Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KEWIRAUSAHAAN TINGKATKAN SUMBER EKONOMI

1.      Pengantar

Pada setiap bulan September, tepatnya tanggal 27 September setiap tahun, kita selalu memeringati ‘Hari Pariwisata Sedunia’. Menurut Dewa Gde, Dosen Universitas Ciputra, Surabaya, pembangunan dan pengembangan pariwisata menunggu sentuhan entrepreneurship. Pertanyaan yang menarik adalah mengapa pada pembangunan dan pengembangan pariwisata membutuhkan sentuhan entrepreneurship? Apa itu entrepreneurship dan bagaimana entrepreneurship bekerja?

Pada waktu Presiden SBY berbicara di depan forum Kadin tahun 1996, Beliau mengatakan bahwa Negara yang berhasil menangani krisis adalah negara yang memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki. Artinya, Pemerintah akan mampu mengelola sumber daya itu bila pemerintah berjiwa wirausaha, pengusaha juga berjiwa wirausaha, dan masyarakat mempunyai budaya kewirausahaan. Apabila pemerintah, pengusaha, dan masyarakat memiliki jiwa wirausaha, dapat dipastikan bahwa Negara kita ini cepat mewujudkan mottonya yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Sayangnya, keadilan dan kemakmuran itu kelihatannya masih jauh dari jangkauan, bahkan yang merajalela sekarang adalah korupsi berjamaah. Kapan Indonesia bisa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur? Untuk diketahui bersama bahwa suatu Negara akan menjadi makmur apabila mempunyai entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduk (David McClelland dalam Ciputra, 2008). Tahun 2005 Negara Singapura memiliki entrepreneur 7,2% dari total penduduk, tahun 1983 (jumlah penduduk 280 juta) Negara Amerika memiliki entrepreneur 2,14% dari total penduduknya, sedang pada tahun 2010 sudah mencapai 12%. Bagaimana dengan Negara Indonesia? Tahun 2008 (jumlah penduduk 220 juta) negara Indonesia hanya memiliki entrepreneur 0,18% dari populasi penduduk. Tahun 2019 jumlah penduduk Indonesia sudah naik menjadi 267 juta, dan jumlah wirausaha di Indonesia diperkirakan sekitar 3,1% dari populasi penduduk. Jadi kapan Negara Indonesia bisa lebih makmur lagi?

Prof. Richard Wiseman, dalam bukunya: “The Luck Factor”, mengatakan ada 4 langkah untuk mewujudkan kesuksesan/keberuntungan yaitu: a. Perbanyak menjerat peluang; b. Percaya pada insting kemujuran dan keberuntungan; c. Sikap dan mental harus positif dan optimis; dan d. Ada krisis akan ada peluang. Empat langkah sukses ini sangat berkaitan dengan karakter orang-orang yang berjiwa wirausaha. Seseorang yang merespon terhadap peluang dan mempunyai rasa kebebasan (sense of freedom) baik dalam dirinya maupun dalam organisasi untuk bertindak terhadap peluang yang ada disebut Wirausaha. Karena itu peluang bisnis muncul dari keinginan dan kebutuhan manusia agar hidup mereka lebih nyaman, lebih mudah, dan lebih baik, serta kemiskinan dan kemelaratan bisa dipatahkan dengan menggunakan kecakapan entrepreneurship, dan selanjutnya kesejahteraan dan kelimpahan akan tercipta apabila kita sanggup “mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas” (Ciputra, 2008). Jadi dapat dikatakan bahwa pada kondisi sekarang, kunci kemakmuran adalah wirausaha, dan wirausaha adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan bagi kebaikan dalam kualitas hidup dengan meningkatkan daya beli. Daya beli tercipta dengan tingginya pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari profesi yang ditekuni (Frinces, 2011).

