Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MANAJEMEN HUTANG RUMAH SAKIT



UNTUK mendapatkan manajemen yang baik pada organisasi, hanya bisa dilakukan oleh seorang Pemimpin yang bertindak profesional dalam bidang Manajemen Organisasi. Artinya, memahami benar mengenai pelaksanaan manajemen di rumah sakit. Tanpa melaksanakan manajemen yang baik pada organisasi rumah sakit, akan memberikan hasil yang hidup segan mati tak mau. Artinya organisasi rumah sakit hanya dijalankan apa adanya atau biasa-biasa saja, yang penting dapat berjalan saja hehehe.

Berdasarkan pemaparan seperti yang diutarakan di atas, perlu didalami lagi mengenai arti dari manajemen itu sendiri. Menurut Abeng (2006) bahwa manajemen itu merupakan proses mendapatkan hasil, melalui dan bersama-sama dengan orang lain. Pendapat lain tentang manajemen dikemukakan juga oleh Frinces (2008), yaitu merupakan seni memengaruhi orang lain, dan melakukan rekayasa proses berbagai fungsi manajemen, terhadap usaha anggota organisasi, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, inilah namanya “Manajemen”. Untuk itu, pelaksanaan manajemen di rumah sakit, sangat bergantung pada kemampuan seorang Direktur untuk menerapkan manajemen itu, di dalam menjalankan berbagai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) pada pekerjaan yang diberikan kepada sumber daya manusia (SDM) dan gugus kerja, yang sudah diberi tanggungjawab untuk menangani pekerjaan di bidangnya dengan hasil baik.

Mengenai fungsi-fungsi dari manajemen itu kita sudah memahaminya, bahkan sudah hafal di luar kepala seperti fungsi perencanaan, yaitu berkaitan dengan manajemen perencanaan, fungsi pengorganisasian, berkaitan dengan manajemen organisasi, fungsi pemimpinan, berkaitan dengan manajemen kepemimpinan, dan fungsi pengendalian, berkaitan dengan manajemen pengendalian (Abeng, 2006). Artinya, semua kegiatan di rumah sakit, perlu direncanakan terlebih dahulu baru dibuat organisasi untuk melaksanakan rencana yang sudah dibuat itu, lalu diatur dan diarahkan oleh seorang Pemimpin, dan terakhir dikendalikan dan dievaluasi sejauhmana hasil yang dapat dicapai dihubungkan dengan perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya.

Semua fungsi-fungsi manajemen itu harus dikomunikasikan kepada seluruh sumber daya manusia (SDM) organisasi, agar organisasi itu dapat mewujudkan tujuan organisasi. Apa tujuan organisasinya? Tentu dapat diketahui melalui rumusan pernyataan dari visi dan misi organisasi. Untuk itu, dalam menjalankan manajemen itu perlu memiliki knowledge management, yang berusaha untuk membangkitkan kreasi, komunikasi, dan mengeksploitasi pengetahuan sebagai suatu modal bagi organisasi itu sendiri (Puspitorini, 2012).

Pada umumnya organisasi yang berhasil, tidak bisa melepaskan diri dari permasalahan hutang, karena hutang itu dapat dipergunakan untuk menambah modal, atau bila membutuhkan hal-hal yang mendesak, bisa melakukan usaha peminjaman di bank. Hanya saja pada waktu melaksanakan manajemen hutang, perlu dilakukan dengan suatu perhitungan yang cermat atau bila melakukan kegiatan hutang “berhati-hatilah”.

Hutang itu sesuatu yang dipinjam oleh sebuah badan usaha yang disebut sebagai debitur. Hutang bisa dilakukan kepada beberapa lembaga yang berwenang meminjamkan uang kepada perseorangan atau pada suatu badan usaha. Nah, rumah sakit sebagai badan usaha bisa menjalankan “manajemen hutang”, kepada:
1.        Bank dengan membuka rekening koran
2.        Bank dengan angsuran setiap bulan
3.        Kerjasama dengan penjual (supplier) obat dan alat medik melalui KSO
4.        Karyawan rumah sakit dengan membuka model SURS
5.        Para dokter rumah sakit dengan kelola bersama (model saham)

