DIFERENSIASI DESA WISATA
Gambar: Desa Wisata yang diperoleh dari IDN Times
Anugerah desa wisata
Indonesia (ADWI) memberikan apresiasi kepada masyarakat penggerak sektor
pariwisata, dalam upaya percepatan pembangunan desa, mendorong transformasi sosial,
budaya, dan ekonomi desa. Selanjutnya, ADWI mendukung pemerintah daerah
berkomitmen mengembangkan desa wisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran,
melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan
(https://jadesta.kemenparekraf.go.id).
Pada penilaian desa
wisata yang dijalankan oleh Kemenparekraf melalui program pemberian penghargaan
anugerah desa wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022 pada akhir bulan April 2022
yang lalu, menghasilkan 50 desa wisata yang memiliki kelebihan dalam kategori
yang sudah ditentukan. Ada 7 (tujuh) kategori yang dinilai pada desa wisata,
yaitu: 1. Daya tarik pengunjung yang memiliki keunikan dan keaslian alam dan
buatan ; 2. Homestay; 3. Toilet umum;
4. Suvenir; 5. Cleanliness, Health,
Safety, Environmental Sustainability (CHSE); 6. Digital dan konten kreatif;
dan 7. Kelembagaan desa. Ke-7 kategori penilaian ini, menghasilkan pemenang
desa wisata sebanyak 50 (limapuluh) desa di seluruh Indonesia, yang terbagi
dalam kejuaraan, yaitu Juara I, Juara II, Juara III, Juara Harapan I, dan Juara
Harapan II.
Terdapat 70.000 lebih
desa di seluruh Indonesia, dan terjaring 3.419 peserta desa wisata dari 34
propinsi di Indonesia. Kemenparekraf menjelaskan bahwa pada perlombaan ini,
dimulai dari 500 besar, 300 besar, kemudian dikerucutkan lagi menjadi 100
besar, dan pada akhirnya 50 besar desa wisata. Kemudian para Dewan Juri
mengunjungi dan meninjau ke-50 desa wisata tersebut, dan terpilihlah sebanyak
50 desa wisata yang dikategorikan dalam 7 bidang, seperti yang sudah diumumkan
oleh Kemenparekraf.
Menteri Parekraf
mengucapkan selamat kepada 50 desa wisata yang terpilih, dan berharap
pencapaian yang sudah didapatkan ini, merupakan sebuah motivasi dalam upaya
untuk terus berusaha membangun dan mengembangkan desa wisata yang berkualitas
dan berkelanjutan di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Anugerah desa
wisata Indonesia (ADWI) ini, merupakan salah satu program unggulan dari
Kemenparekraf dalam 7 (tujuh) kategori, seperti yang sudah dipaparkan di atas.
Untuk mempersiapkan desa wisata pada masa depan, sebaiknya setiap desa wisata dibangun dan dikembangkan ke dalam kategori penilaian, seperti yang sudah ditentukan oleh Kemenparekraf. Untuk bisa masuk pada salah satu kategori yang sudah ditetapkan tersebut, tentu memperhatikan sisi keunggulan dari masing-masing desa wisata, sesuai dengan kondisi desa wisata di daerah Kabupaten/Kota. Supaya desa wisata memiliki keunggulan khusus, perlu dibangun dan dikembangkan menurut diferensiasi yang diperlukan. Apa itu diferensiasi desa wisata?
Differentiation (Diferensiasi)
Kartajaya (2007) mengatakan, taktik
pemasaran dan strategi pemasaran
sangat diperlukan dalam organisasi apapun, seperti organisasi perangkat daerah
(OPD) Pariwisata. Pentingnya taktik
pemasaran dan strategi pemasaran
itu, karena taktik adalah paku,
sedang strategi adalah palu, yang
diperlukan untuk menanamkan paku ke dalam suatu celah tertentu. Taktik yang
terdiri dari differentiation, marketing mix, dan selling yang ditujukan untuk merebut market share (pangsa pasar) pariwisata, merupakan sesuatu hal yang
harus ditemukan marketer (OPD
Pariwisata), dalam upaya memperoleh satu gambaran yang lebih spesifik dan
konkrit, mengenai posisi desa wisata yang sedang dikembangkan menjadi lebih
baik, sehingga dapat mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki, untuk
mendukung posisi desa wisata.
a. Pengertian diferensiasi.
