PKK DAN JAJANAN KUNO
PADA
pertemuan Kemenparekraf dengan seluruh Bupati dan Walikota se Kepulauan Nias
dalam forum workshop Asistensi Penguatan Destinasi Nias, yang
dilaksanakan pada tanggal 24-25 April 2014 di Hotel Poenix Yogyakarta,
terdengar beberapa informasi mengenai pembangunan dan pengembangan pariwisata
di Kepulauan Nias. Salah satu informasi yang disampaikan Bapak Walikota
Gunungsitoli pada waktu itu, bahwa banyak yang menanyakan tentang kuliner khas
Nias. Dan sampai sekarang belum mengetahui apa itu makanan khas asli Nias.
Hal
yang diinformasikan di atas memang bukan merupakan hal yang baru. Masih banyak
di antara kita yang belum mengetahui mengenai makanan khas Nias. Bahkan Pakar marketing
Indonesia Bapak Hermawan Kartajaya juga mengalami kesulitan untuk mengetahui dan
mendapatkan makanan khas Nias. Informasi ini diperoleh penulis melalui
pembicaraan dengan Beliau, bahwa pada waktu beliau berkesempatan melakukan
perjalanan di Kabupaten Nias Selatan, untuk melakukan survey dengan
suatu topik tertentu, tidak ada yang tahu tentang makanan khas Nias. Beliau
mengatakan bahwa sudah bertanya kepada beberapa orang mengenai makanan khas
Nias, tetapi tidak ada yang bisa memberitahu, pada hal Beliau ingin sekali
mencoba dan merasakan kelezatan makanan khas Nias.
Salah
satu pendukung utama dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata di suatu
wilayah adalah makanan khas lokal. Seperti halnya di Jogja, makanan khasnya
yang sudah sangat terkenal seperti gudeg, bakmi jawa, thiwul,
dan bakpia, dari lebih 90
daftar makanan khas Yogyakarta (wisata kuliner Jogja). Jenis makanan khas Jogja
itu, sudah cukup terkenal dan banyak diminati para wisatawan yang berkunjung di
Jogja. Demikian juga bila kita bepergian di Kota Makasar-Sulawesi Selatan, kita
akan menemukan makanan khas Makasar seperti ulu juku, mie kering, sop konro dan konro
bakar, pallubasa, pisang ijo dan makanan khas
lainnya. Lalu kita pindah dan melihat Kota Banjarmasin-Kalimantan Selatan,
makanan khasnya meliputi soto banjar, gangan asam banjar, apam
barabai, ketupat kandangan,
dan makanan khas lainnya. Contoh-contoh makanan khas daerah di atas, menggambarkan
bahwa setiap daerah memiliki makanan khas dan dapat menjadi salah satu daya
tarik bagi para wisatawan, terutama bagi mereka yang suka wisata kuliner.
Nah
. . kalau kita ingin mengetahui lebih dalam mengenai makanan khas Kepulauan
Nias, tentu kita perlu melakukan sesuatu, atau mengusahakan sesuatu kegiatan.
Hal-hal yang perlu kita lakukan, tentu sebagai upaya untuk dapat mengetahui apa
saja makanan khas Nias itu. Sudah seyogyanyalah kita harus berusaha
mengetahuinya, kan malu dunk bila sebagai orang Nias tidak mampu
menjelaskan mengenai jenis dan materi dari makanan khas Nias. Melalui makanan
khas lokal inilah, seseorang bisa bercerita mengenai rasa dan desain dari suatu
jenis makanan khas Nias. Apa hebatnya makanan khas tersebut dan bagaimana rasanya
serta makanan itu berasal dari apa dan seterusnya . . dan seterusnya.
