Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AKSI SEBAGAI PEMIMPIN

 

ilustrasi, sumber : bola.com

TERINGAT masa lalu yaitu tulisan mantan Walikota Yogyakarta Bapak Zudianto (2011) dalam sebuah tulisan Beliau di media cetak yang terbit di Yogyakarta, mengenai hal-hal apa saja yang telah dilakukannya selama menjadi Walikota Yogyakarta. Salah satunya yang dilakukan yaitu menjadi Pemimpin yang harus: a. Memberi contoh; b. Memiliki sikap konsisten; c. Integritas; dan d. Kejujuran. Hal-hal inilah yang dipraktikkan Beliau pada waktu itu, sebagai Walikota Yogyakarta yang bertakhta dari tahun 2001 sampai tahun 2012. Beliau mengatakan bahwa Walikota masa kini adalah sebagai Kepala Pelayan bagi masyarakat Yogyakarta. Selama Beliau memegang jabatan sebagai Walikota Yogyakarta, dan bertindak sebagai Kepala Pelayan, hasil kinerjanya ekselen. Banyak menghadirkan berbagai penghargaan atas prestasi yang ditorehkan kepada masyarakat Kota Yogyakarta. Ada lebih 80 penghargaan nasional dan internasional yang diraih Walikota Yogyakarta ini, atas keberhasilannya pada pekerjaan yang telah dimanajemeni dengan baik.

 

Sebagai Pemimpin sudah seharusnya ‘memberi contoh’ kepada seluruh sumber daya manusia (SDM) yang berkarya di organisasi tersebut. Sebagaimana Bapak Walikota Yogyakarta tadi, bahwa keberhasilan yang diperoleh selama menjadi Walikota Yogyakarta adalah berusaha ‘memberikan contoh’. Apakah hal ini mudah dilakukan oleh Pemimpin?

 

Gambaran Pemimpin bila sudah memegang jabatan tertinggi di sebuah organisasi, biasanya suka terlambat masuk kantor, atau kalau mau ada rapat selalu datang terlambat hehehe. Artinya, memberi gambaran bagi banyak orang bahwa Pemimpin kita ini kurang disiplin atau kurang memberi contoh bagi SDM organisasi. Bobby McFerrin mengatakan dalam sebuah peribahasa bahwa ‘bagian dari tanggung jawab kita sebagai orang tua, sebagai orang dewasa, adalah memberikan teladan bagi anak-anak. Tapi kita harus menyukai anak-anak agar orang dewasa benar-benar bahagia’. Artinya, Pemimpin harus menyukai dan memerhatikan SDM-nya dengan memberikan teladan bagi mereka.

 

Bapak Pendidikan Indonesia Soewardi Soerjaningrat yang namanya sangat terkenal dengan sebutan Ki Hajar Dewantara. Bapak Pendidikan Indonesia ini memberikan 3 hal pokok dan sangat fenomenal kepada para Pemimpin di Indonesia yang sedang mendapatkan kepercayaan untuk mengemban amanah, dan didapuk memegang jabatan yang prestius yaitu sebagai Pemimpin di sebuah organisasi, yang diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya. Beberapa hal yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara kepada para Pemimpin, yaitu:

 

1.    Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan)

Banyak hal yang dilakukan oleh Pemimpin, seperti: a. Penunggang seekor kuda merah, yang artinya memberi rasa takut bagi siapa saja yang berpapasan dengan Dia, sekaligus pencabut rasa damai di lingkungannya hehehe. Kok bisa seperti itu? Tentu bisa, karena yang berpapasan dengan kita adalah seorang Pemimpin yang memiliki kuasa tertinggi di organisasi kita; b. Menjaga wibawa, yang artinya tidak sembarang orang bisa menemui, harus ada janji terlebih dahulu; c. Menghadiri sebuah pertemuan, selalu hadir terlambat; d. Sering mewakilkan kepada Bawahan untuk mewakili, tanpa memberikan briefing (pengarahan); dan e. Beberapa sifat lainnya.

 

  Hal-hal yang diutarakan di atas, hendaknya dapat dihindari oleh Pemimpin. Mengapa diminta untuk menghindari? Karena Pemimpin itu memiliki kehendak kepada SDM organisasinya, yaitu mampu melakukan pekerjaannya dengan hasil baik, yang bermuara pada tercapainya Visi dan Misi sang Pemimpin.

 

Inilah yang seharusnya diperjuangkan oleh Pemimpin yaitu keberhasilannya dalam memimpin organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Nah . . supaya Pemimpin berhasil, harus berusaha untuk menjadi: a. Kepala pelayan; b. Memberi contoh; c. Bermitra kerja dengan Bawahannya; dan d. Suka berdiskusi dengan Bawahannya agar mempunyai kinerja.

 

2.    Ing madyo mangun karso (di tengah membangun semangat)

Berhubung Pemimpin memiliki kehendak untuk mewujudkan tercapainya Visi dan Misinya, mau tidak mau Pemimpin harus menyemangati Bawahannya untuk melakukan pekerjaannya dengan hasil baik. Dengan demikian, Pemimpin harus membangun semangat dengan Bawahannya, supaya mau bergairah untuk melakukan pekerjaannya sesuai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dengan berhasil. Apabila Bawahan berhasil dalam melakukan pekerjaannya, akan memberi dampak kepada Pemimpin sebuah keberhasilan juga.