Untuk menawarkan produk desa wisata yang melebihi harapan customer (wisatawan), OPD Pariwisata harus melakukan
diferensiasi. Sunarto (2003) mengatakan, diferensiasi adalah tindakan
merancang serangkaian perbedaan produk yang berarti, untuk membedakan tawaran
perusahaan (OPD Pariwisata) dengan tawaran pesaing (daerah lain). Perancangan
perbedaan ini harus dilakukan, agar produk desa wisata memiliki nilai tawar
yang tinggi melebihi nilai tawar produk desa wisata daerah lain. Dengan demikian,
OPD Pariwisata bisa bersaing pada pasar sasaran dengan penguasaan market share (pangsa pasar) yang luas.
Pemahaman diferensiasi di atas, merupakan pemaknaan secara tradisional,
yaitu sebagai penciptaan perbedaan pada produk desa wisata, yang diharapkan
akan mendatangkan value yang bermakna
kepada wisatawan. Perbedaan ini bisa dari produk desa wisata, delivery systemnya (cara mendapatkannya),
pendekatan pemasarannya. Jadi diferensiasi itu menurut Istijanto (2007),
merupakan upaya yang dilakukan oleh OPD Pariwisata untuk memasuki pasar yang
sudah terbentuk. Pengertian di atas masih bersifat
generik, sedang pengertian yang lebih khusus menurut Kartajaya (2005), yaitu differentiation is integrating the content,
context, and infrastructure of our offers to customers. Jadi wisatawan tidak hanya mempersepsikan sebagai yang
berbeda, tetapi benar-benar berbeda pada content,
context, and infrastructure yang saling mendukung dan saling menguatkan.
Kartajaya (2006) mengatakan, content
meliputi kandungan teknik yang cenderung memberikan functional benefit, sedang context
meliputi kandungan nonteknik yang memberikan manfaat emosional kepada customer (wisatawan), sementara infrastructure meliputi dukungan
teknologi, kompetensi SDM, dan fasilitas yang dimiliki. Content merupakan
what to offer atau apa produk desa wisata yang ditawarkan
kepada wisatawan, yang merupakan tangible.
Content terkait dengan keadaan produk desa wisata yang
ditawarkan, apakah berkualitas, unik, menarik, dan informatif? Apakah pelayanan
berkualitas, pelayanan tepat waktu, dan pelayanan cepat ditemukan wisatawan dalam
pelayanan pemasaran yang dilakukan oleh OPD Pariwisata? Sementara
context merupakan how to offer atau bagaimana cara menawarkan produk desa wisata kepada para wisatawan.
Kartajaya (2004) mengatakan bahwa context
is the winning formula, meskipun context
merupakan intangible. Context terkait dengan kebersihan, kemasan, komunikasi
pemasaran, friendly, identitas dan
personalitas merek (branding). Apakah
sikap dan perilaku SDM, komunikasi, uniform,
tepo seliro (tenggang rasa) tampak dalam pemberian pelayanan? Untuk
infrastruktur dapat berupa teknologi, SDM (salesman,
pemandu muwisata), jujur, pekerja keras, disiplin tinggi, sopan dan santun, spirit), dan fasilitas yang tersedia di
desa wisata yang disediakan oleh Daerah dan/atau OPD Pariwisata. Lebih jauh
dikatakan lagi oleh Kartajaya (2004), diferensiasi dapat dipahami sebagai upaya
mengintegrasikan konten, konteks, dan infrastruktur (enabler) produk desa wisata dan pelayanan yang ditawarkan kepada wisatawan.
Pemahaman diferensiasi yang mencakup 3 hal yaitu konten, konteks, dan
infrastruktur, sangat diperlukan agar OPD Pariwisata atau SDM yang dimiliki mampu
meyakinkan wisatawan bahwa produk desa wisata memiliki nilai tinggi sebanding
dengan harganya. Produk desa wisata yang memiliki diferensiasi, pasti akan
dicari wisatawan. Kemampuan untuk lebih meyakinkan wisatawan menurut Kartajaya (2004),
sangat didukung adanya penyiapan diferensiasi yang mantap, dengan mengurai
terlebih dahulu mengenai needs, wants, dan expectations dari setiap customer
(wisatawan) yang dilayani.