Untuk
mewujudkan keingintahuan kita pada makanan khas Nias, perlu kita memahami dan
melakukan kegiatan ATM (amati, tiru, dan modifikasi). Sebagai
pembanding, mari kita lihat yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal, Jawa
Tengah. Demi menjaga kelestarian makanan tradisional sebagai salah satu aset
budaya, Pemkot Tegal, menyelenggarakan Festival Jajanan Kuno, yang diikuti 28
peserta, terdiri dari 27 perwakilan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK)
kelurahan, dan 1 perwakilan PKK Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal. Festival ini
merupakan salah satu upaya melestarikan budaya, karena makanan tradisional
merupakan salah satu bagian dari budaya. Apabila tidak dilestarikan, keberadaan
makanan-makanan tradisional itu, dikhawatirkan akan hilang dan tergerus oleh
makanan modern dan cepat saji. Wakil Walikota Tegal mengatakan, Pemkot Tegal
akan terus mendukung upaya pelestarian makanan tradisional, antara lain dengan
pembinaan melalui PKK. Wakil Walikota yakin bahwa makanan tradisional itu tidak
kalah dengan makanan modern jika dikemas lebih menarik (WIE, 2014).
Apa
yang timbul di pikiran kita setelah mendalami kegiatan Pemkot Tegal dalam
upayanya melestarikan makanan tradisional itu? Mestinya diharapkan dapat
memberikan inspirasi bagi kita untuk dapat menginventarisir berbagai makanan
tradisional Nias melalui suatu kegiatan festival. Mungkin kita bisa berikan
nama festival itu dengan sebutan “Lomba
Pembuatan Makanan Khas Nias, Menyongsong Kepulauan Nias sebagai Destinasi
Wisata Utama Nasional”. Apa pun nama yang kita berikan pada festival
jajanan khas Nias, tidak menjadi masalah. Yang utama adalah kita bisa
mengetahui persis apa saja makanan tradisional Nias itu.
Untuk
mengurangi kegalauan hati pada makanan khas Nias itu, saya mencoba menanyakan
kepada ‘Mbah Gugel’. Ternyata
Mbah Gugel cepat sekali memberikan informasi mengenai makanan khas Nias itu.
Saudara Gea (2013) menulis beberapa makanan khas Nias itu, antara lain: 1. Harinake,
makanan adat tradisional Nias di Nias bagian Utara, dan Nias bagian Barat, yang
bersumber dari daging babi cincang dengan cacahan yang tipis dan kecil-kecil
atau bersumber dari daging ikan dan disajikan untuk menghormati tamu; 2. Ni’owuru,
daging babi yang diawetkan dengan menggunakan garam; 3. Gowi nifufu, ubi
yang ditumbuk sebagai makanan pokok orang Nias pada zaman dulu ; 4. Lehedalö
nifange, daun talas yang
direndang sebagai lauk dipesisir pulau Nias; 5. Hambae nititi,
daging kepiting yang di campur dengan santan kelapa dimasak sampai kering untuk
dijadikan lauk, terdapat di kepulauan Hinako Kecamatan Sirombu; 6. Bato
hambae, daging kepiting yang telah dibentuk berbentuk bulat lempeng
lalu diasapi sampai kering, digunakan sebagai lauk, terdapat di kepulauan
Hinako Kecamatan Sirombu; 7. Nami (telur kepiting), digoreng
dengan minyak kelapa dan disajikan sebagai lauk; 8. Silio guro, daging
udang yang telah digiling dicampur dengan kelapa yang dibungkus dengan daun
pisang dan dipanggang di atas bara api yang digunakan sebagai lauk; 9. Babae,
makanan khas adat di Nias Bagian Selatan yang merupakan campuran dari daging
babi, kacang hijau, kelapa dan bawang merah untuk menghormati tamu agung,
biasanya digunakan sebagai lauk; 10. Kofo-kofo, makanan tradisional di
Kecamatan Pulau – pulau Batu kabupaten Nias Selatan, merupakan daging ikan yang
telah dibuang durinya, dimasak dengan santan kelapa ataupun digoreng biasanya
digunakan untuk lauk; 11. Saku nisolo, makanan tradisional
di Kecamatan Pulau-pulau Batu Kabupaten Nias Selatan, dari bahan tepung sagu
yang telah digongseng dan disirami santan yang digunakan sebagai ganti nasi;
dan 12. Dodol durian, makanan tambahan pada musim buah durian di
Nias yang hampir bisa ditemukan sepanjang tahun di Nias.