2.      Musuh dari Jiwa Wirausaha

  • Para Kepala Dinas selama ini hanya berkonsentrasi untuk membuat anggaran Dinasnya (Manajemen Anggaran?)
  • Seorang Walikota meminta kepada Kepala Dinas untuk mendesain pengembangan ruang lingkup Dinasnya dalam 3-5 tahun mendatang. Apa yang terjadi, bila Kepala Dinas berujar: siap melaksanakan perintah Bapak Walikota?
  • Menunggu disposisi Atasan
  • Miskin ide perbaikan
  • Tidak dapat membaca peluang

 3.      Kewirausahaan

Menurut Harry Tjan Silalahi, Wirausaha itu adalah seseorang yang selalu waspada, sigap dan tanggap terhadap setiap peluang usaha yang muncul. Pemahaman di atas dipertajam oleh Siswono Yudo Husodo bahwa wirausaha itu tidak hanya dibutuhkan di organisasi bisnis, tetapi dibutuhkan juga di organisasi sosial kemasyarakatan dan pemerintahan.

Zimmerer dan Scharborough dalam Frinces (2008) mengemukakan bahwa kewirausahaan adalah suatu usaha untuk menciptakan nilai lewat pengenalan terhadap peluang bisnis, manajemen mengambil risiko yang cocok dengan peluang yang ada, dan lewat kemampuan komunikasi dan manajemen dalam memobilisasi umat manusia, keuangan dan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk membawa suatu proyek sampai berhasil. Para wirausaha menurut Frinces (2004) akan mengerjakan dan memberikan tentang: a. Produk-produk dan jasa-jasa baru; b. Pekerjaan baru; c. Lingkungan kerja yang kreatif; d. Cara-cara baru melakukan kegiatan bisnis; dan e. Bentuk baru penciptaan bisnis (new business  innovation).

Dengan demikian, konsepsi inti dari kewirausahaan menurut Frinces (2008) adalah: a. Adanya peluang seseorang untuk merubah dirinya agar lebih berpotensi; b. Menciptakan kemampuan untuk mengidentifikasi, mendayagunakan, dan menciptakan peluang bisnis yang menguntungkan; c. Menciptakan kemampuan untuk memobilisasi berbagai sumber daya yang dibutuhkan; d. Menciptakan suatu proses kerja yang efisien, efektif dan produktif; e. Mampu menghasilkan hasil kerja yang mempunyai daya saing yang tinggi; f. Menciptakan nilai-nilai yang kompetitif dengan melakukan perubahan-perubahan; dan g. Adanya kemampuan dalam memperhitungkan dan keberanian dalam mengambil risiko. John Kao, Profesor Harvard Business School yang melakukan penelitian tentang kewirausahaan, menemukan 3 hal, yaitu: a. Opportunity; b. Risk-taking, dan c. Leadership. Artinya, sebagai entrepreneur bisa melihat kesempatan, bukan ancaman dari situasi apa pun. Dia juga bisa menghitung risiko untuk mengambil keputusan mau ’go’ atau tidak. Hal ini dipertegas lagi oleh Ciputra (2008) bahwa kecakapan entrepreneur itu yaitu mencipta peluang, berinovasi, dan mengambil risiko terukur.

Menurut pengalaman Ciputra (2008), terdapat 4 kategori entrepreneur, yaitu: a. Business entrepreneur; b. Government entrepreneur; c. Social entrepreneur; dan d. Academic entrepreneur. Business entrepreneur terbagi menjadi 2 yaitu: a. Owner entrepreneur, para pencipta dan pemilik usaha, seperti Ciputra membuat Ancol Jakarta utara menjadi kawasan wisata yang masuk dalam 5 besar kawasan wisata terbesar di dunia; dan b. Professional entrepreneur/intrapreneur, orang-orang yang memiliki daya wirausaha namun mempraktikkannya di perusahaan milik orang lain. Government entrepreneur, seorang pemimpin yang mengelola dan menumbuhkan negaranya dengan jiwa dan kecakapan wirausaha. Contoh mantan Perdana Menteri Singapura-Lee Kuan Yew. Contoh lain yaitu Bang Ali, membuat Ancol setaraf dengan Disneyland-Amerika. Pendiri organisasi-organisasi sosial kelas dunia yang menghimpun dana masyarakat untuk melaksanakan tugas sosial yang mereka yakini, termasuk dalam social entrepreneur yang merupakan kategori ketiga dari entrepreneur, misalnya Mohammad Yunus dari Grameen Bank. Mengenai academic entrepreneur, menggambarkan akademisi yang mengajar atau mengelola lembaga pendidikan dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan mulia pendidikan. Misalnya Nicholas Negroponte penggagas one child one laptop dari MIT. 