Untuk mendukung uraian tentang needs,
wants, dan expectations dari setiap wisatawan, diperlukan juga pemahaman
mengenai tingkatan produk desa wisata yang ditawarkan. Menurut Kartajaya (2006b),
tingkatan produk terdiri dari: 1. Extract commodities seperti kayu
gelondongan dan ikan segar; 2. Make goods
seperti bahan jadi untuk bangunan dan mebel; 3. Deliver service seperti kursi yang indah disainnya, nyaman
diduduki, dan bergaransi; 4. Experience
product seperti kursi merek IKEA yang merupakan produk bermerek dan
eksklusif; dan 5. Transformation product
seperti mebel Da Vinci yang memiliki seni, keindahan dan cita rasa tinggi.
Melalui pemahaman tingkat produk ini, marketer
(OPD Pariwisata) mampu memahami mengenai produk desa wisata yang akan
ditawarkan, sehingga dapat menentukan materi komunikasi dan jenis komunikasi
yang akan dipakai. Hanya dengan teknik menjual berdasarkan diferensiasi produk desa
wisata, dan kemampuan daya serap teknologi baru, OPD Pariwisata bisa
mempersonalisasi produk desa wisata maupun pelayanan yang ditawarkannya.
b. Dasar merumuskan diferensiasi.
Kotler (2002) mengatakan, diferensiasi dapat dilakukan dalam beberapa hal,
yaitu: 1. Diferensiasi produk,
mencakup: bentuk, keistimewaan (feature),
kinerja, kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya,
dan rancangan (design); 2. Diferensiasi pelayanan, mencakup:
kemudahan pemesanan, pengiriman informasi, pelatihan customer (wisatawan), konsultasi wisatawan, pemeliharaan dan
perbaikan desa wisata; 3. Diferensiasi
personalia (SDM), mencakup karakteristik seperti kemampuan, kesopanan,
kredibilitas, dapat diandalkan, cepat tanggap, dan komunikasi; 4. Diferensiasi saluran, mencakup:
jangkauan, keahlian, dan kinerja saluran; dan 5. Diferensiasi citra, mencakup: lambang, media tertulis dan
audiovisual, suasana, dan perilaku SDM.
Mengenai pendekatan untuk melakukan diferensiasi pada satu atau beberapa
macam produk desa wisata dikemukakan oleh Porter (2007), yakni: 1. Citra
rancangan atau merek; 2. Teknologi; 3. Pelayanan customer (wisatawan); 4. Jaringan penyalur; 5. Tahan lama; dan 6.
Berkualitas. Apabila OPD Pariwisata mampu melakukan diferensiasi pada produk
desa wisata seperti yang diungkapkan di atas, maka akan menghasilkan laba di
atas rata-rata dalam suatu industri, sekaligus dapat menciptakan posisi yang
aman bagi OPD Pariwisata untuk mengatasi kekuatan pesaing (daerah lain). Lebih
jauh Porter dalam bukunya Wahyudi (1996) membedakan diferensiasi berdasarkan
analisis value chain (rantai nilai)
yang dibagi dalam 2 aktivitas yaitu aktivitas
utama dan aktivitas pendukung.
Aktivitas utama meliputi aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi,
pemasaran, penjualan, dan pelayanan sesudah penjualan, sedang aktivitas
pendukung meliputi aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan,
pengembangan teknologi, penyediaan SDM, dan penyediaan infrastruktur di daerah.
Nilai tambah yang dihasilkan aktivitas tersebut akan berdampak pada peningkatan
margin (hasil) yang diperoleh OPD
Pariwisata. Sumber diferensiasi bisa terwujud melalui bagaimana organisasi
menjalankan aktivitas yang unik di berbagai value
chain.
c. Syarat penentuan diferensiasi.