Pinjam uang di bank dengan rekening Koran (RK)
Melakukan pinjaman di bank melalui model rekening Koran (RK), biasa dilakukan oleh para pedagang. Mengapa membuka rekening Koran (RK) di bank? Karena akan mendapatkan modal usaha, sehingga usaha dagangnya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Walaupun jualannya kadang laku banyak atau kadang laku sedikit, tetapi bila memesan barang kembali untuk dijual lagi, tidak menjadi masalah, karena sudah ada dana yang tersedia di bank. Teman saya mengatakan bahwa bila bank tidak menyediakan modal saya, tentu usaha dagang saya bisa cepat bangkrut, karena kadang-kadang usaha saya itu omzetnya menurun, atau sebaliknya omzet usaha saya tiba-tiba naik sekali. Yah, barangkali inilah yang disebut seni dalam berusaha, yang suka dukanya datang dengan silih berganti, tetapi dalam hidup ya harus selalu bersemangat dan optimis, serta selalu berkonsentrasi dalam melakukan usaha yang sedang dijalankan hehehe.

Untuk itu manajemen hutang dengan model seperti ini perlu melakukan beberapa hal, sebagai berikut:
1.       Tentukan jumlah hutang maksimal yang disetujui oleh bank dengan jaminan
2.        Silahkan gunakan besarnya dana yang ada di R/K sesuai kebutuhan
3.        Bayar bunga setiap bulan sesuai besaran dana yang sudah digunakan
4.        Isi kembali R/K sesuai pendapatan rumah sakit (RS) sehari-hari
5.        Bisa gunakan dana R/K kembali menurut besar kecilnya kebutuhan

Pinjam uang di bank dengan angsuran setiap bulan
Melakukan pinjaman di bank dengan model ini, biasanya dilakukan orang seperti pada umumnya. Orang melakukan cara peminjaman seperti ini, dengan meminjam uang di bank menurut besarnya jumlah dana yang dibutuhkan. Pada model ini, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
1.        Pinjam uang sejumlah dana yang dibutuhkan dengan menyiapkan jaminan
2.     Membayar angsuran hutang setiap bulan sesuai waktu yang telah disepakati bersama bank
3.      Tentukan waktu lamanya hutang di bank

Untuk mengetahui mampu tidaknya kita mengangsur hutang tersebut setiap bulan, perlu kita mendalami mengenai sebuah konsep yang disebut konsep nilai waktu uang (NWU). Konsep NWU ini memberikan pengertian kepada kita bahwa pada dasarnya ada perbedaan waktu sekarang pada saat investasi dilakukan, dengan masa yang akan datang pada waktu arus kas masuk dan arus kas keluar. Melalui perbedaan waktu mulai saat melakukan investasi dengan waktu yang akan datang, timbullah yang disebut bunga. Menurut Purhantara (2009), bunga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atau diterima dari sejumlah uang yang dipinjam atau dipinjamkan. Karena adanya bunga pada hutang inilah, maka bank berani memberikan hutang kepada siapa saja yang membutuhkan pinjaman, sesuai penilaian bank pada jaminan yang diberikan.

Hal yang perlu diingat pada konsep nilai waktu uang (NWU) ini bahwa apabila menerima uang, lebih baik terima uang Rp.1000 sekarang daripada Rp.1000 di tahun depan atau sebaliknya kalau membayar hutang, lebih baik membayar Rp.1000 di tahun depan daripada membayar Rp.1000 sekarang. Artinya, menerima uang sekarang lebih banyak memberikan manfaat ketimbang menerima uang di kemudian hari.

Apabila kita melakukan peminjaman uang di bank, maka sebaiknya kita memahami mengenai future value (NWU pada waktu yang akan datang). Menurut Haming, dkk. (2003), nilai dari uang atau arus kas yang akan diterima pada akhir periode tertentu di masa yang akan datang yang bertumbuh sebesar tingkat bunga yang diperhitungkan. Pendapat lain mengenai future value dikemukakan oleh Martono dan Harjito (2005), yaitu suatu jumlah yang dicapai dari suatu nilai (uang) tertentu dengan pertumbuhan pembayaran selama periode waktu yang akan datang apabila dimajemukkan dengan suku bunga tertentu.

Untuk mengetahui nilai waktu uang pada waktu yang akan datang, dapat diberikan contoh sebagai berikut: Jika seseorang menyimpan uang di bank sebesar Rp. 1.000.000,-dengan bunga 5% per tahun, lalu berapakah jumlah uang yang akan diterimanya pada akhir tahun ke-5? Untuk menghitungnya bisa menggunakan rumus, yaitu FVn = Po (1+i)n, dengan pengertian seperti di bawah ini: FV = future value (nilai waktu uang pada waktu yang akan datang), Po = jumlah pinjaman atau tabungan pokok, i= tingkat bunga per periode waktu dalam persen, dan n = jangka waktu yang dibutuhkan.

