Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGEMBANGAN MANAJER


SETIAP orang yang dipercaya menjadi seorang Pemimpin (manajer puncak), biasanya akan mengangkat beberapa manajer menengah untuk mensukseskan visi dan misi manajer puncak (kalau di rumah sakit disebut Direktur). Nah . . setelah dilantik dan menduduki jabatan tertinggi di rumah sakit, lalu sang Direktur mengangkat dan melantik para manajer di bawahnya, yang disebut manajer menengah. Manajer menengah ini biasanya mereka yang menduduki jabatan kepala bidang, kepala bagian, dan kepala instalasi sebagai jabatan fungsional di rumah sakit. Jabatan ini cukup bergengsi dan banyak tersedia di lingkungan manajemen rumah sakit.

Supaya visi dan misi sang Direktur bisa diwujudkan pencapaiannya, tentu sang Direktur memilih dan mengangkat para manajer yang langsung berada dibawah manajemen sang Direktur. Pengangkatan para manajer ini mestinya dalam upaya sang Direktur bisa mewujudkan tercapainya visi dan misi sang Direktur. Apakah hal ini bisa terwujud? Kenyataannya dalam memilih dan mengangkat para manajer ini, banyak masukan dari berbagai pihak antara lain mungkin pemilik rumah sakit, organisasi karyawan rumah sakit, teman sejawat, dan yang lain, untuk memilih dan mengangkat si A atau si B atau si C dan seterusnya. Masukan yang disampaikan kepada sang Direktur baru ini tentu si pengusul memiliki tujuan khusus yang mungkin sangat berbeda dengan pilihan sang Direktur sendiri.

Mengapa terdapat perbedaan antara sang Direktur dengan pengusul dalam memilih tingkat manajer di rumah sakit? Karena sang Direktur berpikir tentang manajemen rumah sakit dan pencapaiannya menurut visi dan misi sang Direktur, sedang para pengusul berkaitan dengan kepentingan mereka semata. Kondisi inilah yang bisa menyebabkan manajemen rumah sakit banyak mengalami kegagalan, bahkan ada Direktur rumah sakit yang hanya bisa menerima keadaan ini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena ada rasa ewuh pekewuh (merasa tidak enak) kalau ditolak hehehe . . pada akhirnya para manajer yang sudah diangkat ini hanya memikirkan kepentingan pengusul (politik dalam manajemen), dan bukan memikirkan mengenai arah dan fokus dari manajemen rumah sakit, seperti yang sudah dinyatakan dalam visi dan misi rumah sakit. Lebih aneh lagi, sang Direktur masih terikat dengan keahliannya sebagai dokter ahli, sehingga banyak meluangkan waktu untuk memberikan pelayanan di produk jasa pelayanan rumah sakit.

Apabila kita mengamati kondisi yang banyak terjadi di beberapa rumah sakit seperti yang disebutkan di atas, menjadikan manajemen rumah sakit hanya berjalan di tempat atau hanya berjalan sekedarnya saja, tanpa memerhatikan makna dari visi dan misi rumah sakit. Pertanyaan yang bisa disampaikan di sini yaitu apakah kita hanya berpangku tangan melihat kondisi manajemen rumah sakit yang seperti ini? Seharusnya berjalanlah dengan bergerak cepat supaya bisa mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Bekerjalah di bidang manajemen rumah sakit dengan belajar sendiri dan/atau mengangkat Tenaga Ahli Manajemen (TAM) untuk mengingatkan, minimal manajer membuat paper untuk dapat dijadikan bahan pemikiran untuk bergerak di dalam penanganan manajemen rumah sakit yang profesional.

Kalau sang Direktur sudah memiliki fondasi di dalam membangun dan menjalankan manajemen rumah sakit berdasarkan visi dan misi yang sudah dipublikasikan untuk kepentingan manajemen rumah sakit ke depan, maka selanjutnya sang Direktur tinggal menggerakkan para manajer untuk mewujudkan tercapainya visi dan misi rumah sakit. Nah . . sekarang bagaimana menggerakkan para manajer untuk melakukan tugasnya dengan baik?