Diferensiasi merupakan upaya untuk menciptakan perbedaan
dan unggul, baik pada konten dan konteks maupun pada infrastruktur. Pastinya
bukan asal beda tetapi bisa membuat kokoh di masa yang akan datang. Untuk
mencapai kokoh dan bersifat jangka panjang, penentuan diferensiasi menurut
Kartajaya (2005) harus mencakup 3 syarat, yaitu: 1. Harus mampu mendatangkan excellent value bagi customer; 2. Harus merupakan keunggulan
dibanding pesaing; dan 3. Harus memiliki uniqeness
sehingga tidak gampang dikopi pesaing. Excellent
value dapat diartikan memiliki makna di mata customer (wisatawan) melalui value
dan benefit, sedang keunggulan
bisa dilihat dari adanya perbedaan dengan pesaing (daerah lain) yang
mencerminkan unggul di atas para pesaing, kemudian supaya tidak gampang ditiru
maka diferensiasi harus tersusun dalam aktivitas-aktivitas yang saling kait
mengkait.
d. Tahap-tahap membangun diferensiasi.
Untuk membangun
diferensiasi, menurut Kartajaya (2005) dapat dilakukan dalam beberapa tahap,
yaitu: 1. Lakukan segmentasi,
targeting, dan positioning; 2. Analisis sumber-sumber diferensiasi yang
memungkinkan; 3. Uji diferensiasi apakah tahan lama atau tidak; dan 4. Komunikasikan
diferensiasi yang dilakukan. Sebagai langkah pertama dalam membangun diferensiasi,
lakukan kegiatan segmentasi dan targeting
dulu baru positioning, setelah itu
lakukan analisis pada sumber diferensiasi yang meliputi konten, konteks, dan
infrastruktur. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji diferensiasi dengan
pemahaman bahwa diferensiasi tersebut tidak mudah ditiru, dan memiliki tingkat
keunikan. Kalau langkah-langkah di atas sudah dilakukan, maka langkah terakhir
yaitu pengkomunikasian diferensiasi yang telah dipilih dengan kriteria simpel,
penuh makna (meaningful), dan fokus.
e. Menjaga diferensiasi.
Membangun diferensiasi dari produk desa wisata yang ditawarkan tidaklah
mudah, karena harus memiliki nilai keunikan yang berbeda dengan produk pesaing
(daerah lain). Apabila diferensiasi sudah ditemukan dari berbagai analisis
terhadap sumber-sumbernya, maka tugas selanjutnya adalah menjaga diferensiasi
yang sudah terbentuk tersebut. Menurut Kartajaya (2005), ada beberapa cara
untuk menjaga diferensiasi, yaitu: 1. Fokus pada core differentiation, yaitu harus tetap bersumber pada diferensiasi
utama; 2. Be consistent, yaitu
konsisten dalam hal message dan
operasional sehari-hari; dan 3. Evolve
your differentiation, yaitu perkuat diferensiasi dari waktu ke waktu
sehingga desa wisata dapat tetap unggul di pasar.
Daftar pustaka
Istijanto, (2007), 63 Kasus
Pemasaran Terkini Indonesia: Membedah Strategi dan Taktik Pemasaran Baru,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Kartajaya,
H., (2004), Hermawan Kartajaya on Differentiation, Cetakan Kedua, Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Kartajaya, H., (2005),
Positioning, Diferensiasi, dan Brand, Cetakan Keempat, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Kartajaya, H., (2006),
Integrating Sales & Marketing: Juru Ampuh Mendongkrak Penjualan Menggunakan
Strategi Pemasaran, Bandung: PT Mizan Pustaka.
Kartajaya, H., (2007),
Marketing Klasik Indonesia, Cetakan Kedua, Bandung: PT Mizan Pustaka.
Kotler, P., (2002), Manajemen
Pemasaran, Edisi Millenium, Jakarta: Prenhallindo.
Porter, M.E., (2007), Strategi
Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Edisi Revisi, Terjemahan,
Tangerang: Karisma Publishing Group.
Sunarto, (2003), Manajemen
Pemasaran, Yogyakarta: BPFE UST.
Wahyudi, A.S., (1996),
Manajemen Stratejik: Pengantar Proses Berpikir Stratejik, Cetakan Pertama,
Jakarta: Binarupa Aksara.
Post a Comment for "DIFERENSIASI DESA WISATA"