat menjadi inspirator kita, yaitu Dahlan Iskan. Spirit perjuangan Beliau, yaitu: 1. Pekerja
keras-jujur (keluarganya miskin); 2. Wartawan; 3. Pengusaha media (koran,
majalah, dan Televisi); 4. Menjadi Direktur Utama PLN; 5. Menjadi Menteri BUMN
RI; dan 6. Gaya kepemimpinan: spontan (terbuka) dan cepat tanggap. Untuk
memperkuat fondasi spirit perjuangannya, Dahlan Iskan muda membangun proses
dengan berusaha: 1. Meraih knowledge
(SMA, DR-HC, Prof. tamu); 2. Fokus wartawan, kepemimpinan dan manajemen; dan 3.
Berperang dengan senjata yang dimiliki (menulis yang dikerjakan, motto
hidupnya: kerja, kerja, kerja, dan lain-lain).
Tokoh
keempat yang dimunculkan dan dapat menjadi inspirator kita, yaitu Joko Widodo (Jokowi). Spirit perjuangan
Jokowi, antara lain: 1. Pekerja keras-jujur (anak tukang kayu-miskin); 2. Mengojek
payung dan membantu ibu-ibu membawa belanjaan; 3. Pengusaha mebel; 4. Menjadi
Walikota Solo; 5. Menjadi Gubernur DKI Jakarta; 6. Menjadi Presiden RI; dan 7.
Gaya kepemimpinan: blusukan (silaturahmi mendadak=Sidak). Untuk memperkuat
fondasi spirit perjuangannya, Jokowi muda membangun proses dengan berusaha: 1. Meraih
knowledge (Ir); 2. Fokus pemasaran
dan manajemen; dan 3. Berperang dengan senjata yang dimiliki (sangat peduli
pada nasib orang kurang mampu, low
profile, dan lain-lain).
Tokoh
terakhir yang ditampilkan atau yang kelima, yaitu Barack Hussein Obama. Spirit perjuangan Obama, antara lain: 1.
Pekerja keras pantang menyerah; 2. Aktif pada komunitas pekerja sukarela
(sosial); 3. Menjadi Senator; 4. Menjadi Presiden Amerika Serikat; dan 5. Gaya
kepemimpinan: demokratis (offer change,
listening feedback, communication skill). Untuk memperkuat
fondasi spirit perjuangannya, Barack Obama muda membangun proses dengan
berusaha: 1. Meraih knowledge (master
hukum); 2. Fokus hukum dan manajemen (pengacara); 3. Memiliki sikap bahwa ‘kita
bisa’; dan 4. Berperang dengan senjata yang dimiliki (orator ulung, peduli pada
masyarakat, dan lain-lain).
Beberapa
tokoh yang ditampilkan tadi, baru sebagian kecil dari tokoh-tokoh yang dapat dan
mampu menginspirasi kita dalam bertindak sebagai calon Pemimpin masa depan. Barangkali
masih ada tokoh lain yang bisa menjadi idola Anda, tapi belum sempat disebutkan
di sini. Untuk itu kepada calon-calon Pemimpin masa depan, akan diberikan
beberapa rekomendasi, antara lain: 1. Belajar keras untuk menimba ilmu sesuai
jurusan Anda sekarang; 2. Belajar berorganisasi untuk mengetahui benih
kepemimpinan Anda; 3. Belajar menghargai waktu dan pendapat orang lain; 4. Belajar
pada lingkungan baru Anda; 5. Belajar, belajar, dan belajar untuk mendapatkan
derajat kelulusan ‘Cumlaude’; 6. Bangun jiwa kepemimpinan Anda; 7. Bangun jiwa
kewirausahaan Anda; dan 8. Bangun jiwa pemasaran Anda. Sukses akan menyertai
Anda dengan JULU (jujur dan lurus).
Daftar Pustaka
1. Abeng,
T., 2006. Profesi Manajemen: Kristalisasi Teori dan Praktik Pembelajaran
Manajemen Korporasi, Lembaga Nirlaba, dan Pemerintahan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
2. Pariangu, U.T.W., 2015. Intrik Panas Politik Reshuffle. Jawa Pos, Edisi 3
Juli. Surabaya:
PT Jawa Pos Koran.
3. Setiabudi, Y., 2012. Dahlan Iskan From Zero to Hero. Yogyakarta: Buku
Pintar
4. Zudianto,
H., 2011. Hal-hal yang telah dilakukan selama menjadi Walikota Yogyakarta, Jawa
Pos. Surabaya: PT Jawa Pos Koran
Post a Comment for "MEMBANGUN FONDASI KEPEMIMPINAN"