Melalui penggunaan rumus di atas, dapat dihitung jumlah uang yang diterima pada   akhir waktu tertentu (lima tahun), dengan cara sebagai berikut:
              FVn   = Po (1+i)n
              FVn   = 1.000.000 (1 + 0,05)5
              FVn   = 1.000.000 (1,05)5
              FVn   = 1.000.000 (1,2763)
   FV5   = 1.276.300,-
Hitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai simpanan uang atau jumlah pinjaman di bank pada akhir tahun ke-5 sebesar Rp. 1. 276.300,- Bila kita mengetahui jumlah uang yang akan diterima pada waktu 5 (lima) tahun yang akan datang, maka kalau uang tadi berupa pinjaman dapat diangsur sebesar Rp. 255.260 per tahun. Artinya pengembalian uang yang Rp. 1.000.000,- tadi bukan lagi Rp. 200.000,- per tahun tetapi sudah menjadi Rp. 255.260,- per tahun bila uang pinjaman dilakukan selama 5 (lima) tahun lamanya.

Kerjasama dengan penjual (supplier) obat dan alat medik melalui KSO
Melakukan kerjasama dalam bidang usaha tertentu merupakan hal yang wajar saja, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan obat dan alat medik di rumah sakit sesuai pelayanan yang diunggulkan di produk jasa pelayanan rumah sakit. Hal ini dilakukan agar rumah sakit memiliki persediaan obat yang cukup, tersedianya alat medik yang sangat dibutuhkan, sehingga tidak terlalu tertinggal dan/atau terbebani dalam biaya obat dan alat medik rumah sakit.

Untuk supplier (pemasok) obat, biasanya supplier obat akan menjalin kerjasama dengan Manajemen rumah sakit dalam hal pengelolaan tersedianya obat di rumah sakit. Pada pengelolaan tersedianya obat di rumah sakit, bisa dilakukan dengan pembayaran tunai kepada supplier obat, dan/atau dalam bentuk barang konsinyasi. Barang konsinyasi biasanya supplier obat menitipkan barangnya di instalasi farmasi, dan Manajemen rumah sakit akan melakukan pembayaran kepada supplier dalam beberapa bulan ke depan, sebanyak jumlah barang titipan yang sudah laku terjual. Bisa juga Manajemen rumah sakit melakukan kerjasama dengan supplier obat dalam suatu program yang disebut “sistem informasi manajemen (SIM) obat”, yang menggambarkan kondisi persediaan obat di instalasi farmasi. Apabila jumlah persediaan obat di instalasi farmasi rumah sakit, sudah memberikan informasi tentang persediaan obat minimal, maka supplier obat bisa segera mengisi persediaan obat yang seharusnya ada di instalasi farmasi, sehingga instalasi farmasi tidak mengalami kekurangan persediaan obat. Jadi, instalasi farmasi rumah sakit bisa saja melakukan model kerjasama SIM obat ini dengan beberapa supplier obat, menurut kebutuhan pasien-pasien di  rumah sakit.

Untuk alat medik yang diperlukan di rumah sakit tentu perlu cerdas untuk pengadaannya, karena harga alat medik cukup mahal. Karena itu, perlu dilakukan pengadaannya dengan super hati-hati. Jangan sampai pembelian alat medik itu akan menguras pendapatan rumah sakit yang selama ini banyak bersumber dari pasien rumah sakit. Untuk mengatasi pengadaan alat medik yang cukup mahal ini, Manajemen rumah sakit dapat melakukan kerja sama operasional (KSO) dengan supplier alat medik. Pada KSO ini tentu banyak pengalaman yang sudah didapatkan rumah sakit dalam pelayanannya, dengan memiliki alat medik yang dibutuhkan rumah sakit. Oleh karena itu, lakukanlah jalinan kerjasama yang baik antara Manajemen rumah sakit dengan supplier alat medik.