Makanan
khas Nias lainnya yang belum disebut, masih ada lho seperti: godo-godo
(ubi/singkong yang diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian direbus setelah
matang ditaburi dengan kelapa yang sudah di parut, rakigae (pisang
goreng), tamböyö (ketupat), löma (beras ketan yang dimasak
dengan menggunakan buku bambu), gae nibogö (pisang bakar), kazimone
(terbuat dari sagu), wawayasö (nasi pulut), dan gulo-gulo
farö (manisan dari hasil sulingan santan kelapa) (Wikipedia). Apakah
hanya ini saja makanan khas Nias? Barangkali masih banyak yang lain, hanya saja
kita sudah pada lupa karena perkembangan zaman hehehe.
Nah
. . supaya kita tahu betul makanan khas Nias, perlu diinventarisir melalui
penyelenggaraan kegiatan lomba masakan tradisional Nias, yang bisa dilaksanakan
oleh Ibu-ibu PKK di bawah bimbingan atau arahan dari Ketua Tim Penggerak PKK
dari setiap Kabupaten dan Kota. Biarlah Tim Penggerak PKK yang dipercaya untuk
menyelenggarakan Lomba Masakan
Tradisional Nias, yang hasilnya, kita bisa mengetahui mengenai aneka macam
makanan khas Nias, serta bisa dimasukkan ke dalam data base makanan tradisional
Nias yang bersumber dari masing-masing Kabupaten dan Kota. Tim Penggerak PKK bisa
menjadi mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan yang berfungsi
sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada
masing-masing jenjang demi terlaksananya program pembinaan kesejahteraan
keluarga (PKK). Dengan kata lain, Tim Penggerak PKK berperan sebagai motivator,
fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak, sedang pembinaan
tehnis kepada keluarga dan masyarakat dilaksanakan dalam kerjasama dengan unsur
dinas instansi pemerintah terkait.
Jadi,
apabila kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik di bawah komando para Bupati
dan Walikota se Kepulauan Nias, serta pelaksanaan lomba tadi bisa dilakukan
setiap tahun, pasti kita punya file tentang aneka macam makanan tradisional
Nias. Dan lama-lama kita juga sudah tahu tentang makanan khas Nias. Dengan
demikian, apabila ada orang atau para wisatawan yang menanyakan mengenai
makanan khas Nias, pasti orang-orang Nias sudah tidak ragu-ragu lagi untuk
mengatakan bahwa inilah makanan khas Nias. Bahkan orang-orang Nias mungkin
sudah merasa bangga untuk menyebutkan makanan khas Nias, karena mungkin makanan
khas Nias itu tidak terdapat di Daerah lain.
Kita
berharap, dalam waktu yang tidak terlalu lama, pelaksanaan lomba pembuatan
makanan tradisional Nias dapat dilaksanakan di setiap Kabupaten dan Kota se
Kepulauan Nias. Dan dalam waktu yang tidak teralu lama juga, kita sudah
memiliki daftar makanan khas Nias yang mungkin jumlahnya bisa-bisa hampir
mendekati jumlah makanan khas di Jogja. Dengan demikian, Bapak-bapak Bupati dan
Walikota di Kepulauan Nias, diharapkan sudah memiliki kebanggaan bila bercerita
atau menyebut satu per satu mengenai makanan khas di Nias.
Daftar pustaka
1. Gea, Y., 2013 Makanan Tradisional
Khas Nias yang (Hampir) Terlupakan. Wordpress.com
2. Kompas, 2014. Merawat Budaya Dalam
Festival Jajanan Kuna. Jakarta: Kompas.com
Post a Comment for "PKK DAN JAJANAN KUNO"