Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PARIWISATA MENJUNJUNG TINGGI TRADISI MASYARAKAT

 

UNTUNG ada kegiatan pariwisata yang merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan manusia. Pariwisata merupakan kegiatan-kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta pelayanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah (UU No. 10, 2009). Mengapa orang melakukan kegiatan wisata? Karena manusia itu dianugerahkan jiwa pembelajar, keinginan besar untuk mengetahui segala sesuatu sebagai usaha untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Juga manusia memiliki sifat kebanggaan apabila mengetahui sesuatu lebih dahulu ketimbang orang lain, sehingga Dia bisa bertutur dengan leluasa. Bagaikan orangtua kita yang suka bercerita tentang pengalaman-pengalaman yang telah dilalui pada masa lalu, dan kita pun yang mendengarkan merasa takjub tentang pengalaman tersebut. Pengalaman yang positif tentu kita ambil sebagai pijakan untuk berusaha lebih baik lagi di masa yang akan datang.

 

Kegiatan pariwisata memberikan suatu cerita, cerita tentang objek dan daya tarik wisata. Melalui historis itulah memunculkan usaha untuk mendalami dan memelihara tradisi yang sudah ada sebagai warisan yang diturunkan oleh leluhur kita. Melalui pariwisata itulah tumbuhnya kebanggaan pada tradisi yang dimiliki oleh masyarakat tertentu untuk diperlihatkan kepada orang lain, sementara orang lain, memiliki keinginan untuk mengetahui dari dekat mengenai tradisi masyarakat setempat.

 

Mari kita lihat Malaysia yang mengaku-ngaku bahwa Tari Reog merupakan salah satu tarian rakyat di suatu daerah di Malaysia. Pada hal sejak dulu kita sudah mengetahui bahwa Tari Reog itu berasal dari daerah Ponorogo (Reog Ponorogo) Jawa Timur. Tari yang lain yaitu Tari Tor-tor, yang merupakan warisan leluhur suku Batak di Sumatera Utara, tiba-tiba Malaysia mengaku-ngaku sebagai bagian dari budayanya. Demikian juga Tari Pendet yang lahir tahun 1950 di Bali, yang ditampilkan untuk dipertunjukkan kepada tamu sebagai ungkapan selamat datang, Malaysia juga mengklaim bahwa Tari Pendet itu sebagai bagian dari kebudayaan bangsanya. Bahkan Tari Pendet digunakan Malaysia sebagai promosi “Visit to Malaysia” yang diputar di jaringan televisi internasional.

 

Malaysia juga mengklaim lagu Rasa Sayange sebagai bagian kebudayaan bangsa itu, pada hal lagu itu berasal dari Maluku. Lalu Angklung dan Batik juga diklaim sebagai milik Malaysia, dan mungkin masih banyak yang lain dan akan atau sudah diakui Malaysia bahwa budaya-budaya itu merupakan bagian atau tarian rakyat yang sudah membudaya di Malaysia.

 

Sangat mengherankan ya, mengapa Malaysia sampai bisa berbuat seperti itu atau melakukan hal-hal yang sangat aneh itu? Yah, mungkin saja itu dilakukan dalam upaya Malaysia untuk meningkatkan peran sektor pariwisata di negaranya. Kebiasaan dan menjadi budaya masyarakat di suatu wilayah atau daerah tertentu, sangat mendukung perkembangan pariwisata. Mari kita lihat, jumlah kunjungan wisatawan di Malaysia meningkat cukup tajam, bahkan pada tahun 2012 yang lalu, jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung di Malaysia sudah mencapai 25 juta orang. Tahun 2014 Malaysia menargetkan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 28 juta orang, dan tahun 2020 sebanyak 36 juta orang (www.antaranews.com).  

 

Wow, jumlah kunjungan wisatawan di Malaysia sangat menakjubkan. Malaysia menentukan target dan bisa terwujudkan target itu. Tentu ini sebuah pembelajaran bagi kita, bila akan menjadikan sektor pariwisata sebagai lokomotif pembangunan daerah.