Hal lain yang bisa kita pahami bahwa keberhasilan dari produk jasa pelayanan sebuah rumah sakit untuk menjadi produk jasa pelayanan yang menjadi pilihan utama dari pasien dan calon pasien, ditentukan oleh pelaksanaan dari sebuah profesi seorang manajer yaitu profesi manajemen, yang didukung jiwa kewirausahaan. Sebuah profesi yang perlu dikembangkan oleh manajer di sebuah rumah sakit adalah profesi manajemen. Abeng (2006) mengemukakan bahwa manajemen merupakan sebuah profesi yang memiliki kemampuan dalam hal membuat perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian. Hal yang sama dikemukakan juga oleh Frinces (2008a) bahwa manajemen itu merupakan sebuah tugas, pekerjaan dan profesi, yang harus dikuasai konsep dan aplikasinya secara komprehensif di setiap tingkatan organisasi, dan personal yang profesional. Skill manajemen ini harus dimiliki oleh seorang manajer untuk merencanakan peluang-peluang produk jasa pelayanan di masa depan (jiwa kewirausahaan). Lalu pengorganisasian terhadap perencanaan peluang produk jasa pelayanan tersebut, perlu dilaksanakan dan disesuaikan sehingga unggul dan berhasil. Pemimpinan yang berupaya meraih keberhasilan atas peluang produk jasa pelayanan, biasanya didukung kreativitas dan inovatif, serta pelaksanaan pengendalian, agar rencana terhadap peluang produk jasa pelayanan tersebut betul-betul terarah dan terfokus pada sasaran.

Berdasarkan pemahaman di atas maka beberapa hal yang dapat dikerjakan dan diberikan para wirausaha sesuai bidang bisnisnya, antara lain: a. Produk-produk dan jasa-jasa baru; b. Pekerjaan baru; c. Lingkungan kerja yang kreatif; d. Cara-cara baru melakukan kegiatan bisnis; dan e. Bentuk baru penciptaan bisnis (new business innovation). Hal-hal di atas bisa dikerjakan bila seseorang memiliki karakteristik seorang wirausaha, seperti: a. Kreatif; b. Inovatif; c. Berani mengambil resiko; d. Mau melakukan perubahan; e. Cekatan; f. Berproduksi secara efisien, efektif, dan produktif; g. Cepat dan tepat dalam membuat keputusan; dan h. Mampu menghitung secara cepat dan tepat kemungkinan yang menguntungkan.

Urutan yang pertama dari karakteristik seorang wirausaha dimulai dari kata ‘kreatif’. Mengapa kreatif? Karena kreatif merupakan modal utama untuk melakukan berbagai inovasi, termasuk inovasi bisnis, terus menemukan cara-cara baru dan bentuk baru di dalam pengelolaan organisasi, produksi, dan pemasaran, serta memiliki kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru (the ability to bring something new into existence) pada sebuah organisasi. Menurut Frinces (2011) kemajuan yang diperoleh dari kematangan menumbuhkembangkan kreativitas pada ujungnya akan menghasilkan output dalam berbagai bentuk. Hasil kreativitas tersebut dapat berbentuk: a. Sebuah organisasi baru; b. Pandangan baru tentang pasar; c. Nilai-nilai dan budaya korporat baru; d. Sistem manajemen baru; e. Proses-proses baru manufaktur atau produksi; f. Produk-produk dan jasa-jasa baru; g. Cara-cara baru dalam mengelola sesuatu; h. Cara-cara baru dalam mengambil keputusan; i  Cara-cara baru dalam proses pengambilan keputusan; j. Cara-cara baru dalam menginovasi unit usaha/bisnis; k. Cara baru dalam strategi bisnis; l. Cara baru dalam pemasaran; m. Cara baru dalam sistem pembayaran; n. Cara baru dalam strategi penentuan harga; o. Cara baru di dalam membangun sinergi dan kekuatan; p. Pekerjaan baru; q. Lingkungan kerja yang kreatif; r. Cara-cara baru melakukan kegiatan bisnis; dan s. Bentuk baru penciptaan bisnis. Jadi sesuaikan kreativitas Anda menurut bidang yang sedang Anda tangani pada saat sekarang.