Mari kita meniru model kerja Jokowi Presiden Republik Indonesia (RI) pada waktu memilih dan mengangkat para Menterinya untuk membantu Presiden dalam mewujudkan visi dan misi Presiden. Apa yang disampaikan Presiden pada waktu melantik para Menterinya? Hai para Menteri, silahkan melaksanakan tugas Menteri di bidangnya berdasarkan visi dan misi Presiden. Demikian halnya bila hal dicontoh oleh sang Direktur rumah sakit pada waktu memilih dan mengangkat para manajernya, hai para manajer silahkan melaksanakan pekerjaannya di bidangnya berdasarkan visi dan misi sang Direktur.

Kalau cara kerja Presiden Jokowi dijadikan model oleh sang Direktur, maka perlu mengumpulkan para manajer yang ada di rumah sakit, untuk mendapatkan informasi dan pengarahan sang Direktur, perihal gambaran dan pelaksanaan visi dan misi sang Direktur menurut bidang yang dipercayakan kepada manajer. Sebagai follow up dari pengarahan sang Direktur ini, maka sang Direktur mewajibkan para manajer untuk menyusun paper sebagai gambaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) manajer, berdasarkan visi dan misi sang Direktur. Nah . . paper ini yang bisa dianalisis oleh sang Direktur untuk mengetahui sejauhmana Tupoksi dapat dijalankan oleh manajer dengan benar dan berhasil.

Apabila Tupoksi manajer tersebut belum dapat dijalankan secara benar serta belum berhasil sesuai harapan sang Direktur, maka diperlukan penambahan knowledge management bagi manajer yang membutuhkan. Knowledge management adalah suatu usaha yang dilakukan oleh Manajemen (sang Direktur) untuk membangkitkan kreasi, komunikasi, dan mengeksploitasi pengetahuan sebagai suatu modal bagi organisasi itu sendiri (Puspitorini, 2012). Untuk melaksanakan hal ini, sang Direktur bisa berkomunikasi kepada manajer untuk menginformasikan hal-hal yang masih perlu diperbaiki oleh manajer tersebut. Seandainya banyak manajer yang masih didorong untuk berusaha dan bekerja lebih keras lagi demi perwujudan tercapainnya visi dan misi sang Direktur, maka diperlukan penambahan pengetahuan manajer dalam bidangnya dan/atau bisa melaksanakan pengembangan wawasan manajer secara bersama-sama.

Pada peningkatan wawasan manajer dalam melaksanakan tugasnya dengan baik serta kinerja manajer semakin meningkat, dapat dilaksanakan oleh sang Direktur dengan menyelenggarakan 3 (tiga) hal, sebagai berikut:

1.    Mengajak dan mewajibkan setiap manajer untuk membuat paper pelaksanaan Tupoksinya pada awal memegang jabatan sebagai seorang manajer

2. Mengajak dan berdiskusi dengan manajer untuk meningkatkan berbagai hal dalam mewujudkan pencapaian visi dan misi sang Direktur di bidang Tupoksinya

3. Memotivasi manajer untuk mengikuti lokakarya agar semakin mendalami bidang Tupoksinya

4. Manajemen rumah sakit melalui manajer sumber daya manusia (SDM) untuk menyelenggarakan in house training (IHT) kepada para manajer dan staf yang dipandang sebagai tangan kanan dari manajer dalam melaksanakan pekerjaan di gugus kerjanya.

Pengembangan manajer ini hendaknya menjadi fokus perhatian dari sang Direktur untuk bisa sukses mewujudkan visi dan misi sang Direktur. Berbagai hal yang mendukung pengembangan manajer seperti yang sudah disebutkan di atas, tentu perlu dipilih mana yang tepat guna bagi manajer demi keberhasilan manajer dalam memanajemeni gugus kerja yang dipercayakan kepadanya.