 

Bagaimana cara seorang Pemimpin membangun semangat kepada Bawahannya? Pemimpin memberikan motivasi kepada Bawahannya supaya memiliki gairah untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pemimpin sering melakukan diskusi dengan Bawahannya, baik dengan mendatangi tempat kerja Bawahaan maupun Bawahan dipanggil di kantor Pemimpin, untuk berdikusi tentang milestone (tonggak pencapaian) yang sudah diraih oleh Bawahan beserta permasalahan dari pekerjaannya.

 

Berdasarkan pengalaman penulis, apabila Pemimpin menaruh perhatian besar kepada Bawahan perihal pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, Bawahan akan semakin bergairah. Pada umumnya Bawahan merasa bangga mau didatangi Atasannya dan/atau dipanggil oleh Atasannya, dengan mendiskusikan mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan oleh Bawahan. Bagaikan seorang Pemimpin yang memerhatikan pekerjaan dari cleaning service di kantornya, setelah melihat hasil pekerjaan mereka menampilkan kondisi bersih, lalu memanggil salah satu dari petugas cleaning service untuk membelikan semangkuk bakso kepada setiap pekerja pada hari ini.

 

Apa yang dirasakan oleh para petugas cleaning service ini? Mereka merasa bangga dan bersemangat, karena Pemimpin menaruh perhatian pada pekerjaan mereka. Apalagi ditambah dengan Pemimpin berkenan membeli semangkuk bakso untuk dinikmati dan bersama dengan teman-teman yang lain. Sejak saat itu mereka semakin bersemangat untuk melakukan pekerjaannya, serta rajin untuk berusaha supaya semua lantai yang dibersihkan semakin kinclong (mengkilat) hehehe.       

 

3.    Tut wuri handayani (di belakang memberi dukungan)

Seorang Pemimpin tidak hanya dituntut untuk memberikan semangat kepada SDM organisasi, tetapi harus memberi dukungan kepada SDM-nya, agar semakin mampu untuk berhasil dalam melakukan pekerjaannya. Memberi dukungan berarti mengikuti dari belakang dengan turut mempengaruhi. Artinya, SDM didorong untuk menyampaikan dan menjalankan pekerjaannya, dan apabila mengalami kesulitan, baru diberikan arahan atau tuntunan supaya dapat berhasil dalam melakukan pekerjaannya.

 

Selain dukungan seperti yang diutarakan di atas, seorang Pemimpin perlu memberi dukungan juga dalam hal alat yang dibutuhkan untuk mempercepat pekerjaan yang dilakukan. Contoh, dukungan berupa penyediaan komputer desktop atau komputer jinjing/komputer portabel di tempat kerja SDM. Dukungan yang lain bisa diberikan juga dalam hal: a. Pengadaan buku-buku sebagai bahan bacaan, yang bisa memberikan dan menghidupkan inspirasi kepada SDM, agar semakin mampu melakukan pekerjaannya dengan hasil baik; b. Pemberian in house training (IHT) kepada SDM, supaya kinerja mereka bisa meningkat; dan c. Memberikan peluang kepada SDM untuk melaksanakan ‘Magang’ di tempat orang-orang yang sudah profesional dalam bidang itu.

 

Berbagai aksi yang perlu dilaksanakan oleh seorang Pemimpin, harus dapat menjadi kiat seorang Pemimpin untuk mendapatkan kesuksesan dalam membangun dan mengembangkan pariwisata di daerahnya. Ki Hajar Dewantara menasehati para Pemimpin di Indonesia dengan memberikan pesan bahwa Anda sebagai Pemimpin dan/atau Kepala Daerah harus bertindak sebagai Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani.

 

Filosofi yang diutarakan oleh Bapak Pendidikan Indonesia ini, perlu direnungkan untuk bisa diaplikasikan oleh Pemimpin dalam upaya diperolehnya kesuksesan dalam pekerjaan sesuai Tupoksinya. Sungguh nasehat ini sangat mendorong para Pemimpin untuk memperoleh keberhasilan dalam mewujudkan tercapainya Visi dan Misi sang Pemimpin.

 

Barangkali seorang Pemimpin memiliki durasi waktu dalam jabatan selama 5 (lima) tahun, dan selama menjelang 5 (lima) tahun tersebut, perlu menetapkan pencapaiannya secara bertahap pada Visi dan Misinya melalui penegakkan milestone setiap tahun. Pemimpin harus betul-betul memperjuangkan keberhasilannya dalam memimpin, dalam upaya perwujudan tercapainya Visi dan Misinya setiap tahun, sehingga akumulasinya akan memperoleh keberhasilan dalam Visi dan Misinya kelak.

 

Daftar pustaka

Zudianto, H., 2011. Hal-hal yang telah dilakukan selama menjadi Walikota Yogyakarta, Jawa Pos. Surabaya: PT Jawa Pos Koran

 

Post a Comment for "AKSI SEBAGAI PEMIMPIN"