Untuk mewujudkan karakter kreatif, beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain: a. Keterbukaan terhadap pengalaman; b. Perhatian melihat sesuatu dengan cara-cara yang tidak biasa; c. Ingin tahu; d. Menerima dan berdamai dengan lawan yang nampak; e. Mentoleransi hal-hal yang mendua/bermakna ganda; f. Mandiri dalam penilaian, pikiran dan tindakan; g. Memerlukan dan menerima otonomi; h. Percaya diri (self reliance); i. Tidak berada dalam pengawasan dan standar kelompok; j. Bersedia mengambil risiko yang telah diperhitungkan; dan k. Nekat, berkeras hati (persistence). Nah . . organisasi merupakan sarana untuk menumbuhkembangkan kreativitas pada SDM. Langkah-langkah untuk menumbuhkan kreativitas dalam organisasi, yaitu: a. Persiapan (preparation), menyiapkan pikiran dan berpikir kreatif, didik diri Anda untuk kembangkan ide baru; b. Penyelidikan (investigation), lakukan penelitian mendalam untuk menciptakan ide dan konsep baru; c. Transformasi (transformation), kemampuan melihat perbedaan dan kesamaan dengan pihak lain untuk membangun kesuksesan dengan menghindari kegagalan yang dilakukan orang lain; d. Inkubasi (incubation), melakukan sesuatu yang tidak terkait dengan tugas utama dan melakukan yang lain dalam rangka membangun ide baru; e. Penerangan (illumination), penciptaan ide yang inovatif yang datang secara mendadak setelah keluar dari masalah yang sedang dihadapi; f. Verifikasi (verification), pembuktian ide yang akurat dengan melakukan eksperimen, simulasi, tes, dan lain-lain; dan g. Implementasi (implementation), membuat kenyataan atas ide-ide inovatif yang telah ditemukan.

Selanjutnya untuk mendorong suatu kreativitas, beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain: a. Ciptakan suatu keterbukaan; b. Dukung sebuah budaya yang memberikan pengaruh untuk eksperimentasi kreatif; c. Rangsang sikap yang eksperimental; d. Edarkan cerita-cerita keberhasilan; e. Tekankan peran juara; f. Beri peluang kebebasan untuk gagal; g. Tekankan komunikasi efektif di semua tingkat; h. Sediakan sumber daya untuk inisiatif-inisiatif baru; i. Yakinkan bahwa ide-ide baru tidak dapat dengan mudah dibunuh; dan j. Pindahkan birokrasi dari proses alokasi sumber daya, dan lain-lain.

4.      Tugas Mahasiswa (Kelompok)

  • Sebuah rumah sakit di Jogja membaca perubahan lingkungan di Provinsi DIY yaitu banyak yang sudah pensiun dari pekerjaannya dari wilayah tertentu di luar Yogyakarta, ingin menghabiskan masa pensiunnya di kota Jogja. Jelaskan peluang produk pelayanan apa yang akan digagas oleh sebuah rumah sakit untuk memberikan pelayanan berbasis data tersebut di atas!
  • Jelaskan pemahaman lingkungan kerja yang kreatif
  • Pebisnis Salon kecantikan merasa bangga karena pelanggan dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlah pengunjung. Apa yang akan dilakukan Pebisnis tersebut untuk mengembangkan usaha salonnya? Jelaskan!

Daftar Pustaka

1.       Abeng, T., 2006. Profesi Manajemen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

2.       Ciputra, 2008. Quantum Leap. Jakarta, PT Elex Media Komputindo.

3.       Frinces, Z.H., 2004. Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Darussalam.

4.       Frinces, Z.H., 2008. Manajemen Reformasi Birokrasi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Mida Pustaka.

5.       Frinces, Z.H., 2008a. Manajemen: Konsep Membangun sukses. Cetakan Pertama, Yogyakarta: Mida Pustaka.

6.       Frinces, Z.H., 2011. Be An Entrepreneur, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

 

Post a Comment for "KEWIRAUSAHAAN TINGKATKAN SUMBER EKONOMI"