Pada kerjasama melalui KSO ini, memerlukan sebuah perhitungan yang mantap dan mendalam. Manajemen rumah sakit berhitung dengan mendalam mengenai seberapa banyak dokter-dokternya yang menggunakan alat medik tersebut, termasuk seberapa banyak dokter di luar rumah sakit yang menggunakan alat tersebut. Melalui informasi yang akurat ini, dapat diketahui seberapa banyak pasien yang menggunakan alat tersebut dihubungkan dengan manfaat alat tersebut di dalam meningkatkan perannya untuk ikut memberikan tingkat kesembuhan bagi pasien rumah sakit. Contoh seorang pasien yang tiba-tiba pingsan dan tidak sadar, lalu dokter melakukan pemeriksaan awal terhadap pasien. Hasil sementara dari pemeriksaan dokter, pasien ini pingsan karena sedang menderita penyakit gula (diabetes) yang cukup tinggi serta tensi juga sangat tinggi, karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat magnetic resonance imaging (MRI), untuk melihat mengenai kondisi pembuluh darah yang menuju ke otak. Hasil akhir dari pemeriksaan MRI, menunjukkan kondisi pasien aman tidak kena penyakit stroke.

Untuk itu yang perlu diperhatikan pada kegiatan KSO ini, yaitu:
1.        Bekerjasama dengan penyedia alat
2.    Perhatikan pemasukan rumah sakit per bulan didasarkan pada jumlah pasien yang menggunakan alat tersebut setiap bulan
3.        Perhatikan besarnya angsuran per bulan
4.        Perhatikan asuransi alat medik
5.        Perhatikan mengenai force mejor (kejadian diluar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan)

Surat Utang Rumah sakit (SURS)
Kalau pada tingkat Negara disebut Surat Utang Negara (SUN) berupa obligasi. Apabila pada tingkat rumah sakit bisa disebut surat utang rumah sakit (SURS) berupa obligasi kepada para karyawan rumah sakit. Mengenai SURS ini tentu ditawarkan kepada para karyawan rumah sakit, siapa-siapa yang berkenan ikut memberi pinjaman (menanam piutang) kepada rumah sakit. Hal yang perlu diperhatikan pada SURS yaitu:
1.       Perhatikan tingkat bunga di bank
2.     Tentukan besarnya tingkat bunga yang akan diberikan setiap bulan dalam kurun waktu selama 6 bulan, 1 tahun, dan atau 3 tahun
3.      Tentukan waktu pengembalian SURS

Partisipasi karyawan rumah sakit dalam bentuk saham
Apabila membeli alat medik dengan harga yang mahal, bisa juga menawarkan kepemilikan alat medik tersebut kepada karyawan rumah sakit dalam bentuk penanaman saham pada alat medik tersebut. Manajemen rumah sakit bisa menawarkan setiap 1 (satu) lembar saham senilai Rp. 1 (satu) juta rupiah umpamanya (sesuai keputusan Manajemen rumah sakit). Jadi jumlah saham yang diberikan kepada karyawan di rumah sakit tergantung dari jumlah lembar saham yang dimiliki seorang karyawan rumah sakit dan/atau dokter yang bekerja di rumah sakit. Hal yang diperhatikan Manajemen rumah sakit bila kepemilikan alat medik ditawarkan kepada karyawan rumah sakit, antara lain:   
1.    Penanaman saham oleh karyawan rumah sakit dibutuhkan pada waktu mau beli alat medik
2.      Perhatikan tingkat penggunaan oleh dokter atau pasien di rumah sakit menurut indikasi medis
3.   Perhatikan waktu partisipasi pemegang saham sesuai waktu bisanya berapa tahun menggunakan alat medik tersebut
4.     Manajemen rumah sakit tidak memiliki hutang/tidak mengembalikan besarnya saham, tetapi pemilik saham harus memiliki pemahaman bahwa saham dianggap sudah lunas sesuai pemberian dividen yaitu pembagian laba setiap 6 (enam) bulan kepada pemegang saham berdasarkan saham yang dimiliki, dan perhitungan umur dari pemakaian alat yang dimiliki.

Beberapa hal yang disebutkan di atas, dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada kita mengenai berbagai upaya untuk memanajemeni hutang rumah sakit. Semua keputusan berada di tangan Manajemen rumah sakit, sesuai kondisi keuangan rumah sakit. Berbagai hal yang diberi contoh untuk menangani hutang rumah sakit, tentu sangat bergantung pada strategi dari Manajemen rumah sakit di dalam mengelola keuangan rumah sakit yang profesional, baik untuk kebutuhan rumah sakit maupun di dalam mengembangkan pelayanan rumah sakit. Selamat mengelola keuangan rumah sakit yang memiliki dampak pada penanganan manajemen rumah sakit, dan penanganan pelayanan pasien, yang dilakukan dalam koridor penanganan secara profesional.

Post a Comment for "MANAJEMEN HUTANG RUMAH SAKIT"