 

Tradisi yang sudah ada di daerah tertentu, pada umumnya sangat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan, dan memahaminya. Seperti tradisi yang masih terpelihara dengan baik di tengah-tengah masyarakat ‘kepulauan Nias’. Tradisi yang masih terpelihara, seperti Lompat Batu, Taring Perang, Tari Maena, Tari Moyo, Tari Mogaele, Fangowai (tari sekapur sirih), Rumah Adat, Fame Ono Nihalo (menikahkan anak gadis), dan yang lainnya.

 

Pelestarian dan pemeliharaan tradisi masyarakat seperti yang disebutkan di atas, dalam upaya untuk menghargai dan menjunjung tinggi tradisi (budaya) yang telah dimiliki oleh leluhur kita. Dan sekaligus memberikan penghargaan kepada para leluhur kita atas terciptanya kebiasaan yang telah dilakukan pada masa lalu.

 

Seni budaya dan adat istiadat yang telah berkembang sedemikian itu, yang merupakan warisan dari leluhur kita yang ditransfer kepada kita sekarang, merupakan kekayaan budaya yang sangat agung, disamping arsitektur tradisional yang sudah dimiliki dan berbagai kuliner khas daerah. Keindahan dan keunikan seni budaya dan adat istiadat yang dimiliki masyarakat itu, hendaknya bisa dikelola dan dikembangkan menjadi tumbuhnya nilai ekonomi yang dapat memberikan kesejahteraan bagi warga masyarakat di suatu daerah.

 

Kekayaan alam seperti gunung, gua, air terjun, lahan pertanian, lahan perkebunan, kegiatan bahari, hendaknya bisa didayagunakan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan warga masyarakat. Demikian juga keindahan pantai serta gelombangnya yang tinggi dan menawan, sangat disukai oleh para peselancar nasional dan internasional. Jadi keindahan dari kekayaan alam, bahari, dan kekayaan budaya yang telah dimiliki tersebut, sedapat mungkin bisa dimanfaatkan secara optimal untuk mensejahterakan warga masyarakat di suatu daerah.

 

Tradisi lain yang perlu dilestarikan dan dipelihara lagi yaitu kebiasaan ke gedung mesjid, gereja, pura, dan yang lainnya setiap hari, untuk berdoa dan untuk memberikan persembahan sebagai ucapan syukur atas kehidupan yang masih sehat dan atas segala berkat yang telah diterima. Contoh, kebiasaan pergi ke gereja, saya melakukan ini pada waktu saya masih menempuh pendidikan tingkat dasar dan menengah di Nias. Apabila ada anggota keluarga sakit, pasti kita pergi ke gereja untuk mohon perkenanan Tuhan mengampuni segala dosa dan mohon penyembuhan dari Tuhan. Demikian juga kalau ada kegalauan hati, kita pergi ke gereja. Tanah pertanian memberikan hasil yang semakin menurun, kita juga pergi ke gereja untuk memohon kepada Tuhan agar berkenan memberkati, sehingga hasil dari pertanian yang sudah diolah tersebut memberikan hasil yang berlipat. Mau membangun rumah, atau rumah baru siap mau ditempati, kita ke gereja juga untuk menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan serta menyerahkan rumah dan penghuninya itu di bawah kasih dan perlindungan Tuhan.

 

Mau ada pekerjaan seperti mau menikahkan anaknya atau anak dari saudaranya atau anak paman, juga pergi ke gereja untuk memohon kasih dan berkat Tuhan. Mau menempuh ujian atau mau mencari sekolah juga pergi ke gereja untuk berdoa memohon kepada Tuhan supaya mendapatkan pertolongan, kasih dan berkat Tuhan, serta menyerahkan kepada Tuhan segala usaha-usaha yang akan dilakukan di masa mendatang untuk mendapatkan berkat Tuhan. Ada tetangga atau famili lainnya yang sedang sakit, bersama keluarganya pergi ke gereja untuk mohon kasih dan penyembuhan dari Tuhan atau permohonan yang dipanjatkan kepada Tuhan sesuai harapan, keinginan, dan beban dari seseorang supaya Tuhan menolong dan menyertai. Jadi tiap hari pasti ke gereja, bisa pagi, bisa sore atau malam, memohon sesuatu kepada Tuhan untuk mendapatkan berkat dan perlindungan serta penyembuhan dari segala penyakit atau penyertaan Tuhan atas segala derita yang sedang dialami.