Manajer yang sudah dilantik oleh sang Direktur, mestinya dengan gembira melakukan Tupoksinya dengan berusaha menghasilkan kinerja yang sangat baik. Tetapi apabila ada manajer yang cukup sulit untuk mengikuti gelombang kerja sang Direktur, tidak ada salahnya manajer tersebut digeser dengan memilih dan melantik manajer baru, guna mewujudkan keberhasilan pencapaian visi dan misi sang Direktur, sebagai bentuk pertanggungjawaban sang Direktur kepada pemilik rumah sakit.

Berdasarkan gambaran seperti yang sudah disebutkan di atas, sebaiknya sang Direktur memilih dan mengangkat manajer menurut ketentuan dari dirinya sendiri, berdasarkan pelaksanaan salah satu fungsi manajemen dari sang Direktur rumah sakit yaitu sebagai Pemimpinan. Apa yang perlu dilakukan oleh sang Direktur dalam dirinya sebagai Pemimpin rumah sakit? Hal-hal yang dilaksanakan sang Direktur dalam jabatannya tersebut sesuai yang diutarakan Abeng (2006), meliputi: a. Memotivasi; b. Berkomuikasi; c. Mengambil keputusan d. Mengembangkan SDM; dan e. Memilih SDM. Untuk mendukung kegiatan ini, seorang pemimpin memiliki fungsi kepemimpinan seperti: a. Memandu; b. Menuntun; c. Membimbing; d. Membangun; e. Memberi atau membangunkan motivasi kerja; f. Mengemudikan organisasi dan menjaring jaringan komunikasi; dan g. Membawa pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan (Setiabudi, 2012).

Apabila dalam kepemimpinan sang Direktur bisa bertindak secara profesional di bidang manajemen, mestinya kalau banyak menerima usul tentang siapa-siapa yang didudukkan dalam jabatan manajer itu, sebaiknya dipelajari secara mendalam serta disesuaikan dengan visi dan misi yang sudah dipublikasikan kepada pemilik rumah sakit dan masyarakat rumah sakit. Untuk itu masalah siapa yang diputuskan Direktur untuk duduk dalam jabatan manajer di lingkungan manajemen rumah sakit, sebetulnya merupakan hak prerogatif dari sang Direktur. Sang Direkturlah yang harus mengetahui kapabilitas manajer tersebut dalam menjalankan pekerjaannya yang berkualitas, sebagai upaya manajer dalam mewujudkan tercapainya visi dan misi sang Direktur.

Sang Direkturlah yang bertindak sebagai komandan dalam mensukseskan manajemen rumah sakit, untuk itu sang Direktur berkewajiban mengarahkan dan mengembangkan pengetahuan manajer, agar memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaannya dengan baik sesuai harapan sang Direktur. Seyogyanya sang Direktur tidak membiarkan manajer bekerja sendiri menurut kemampuan yang dimiliki, tetapi arahkan dan bimbing manajer dalam upaya ikut mensukseskan program kerja sang Direktur dalam mengisi dan memperkuat tercapainya visi dan misi rumah sakit. Manajerlah yang bisa membantu dan mendukung sang Direktur untuk membangun dan mengembangkan manajemen rumah sakit, karena itu dukunglah manajer untuk mengembangkan diri dalam membangun dan meningkatkan wawasan dan pengetahuannya, agar memiliki kinerja optimal dalam membangun manajemen rumah sakit.

Daftar Pustaka

1.       Puspitorini, I., 2012. True Spirit Dahlan Iskan. Yogyakarta: Kanal Publika.

2.       Abeng, T., 2006. Profesi Manajemen: Kristalisasi Teori dan Praktik Pembelajaran Manajemen Korporasi, Lembaga Nirlaba, dan Pemerintahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

3.       Setiabudi, Y., 2012. Dahlan Iskan: From Zero to Hero. Yogyakarta: Buku Pintar.

 

Post a Comment for "PENGEMBANGAN MANAJER"