 

Kalau kebiasaan ini bisa dilestarikan oleh warga masyarakat Nias, diharapkan selain mendekatkan diri terus menerus kepada Tuhan serta adanya keinginan untuk menyerahkan diri secara total kepada Tuhan, bisa dipastikan bahwa dapat mengurangi kegalauan hati atau mungkin dapat menjauhkan diri dari pengaruh-pengaruh negatif seperti narkoba, tawuran, iri hati, dan pengaruh negatif lainnya. Kebiasaan lainnya yang bisa dilestarikan yaitu bersama dengan tetangga dan warga lainnya sama-sama menanam padi di sawah atau bersama-sama melakukan tuaian, atau bersama-sama mendirikan rumah, atau bersama-sama berburu di hutan. Jadi pada waktu itu, sifat-sifat orang Nias tersirat tinggi sekali rasa kebersamaan atau sifat kegotongroyongannya.

 

Sifat kebersamaan dan aktivitas yang biasa dilakukan setiap hari, merupakan bentuk produk-produk wisata yang bisa didayagunakan untuk mendapatkan nilai ekonomi yang dapat mensejahterakan warga masyarakat. Itulah keunikan-keunikan yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung di suatu daerah tertentu. Ingin melihat kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat dalam hal menunaikan kepercayaan yang dianut, kebiasaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebiasaan untuk menyambut tamu, kebiasaan yang dilakukan untuk menikahkan putra-putri di daerah, kebiasaan yang dilakukan pada saat ada pesta-pesta, kebiasaan yang dilakukan pada waktu ada orang yang meninggal dan dimakamkan, dan berbagai kebiasaan lainnya.

 

Kebiasaan-kebiasaan warga masyarakat sehari-hari di suatu daerah, itulah fondasi berkembangnya kegiatan pariwisata. Itulah yang mendorong orang-orang melakukan kegiatan perjalanan untuk melihat dari dekat apa yang terunik di daerah tersebut. Seperti di China, ada upacara penghormatan leluhur mereka. Di Bali, bila ada orang yang meninggal di desa Trunyan, Kintamani, Kabupaten Bangli-Bali, tidak ditanam/dimakamkan melainkan hanya dibaringkan di atas tanah. Jenazah memakai pakaian adat Bali dan hanya ditutupi oleh bilah-bilah bambu yang disebut ancak saji.

 

Pengembangan budaya yang bersumber dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, merupakan daya tarik yang dapat mengundang kunjungan para wisatawan di suatu daerah. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat itu perlu dihidupkan kembali sehingga masyarakat menjadi “sadar budaya”. Artinya ada penguatan: 1. Kehidupan budaya dalam keseharian; 2. Tradisi yang positif; 3. Upacara dalam kehidupan keluarga; 4. Upacara besar dalam komunitas/desa; dan 5. Identitas, karakter, percaya diri, serta mampu menghadapi perkembangan yang terjadi diluar (materi diskusi dengan Bapak Suhadi Hadiwinoto, waktu Beliau ke Jogja, Januari 2014).

 

Penguatan-penguatan tradisi yang telah berkembang di tengah masyarakat, akan bisa menjadi daya tarik wisata. Oleh karena itu kegiatan pariwisata sangat memberikan pengaruh pada tumbuhnya pelestarian seni budaya dan adat istiadat di suatu daerah. Tradisi yang unik dan banyak terdapat di daerah kita, dapat didayagunakan oleh Pemimpin kita untuk meningkatkan nilai ekonominya, yang bisa memberikan kesejahteraan bagi warga masyarakat. Selamat mendayagunakan modal (aset) yang sudah ada di suatu daerah seperti alam dan sosial budaya.

 

Daftar Pustaka

Undang-Undang RI No. 10, 2009. Kepariwisataan

 

Post a Comment for "PARIWISATA MENJUNJUNG TINGGI TRADISI MASYARAKAT"